Sabtu, 23 Desember 2017

Menikmati Nasi Campur Khas Bali di Warung Wardani

Hari ke-18 merupakan hari terakhir Ane di Bali. Ya, besok Ane berencana untuk pulang ke Jogja. Maka dari itu pumpung masih disini Ane puaskan untuk wisata kuliner mengunjungi beberapa tempat yang sudah Ane rencanakan sebelumnya. Salah satunya kulineran di Warung Wardani yang terletak di Jl. Yudistira No.2, Denpasar.
Dari sekian tempat kuliner yang sudah Ane coba di Bali, tempat inilah yang menurut Ane paling dekat dari tempat dimana Ane menginap. Ane sendiri menginap didekat perempatan jalan antara Jl. Nangka Selatan, Jl. Nangka Utara, dan Jl. Gatot Subroto. Sehingga dengan mudah dan cepatnya Ane sampai disini.



Warungnya ada disebelah kiri (timur) jalan searah, cukup sederhana namun bersih dan kenyamanannya juga begitu terjaga. Meja dan kursi terpasang dengan rapi. Dibagian dinding telah terpasang daftar menu yang dapat dipesan oleh setiap para pengunjung yang datang. Baik menu makanan maupun minuman. Setidaknya ada 5 macam menu makanan yang tertulis disitu diantaranya nasi campur, soto babad, gado-gado, nasi kare, dan soto ayam. Sedangkan untuk menu minumannya setidaknya ada 8 macam yang tertulis diantaranya es campur, es dawet, es jeruk, es teh manis, es sirup, es daluman, es buah, dan es kelapa muda.


Penampakan papan nama yang terpasang dibagian depan warung 
Kondisi warung yang ada dibagian dalam
Sebenarnya Ane ingin mencoba semua menu tersebut, tapi apa boleh buat tentu kapasitas perut Ane tak akan dapat menampungnya. Maka dari itu setelah berfikir sejenak akhirnya Ane memutuskan untuk memilih salah satunya saja, dan menu tersebut adalah Nasi Campur masakan khas Bali. Adapun untuk minumannya, seperti biasa sebotol air minum cukup menghilangkan rasa dahaga Ane ini.



Pelayanannya terbilang sangat cepat, tak sampai 10 menit semua pesanan yang Ane pesan sudah ada dihadapan Ane yakni sepiring nasi campur dan sebotol air minum. Diatas sepiring nasi ini sudah diselipkan nota harga yang harus Ane bayar. "42.500, begitulah tulisan yang ada dinota tersebut". Sepiring nasi campur tersebut berisi nasi putih, setusuk sate lilit, setusuk sate sapi, sebutir telur bumbu Bali, udang goreng, ayam suwir pedas, sayur tumis kacang panjang, dendeng, 2 potong sayur kentang, dan tak ketinggalan juga sambalnya.




Lalu, bagaimanakah dengan rasanya? Kini saatnya Ane mengeksekusinya. Pada sate lilitnya, sama seperti sate lilit pada umumnya rasanya itu empuk dan cukup enak. Sedangkan untuk sate sapinya, bumbunya lebih terasa dan agak pedas. Sekarang pindah pada ayam suwirnya, dagingnya cukup empuk, dan juga nikmat.
Ini nieh yang membedakan nasi campur ini dengan yang lainnya, adanya dendeng yang terasa maknyus, renyah, manis dan agak pedas; serta udang gorengnya yang juga terasa renyah dan gurih. Lengkap sudah dengan hadirnya sayur tumis kacang yang cukup segar dan pedasnya sambal menambah kenikmatan Ane dalam menyantapnya.



Dua kata deh sob untuk ini semua,"Wuenak tenan, Le leduk". Untuk itu tak habiskan semuanya. Soal harga, memang sieh agak mahalan nasi campur ini bila dibandingkan dengan harga nasi campur pada umumnya seperti nasi campur Ibu Oki maupun nasi campur ayam kedewatan Ibu Mangku yakni sebesar 49,5k dengan rincian 42,5k untuk nasi campurnya dan 7k untuk sebotol air minumnya. Namun hal itu sebanding dengan isi porsi dan rasanya.




Jam buka: 8 pagi hingga 4 sore.
Let's Go

Senin, 11 Desember 2017

Nasi Pecel Bu Tinuk Kuta, Konon Katanya Terenak di Bali

Dari awal, Ane berencana menjelajah Pulau Bali ini selama 3 minggu (21 hari). Ane catat semua obyek wisata yang hendak Ane kunjungi kedalam sebuah buku. Rupanya jadwal perjalanan Ane, Ane percepat satu hari dari jadwal sebelumnya yakni menjadi 20 hari. Itupun sudah termasuk hari keberangkatan dari Jogja ke Bali dan kepulangan dari Bali ke Jogja. Percepatan ini bukan tanpa alasan, karena obyek-obyek wisata yang masuk dalam daftar kunjungan Ane sudah Ane jelajahi semua. Walaupun hanya ada satu atau beberapa tempat saja yang tidak berhasil Ane jelajahi. Namun begitu, hal ini tetap tidak mengurangi rasa kepuasan Ane.
Dihari-hari terakhir di Bali ini tak banyak yang Ane lakukan, Ane hanya berencana wisata kuliner saja mengunjungi beberapa warung makan. Warung makan satu-satunya yang akan Ane cicipi dihari yang ke-17 ini adalah sebuah warung makan yang terletak tidak jauh dari Warung Nasi Pedas Ibu Andika, Toko Joger, maupun Bandara Internasional Ngurah Rai. Ya, warung makan tersebut bernama Warung Nasi Pecel Bu Tinuk yang terletak di Jl. Raya Tuban, Kuta, Kabupaten Badung. Ada sebuah alasan kuat mengapa Ane mendatangi tempat ini, selain harganya cukup murah, konon katanya nasi pecel yang ada disini merupakan yang terenak di Pulau Bali. Apakah benar begitu? ntahlah... 



Berhubung sebelumnya Ane telah bolak-balik melewati jalan ini, maka Ane sudah tidak dipusingkan lagi dengan jalan yang ada. Seperti biasa, berbekal sebuah alamat dan peta Ane pacu kuda hijau Ane menuju bagian selatan Pulau Bali. Selepas melewati Toko Joger, Ane lambatkan laju roda kuda hijau Ane sambil menengok kekanan dan kekiri. Maklum Ane belum tahu lokasi persisnya.
Tak lama kemudian, beruntung warung yang Ane cari akhirnya ketemu juga. Sebuah papan nama berbentuk persegi panjang berwarna kuning bertuliskan "Nasi Pecel Bu Tinuk" dengan dibagian belakang tulisan tersebut terdapat label "Halal" yang ditulis dalam bahasa arab. Warungnya terletak di sebelah kiri (timur) jalan.



Tanpa basa-basi langsung Ane belokkan kuda hijau Ane ke tempat tersebut. Setelah memarkir kuda hijau Ane, lantas Ane masuk kedalam. Beginilah kondisi warungnya, ruangannya tak begitu luas dengan sebuah etalase makan terpasang memanjang. Pun demikian juga dengan suasananya, suasananya cukup sepi hanya ada bebarapa orang saja yang sedang berkunjung.



Tanpa mengambil tempat duduk terlebih dahulu, Ane langsung menuju kedepan dan memesan apa yang hendak Ane santap. Awalnya Ane kira warung ini hanya menjual nasi pecel saja, ternyata tidak. Ada banyak pilihan menu yang tersedia diantaranya nasi rames, rawon, sop buntut, dan beraneka macam lauk. Agak bingung juga sieh Ane dalam memilihnya, tapi berhubung disini adalah tempat dijualnya nasi pecel tentu pilihan Ane langsung jatuh pada menu tersebut. Sebagai tambahan lauknya Ane memilih paruh sapi, sedangkan untuk minumannya sebotol air minum cukup menghilangkan rasa dahaga Ane hari ini. Semua makanannya disajikan di piring rotan beralaskan kertas minyak dan langsung diberi kartu harga makanan. Dikartu tersebut tertulis harga sebesar 32k, Ane tidak tahu apakah harga ini sudah termasuk minumannya atau belum.



Setelah mendapatkan seporsi nasi pecel bersama lauknya serta air minum, barulah Ane mengambil tempat duduk. Ada banyak pilihan posisi tempat duduk yang dapat Ane pilih, karena masih banyak tempat duduk dalam keadaan kosong. Tempat duduk di pojok bagian depanlah yang akhirnya Ane pilih. Soal isinya, sepiring nasi pecel ini terdiri dari tauge/kecambah, daun kenikir, daun kemangi, 2 biji peyek, nasi, dan tentunya sambal kacang. Untuk sambal kacangnya cukup kental dan tak terlalu encer.




Lalu bagaimanakah dengan rasanya? hmmm cukup lezat, sambal kacangnya cukup kental dan tak terlalu encer walaupun tidak terasa pedas. Sayur yang digunakan pun masih fresh, peyeknya juga renyah. Lengkap sudah dengan hadirnya paruh sapi yang digoreng menambah kenikmatan Ane dalam menyantapnya. Dua kata deh sob untuk semuanya,"Wuenak tenan".




Untuk itu tak habiskan
Soal harga, ternyata harga yang tertera di kartu ini belum termasuk dengan sebotol air minum. buktinya ketika Ane membayarnya uang yang harus Ane keluarkan sebesar 39k. Itu artinya sebotol air minumnya sendiri dibanderol dengan harga 7k saja.
Let's Go

Minggu, 03 Desember 2017

Ngerujak di Warung Men Runtu

Setelah membeli beberapa biji kaos dan sepasang sandal buat oleh-oleh di Pasar Seni Sukawati, perut Ane merasa keroncongan. Maklum sekarang sudah menunjukkan pukul 2 siang sehingga sudah saatnya untuk makan siang. Disekitar Pasar Seni Sukawati sieh katanya ada sate lilit yang rekomended sekali buat dicoba, namanya Sate Lilit Ikan Tenggiri Pak Komang. Tapi, ketika Ane cari-cari tuh tempat ternyata hasilnya nihil alias tidak ketemu. Yasudah akhirnya Ane memutuskan untuk pulang saja ke Kota Denpasar.


Dalam perjalanan pulang menuju Kota Denpasar Ane tak sengaja membaca sebuah tulisan di papan gapura yang sangat menggelitik. Tulisan tersebut bunyinya seperti ini "Br. Tempek. Taman Palekan". Br jelas kependekan dari kata "Banjar" setara dengan dusun atau kampung, kalau Taman Pelakan tow tentu hanya sebuah taman. Nah ituloh tulisan "Tempek" nya, bagi Ane cukup menggelitik karena dalam bahasa jawa mengandung arti yang agak kurang pantas untuk diucapkan karena mengandung arti "alat kelamin wanita". Mungkin artinya akan berbeda bila diucapkan dalam bahasa Bali, mungkin dalam bahasa Bali kata ini merupakan sebuah kata yang biasa dan tidak mengandung arti yang kurang pantas untuk diucapkan. Entahlah!


Jarak Kota Denpasar dari Pasar Seni Sukawati tidaklah jauh yakni sekitar 10 Km saja melalui Jl. Raya Celuk dan Jl. Raya Batubulan, sehingga tak sampai 30 menit Ane sudah memasuki Kota Denpasar. Saat memasuki Kota Denpasar, tiba-tiba Ane kepikiran untuk kulineran lagi. Biasanya sieh kalau tidak ada rencana buat kulineran, begitu perut sudah keroncongan Ane langsung saja mampir di warung makan pinggir jalan dengan catatan warung tersebut halal. Tapi kali ini tidak, di kota ini ada sebuah warung makan yang belum Ane cicipi, warung makan tersebut bernama Warung Men Runtu yang terletak di Jl. Sekuta No. 32C, Sanur. Berdasarkan beberapa informasi yang Ane dapatkan kalau warung ini buka dari jam 12 siang hingga 7 malam. Klop bila sekarang saatnya Ane menuju kesana. Sebenarnya ada yang membuat Ane malas sob, letaknya ituloh berada agak dalam jauh dari jalan raya. Tapi apa boleh buat, pumpung masih di Bali akhirnya Ane mengunjungi tempat tersebut.
Bagi Ane warung ini cukup rumit untuk ditemukan, maklum baru kali ini Ane menginjakkan kaki di gang-gang kecil Pulau Bali. Sudah setengah jam Ane mencarinya, beruntung warung yang Ane cari akhirnya ketemu juga. "Warung Men Runtu", itulah sebuah tulisan yang yang ada di sebuah plank berwarna hitam terletak di kanan (barat) jalan.


Tak ada lahan parkir yang memadai, semua kendaraan terparkir dipinggir jalan sehingga memakan sebagian badan jalan. Setelah memarkirkan kuda hijau Ane, lantas Ane masuk kedalam. Warungnya cukup sederhana dengan meja dan kursi terpasang dengan rapi. Meja kursi yang memiliki desain biasa terpasang didalam ruangan, sedangkan meja kursi yang memiliki desain yang tak cukup biasa terbuat dari batuan keramik terpasang diluar ruangan.


Awalnya memang Ane sudah penasaran dengan tempat yang satu ini, tapi rasa penasaran itu bertambah saat Ane datang langsung kesini dan melihat begitu banyaknya pengunjung yang datang memadati tempat ini, hampir semuanya berasal dari kalangan anak muda. Padahal warung ini belum lama berdiri yakni tahun 2015, lalu apa sih yang istimewa dari menu-menu yang ditawarkan oleh tempat ini? dan seberapa enak menu-menu tersebut? Tentu rasa penasaran ini dapat Ane jawab setelah Ane merasakan sendiri menu-menu yang ada. Karena Ane hanyalah seorang diri maka sebenarnya Ane ingin sekali duduk didalam. Tapi apa boleh buat, semua tempat sudah diduduki dan yang tersisa tinggal sebuah kursi yang ada di sebelah kanan warung, itupun diluar ruangan. Okelah, kalau begitu duduk saja Ane disini.


Diatas meja sudah ada sebuah kertas pemesanan yang dapat Ane gunakan, selain itu daftar menu yang dapat Ane baca. Ada banyak menu yang tersedia, semua menunya benar-benar khas dan jarang ditemukan di luar Pulau bali. Rujak kuah pindang, rujak colek, bulung boni, sayur cantok, tipat cantok, tipat plecing, dan lain sebagainya. Setelah membaca-baca, akhirnya Ane memutuskan untuk makanannya Ane pesan rujak kuah pindang gula Bali dan bulung boni campur. Sedangkan untuk minumannya Ane pesan es cincau saja.

Daftar menu makanannya
Daftar menu minumannya
Saat sampai didepan, Ane dikasih tahu kalau menu bulung boninya sudah habis dan tinggal rujak kuah pindangnya saja. "Atau mau ganti menu lainnya?", begitulah timpal salah satu pelayannya kepada Ane. Tanpa fikir panjang Ane tetap memesannya yaitu seporsi rujak kuah pindang saja. Rupanya disini kesabaran Ane benar-benar diuji. Untuk menunggunya saja waktu yang Ane perlukan sekitar 3/4 jam. Tapi nggak apa, karena sepulangnya dari sini sudah tak ada jadwal untuk ngelayap lagi. Dan sekarang semua pesanan sudah ada dihadapan Ane, sepiring rujak kuah pindang dan segelas es cincau.


Secara penampilan, rujak ini terbilang unik. Seporsi rujak berisi irisan dari berbagai macam buah segar yang diberi sedikit kuah berwarna kecokelatan. Buah apa saja ya ini? setelah Ane cicipi dan rasakan ternyata buah-buah tersebut diantaranya ada buah mangga, bengkuang, kedondong, timun, dan nanas. Tak hanya pada buahnya saja yang terasa segar, tetapi kesegaran juga terjadi pada kuahnya. Kuahnya ituloh gurih dan pedas banget. Tak heran bila Warung Men Runtu ini selalu dipadati oleh para pengunjung. Selain pecinta rujak, Ane rasa juga penyuka rasa pedas wajib pokoknya datang kesini. Pas bila rasa pedas dipadu dengan rasa dingin. Segelas es cincau sudah cukup mampu meredamkan rasa yang amat pedas ini dan juga menghilangkan rasa dahaga Ane. Dua kata untuk ini semuanya "Wuenak tenan, Le leduk".




Untuk itu tak habiskan semuanya
Soal harga tak perlu membuat Ane khawatir. Dari awal Ane sudah tahu kalau semuanya uang yang harus Ane bayarkan hanya sebesar 14k saja, dengan rincian sepiring rujak kuah pindang gula bali 8k dan segelas es cincau 6k. Gimana, tertarikkah sobat buat mencicipinya? kalau tertarik bisa deh sob langsung meluncur ke tempatnya. Sampai Jumpa!
Let's Go

Jumat, 24 November 2017

Belanja Oleh-oleh di Joger Bali dan Pasar Seni Sukawati

Setelah sarapan pagi di Warung Jerman, Ane galau hendak mau kemana lagi Ane ini. Ane lihat di buku daftar kunjungan Ane semua tempat wisata sudah Ane jelajahi, hanya menyisakan wisata kuliner saja. Kan nggak mungkin habis makan terus makan lagi, bisa-bisa perut ini meledak, :-). Ditengah kebimbangan itu tiba-tiba muncul ide Ane untuk wisata belanja saja. Seharusnya wisata belanja ini Ane rencanakan sehari sebelum kepulangan ke Jogja, tapi apa boleh buat selagi ada waktu yang kosong kenapa tidak? jugaan kalau lebih cepat kan lebih baik dan bisa menghemat pengeluaran.
Sebagai daerah pariwisata, tentu Bali mempunyai banyak tempat belanja yang dapat Ane singgahi. Tapi, diantara banyak tempat belanja tersebut ada beberapa tempat belanja yang cukup terkenal dan masuk dalam daftar kunjungan Ane diantaranya Krisna Oleh-oleh Khas Bali, Joger Pabrik kata-kata, dan Pasar Seni Sukawati. Berhubung Krisna Oleh-oleh Khas Bali sudah Ane sambangi saat baru saja tiba di Bali, maka kali ini Ane akan menyambangi yang duanya lagi.



Tempat belanja yang akan Ane tuju pertama kali adalah Joger yang terletak di Jl. Raya Kuta. Sudah beberapa kali Ane lewat didepannya, baik itu saat kulineran di Warung Nasi Pedas Ibu Andika maupun mengunjungi obyek wisata Pantai Legian. Sehingga tak perlu lagi Ane pusing-pusing mencari keberadaannya. Ada banyak alasan mengapa Ane mendatangi tempat ini, selain tempatnya yang unik dan berbeda juga produk-produknya yang nyeleneh dengan kata-kata yang aneh tur kualitas barangnya terbilang sangat bagus. Kedatangan kali ini sebenarnya bukanlah kali pertama bagi Ane. Iya, Dahulu Ane pernah datang kesini saat ikut study tour SMA dan Ane membeli sebuah kaos berwarna orange. Setelah sampai dirumah ternyata kaos yang Ane beli kebesaran dan yang memakainya sekarang adalah Ibu Ane. Saat dicuci sekian tahun kaos tersebut terlihat sama saja dengan kondisi awalnya, tidak luntur, tebal, dan enak dipakai. dari situ Ane berfikiran kalau suatu saat ke Bali lagi Ane mau beli lagi kaos produk dari Joger. Sekarang Ane keturutan, saat inilah waktu yang tepat buat membelinya.
Ane sudah tidak kaget lagi dengan tokonya. Dibagian depan, banyak terdapat kata-kata lucu dan unik namun mengandung pesan yang sangat berarti bagi setiap pengunjung yang datang. Ada kata "Ini tembok Joger bukan tembok berlin" tertulis ditembok sebelah selatan. Sedangkan dibagian bawahnya tertulis "Belanja tidak belanja tetap Thank You!".



Joger hanya ada di Bali saja, maka tak heran bila saat Ane mau masuk harus mengantri dulu bak seperti mengantri sembako murah apalagi gratis, :-). Ada tempat penitipan barang terletak persis didepan sebelah kanan pintu masuk. Setelah menitipkan tas dan jaket, lantas Ane bergegas masuk kedalam. Kini Ane dapat membeli apa yang perlu Ane beli. Didalam tidak diperkenankan foto-foto, selain itu di beberapa sisi dinding terpajang tulisan-tulisan mengenai toko ini. Ada yang menceritakan tentang sejarahnya hingga wawancara seorang pemilik Joger bernama Joseph Theodorus Wulianadi dengan beberapa media cetak.
Toko ini terdiri dari beberapa ruang, ada ruang khusus yang memajang berbagai macam souvernir seperti mug, gantungan kunci, tas, sandal, dan lain sebagainya; ruangan souvernir berupa guci dan pernak-pernik lainnya; dan juga ruangan khusus yang memajang koleksi T-shirt. Dari sekian ruangan yang ada, ruang pajang T-shirtlah yang paling ramai diserbu pembeli. Ada banyak pembeli sedang memilih-milih pakaian. Berbagai ukuran tersedia, mulai dari SS hingga Xl. Dahulu Ane memilih kaos berukuran M, tapi kebesaran. Agar tak terulang lagi bertanyalah Ane kepada salah satu pelayannya kira-kira ukuran apakah yang pas dan cocok dengan tubuh Ane ini. Sambil melihat tubuh Ane, beliau menjelaskan kepada Ane kalau ukuran kaos disini berbeda dengan ukuran kaos pada umumnya. "Kita naikkan satu ukuran", tukasnya. Artinya ukuran S disini sama dengan ukuran M kaos pada umumnya, sedangkan ukuran M sama dengan ukuran L. Beliau menyarankan kepada Ane kalau sebaiknya Ane membeli ukuran S saja. Ane terima saran beliau dan saatnya sekarang Ane menentukan kaos model dan jenis apa yang hendak Ane pilih.


Mobil Joger yang pas kebetulan lewat didepan Ane
Tak di tokonya, di mobilnya juga didesain seperti ini
Setelah memilih-milih baik dari segi warna maupun tulisannya, pilihan Ane jatuh pada kaos berwarna abu-abu dengan dibagian depan bertulisan "One spesial night in Bali", sex memang menyenangkan, tapi toh bukan hanya untuk bersenang2 saja dan bergambarkan 2 pasang telapak kaki yang sedang bersama sebanyak 6 kotak. Sedangkan dibagian belakang kaosnya bertuliskan tentang cinta. Begini bunyinya.
"Cinta eros tanpa sex sebenarnya sama saja dengan jika kita menyantap masakan sehat, tapi hambar karena tanpa bumbu. Tapi sebaliknya kalau sex saja tanpa cinta, sebenarnya sama saja dengan kita mengunyah bumbu-bumbu atau rempah-rempah yang pedas-pedas saja, tapi tanpa bahan masakan yang bergizi sama sekali". Inilah keunikan yang dimiliki oleh Joger, kata-kata lucunya ada disebagian besar produknya.



Dari segi harganya memang kaos-kaos ini terbilang agak mahal dibandingkan dengan kaos-kaos pada umumnya, namun tetap saja toko ini tak pernah sepi dari serbuan para pembeli. Sebenarnya sieh selain kaos, ada juga produk lain yang berada disini, diantaranya ada udeng, baju, jaket, celana, dan lain sebagainya. Setelah mendapatkan kaos yang Ane inginkan, lantas Ane berkeliling-keliling lagi. Tak lama kemudian ada sebuah benda yang berhasil menarik perhatian Ane untuk membelinya yaitu sebuah gantungan kunci bermerk Joger dengan kata-kata uniknya sebagai berikut. "Joger adalah pabrik kata-kata ketiga didunia, karena pertama tidak pernah ada, dan yang kedua juga tidak kecuali kalau sudah ada yang mulai mengada-ngada", hahaha.



Untuk dua produk ini Ane harus membayarnya 102k dengan rincian 92k untuk kaosnya dan 10k untuk gantungan kuncinya. Khusus untuk gantungan kuncinya, Ane meminta kepada kasirnya untuk tidak usah dibungkus. Tapi apa sob yang Ia bilang? dengan ramahnya Ia bilang barang sekecil apapun yang dibeli dari outlet ini harus dibungkus. Mantabe' betul!



Berhubung produk disini terbilang mahal bagi Ane yang hanya anak kost-kostan saja, Ane memikirkan untuk membawa oleh-oleh bagi adik-adik Ane tapi dengan harga yang cukup ekonomis. Sama halnya dengan Joger yang telah Ane sambangi beberapa tahun lalu, tempat inipun demikian. Ya, tempat tersebut bernama Pasar Seni Sukawati.

Pasar Seni Sukawati
Keluar dari Joger, Ane geber kuda hijau Ane menuju kesana. Pun demikian dengan tempat ini, Ane sudah tak dipusingkan lagi dengan jalan yang ada. Beberapa kali Ane telah melewatinya. Entah saat Ane menuju ke Ubud atau saat menuju ke bagian timur laut Bali baik itu ke Kabupaten Gianyar maupun ke Kabupaten Bangli.
Biasanya kalau pagi-pagi sekali Pasar Seni Sukawati yang menjual berbagai macam souvernir ini belum buka, yang buka hanya yang menjual berbagai macam jenis bahan sayur-mayur saja. Berhubung kali ini Ane kesini pas siang hari maka tak heran bila tempat parkir sudah dipenuhi oleh kendaraan bermotor.



Setelah memarkirkan kuda hijau Ane, Ane lihat-lihat dahulu dibagian depan pasar. Barangkali ada kaos yang cocok buat di beli. Ada sebuah syarat yang Ane berlakukan pada souvernir yang akan Ane beli nanti yaitu ada tulisan Bali Nya. Selain kaos tujuan Ane kesini adalah beli sepasang sandal buat adik kandung Ane. Dia berpesan kalau oleh-olehnya jangan kaos melulu, soalnya setiap pergi keman gitu Ane selalu membawakan untuknya sebuah kaos dengan bertuliskan nama daerah tersebut. kali ini Ane berencana membawakan sepasang sandal saja.
"Ini mas kaos 40 ribu saja, 100 ribu dapat 3", begitulah suara yang Ane dengar dari setiap penjual yang Ane lewati didepannya.
Satu dua kali Ane mengabaikannya hingga akhirnya Ane mencoba mampir sebentar disalah satu los dekat tempat parkir. Ane tawar-tawar akhirnya kena 40 ribu dapat 3 biji. Harga produk yang dipasarkan di Pasar Seni Sukawati ini memang terkenal akan harga murahnya bagi yang pintar nawar. Sebenarnya Ane sendiri sieh tidak pintar nawar, cuman ada barang Ane tawar sekian kalau tidak boleh ya langsung pergi ke tempat lain. Berbeda dengan kaos, dalam penawaran sandalnya terbilang tidak lancar. Sandal yang ditawarkan dengan harga 30 ribu Ane tawar 12 ribu, tak dikasih. Yasudah!



Pindah ke tempat lain, selain kaos dan sandal sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah berbagai macam souvernir dan barang-barang seni kerajinan khas Bali. Ada lukisan-lukisan cantik, gantungan kunci, wewangian, baju, hingga cemilan. Pokoknya komplit dah. Setelah agak lama berkeliling akhirnya Ane mampir lagi disalah satu los didalam pasar. Sama seperti saat awal menawar sandal, sandal dengan jenis dan motif yang sama tetap saja tak boleh Ane tawar dengan harga 12k dan setelah melalui proses tawar-menawar yang cukup alot akhirnya sandal tersebut boleh Ane bawa pulang dengan harga 15k. "Nggak apa-apalah yang penting dapat", fikirku.




Barang yang Ane cari sudah ada ditangan. Berhubung perut sudah mulai lapar maka setelah keluar dari sini segera Ane langkahkan kaki mencari sebuah warung. kira-kira warung mana lagi ya yang makanannya enak buat dicicipi?
Let's Go

Minggu, 12 November 2017

Warung Jerman Bali, Ternyata Namanya Hanya Sebuah Akronim

Semakin lama di Bali tempat yang Ane jelajahi didaftar kunjungan Ane semakin sedikit. Selain obyek wisata berupa wisata alam maupun pura, Bali juga mempunyai tempat wisata kuliner yang khas dan patut untuk dicoba. Salah satunya adalah Warung Jerman yang terletak di Jl. Raya Puputan no.206, Renon, Denpasar. Pertama kali mendengarnya Ane tak langsung percaya kalau warung ini menyediakan berbagai macam menu makanan khas Bali, pasalnya dari namanya saja sudah kelihatan kalau warung ini ada kaitannya dengan Negara Jerman. Tentu menu makanan yang tersedia merupakan makanan khas Jerman atau warung ini milik orang jerman.
Tapi saat Ane mendatangi tempat tersebut secara langsung barulah Ane percaya kalau warung ini benar-benar menyediakan menu makanan khas Bali, sedangkan kata "Jerman" hanyalah sebuah akronim dari "Jeruk Manis" saja. Saat Ane sampai disini, hanya ada beberapa orang saja yang sedang berkunjung, maklum hari masih terlalu pagi dan warungnya baru saja buka. Hal ini terlihat dari pelayannya yang masih sibuk menyiapkan menu makanannya.



Setelah memarkirkan kuda hijau, lantas Ane masuk kedalam. Warungnya tak begitu luas dengan dindingnya terbuat dari setengah batu-bata dan setengahnya lagi kayu yang dipasang tidak rapat. Di kayu-kayu tersebut terpasang berbagai macam menu makanan yang dapat dipesan oleh para pengunjungnya. Ada sager/be jeruk, ayam panggang sambel matah, jukut urap, tipat bungkul, ayam panggang, tum ayam, ayam bakar, tipat kuah ayam, dan nasi campur ayam. Sementara untuk minumannya ada es campur jerman, es jeruk, es daluman, es teh, dan kopi Bali.



Tak hanya itu dibagian dinding ini juga terpasang beberapa buah foto pemilik warung bersama orang-orang terkenal yang pernah mampir kesini. Dari sekian foto tersebut, ada sebuah foto yang membuat Ane merasa tepat berkunjung kesini. Ya, Foto Pak Bondan Winarno yang terkenal akan kata "Mak Nyusss" nya.



Warungnya cukup bersih dan meja serta kursi terpasang dengan rapi. Ane mengambil salah satu posisi tempat duduk didekat pintu masuk. Setelah memikirkan agak lama hendak mau makan apa, akhirnya pilihan Ane jatuh pada tipat kuah ayam. Sedangkan untuk minumannya apalagi kalau bukan jeruk manisnya. Ane maju kedepan untuk pesan menu-menu tersebut.



Tak lama Ane menunggu, tak sampai 15 menit pesanan yang Ane pesan sudah ada didepan semua. Seporsi tipat kuah ayam dan segelas es jeruk manis. Seporsi tipat kuah ayam terdiri dari setusuk sate lilit, tipat (ketupat), setengah butir telur ayam rebus, sambal, ayam goreng, ayam betutu, sayur, dan tum ayam (dalam bahasa jawa sama dengan bothok), serta ada tambahan semangkok sup ayam yang berisi setengah.


Seporsi tipat kuah ayam dan segelas es jeruk manis
Tipat kuah ayamnya

Lalu bagaimanakah dengan rasanya? berhubung menu yang diunggulkan disini adalah minuman jeruk manisnya, maka dari itu minuman ini yang pertama Ane cicipi. Sruput, sruput, sruput, hmmm rasanya sangat manis dan khas. Tidak beda jauh sieh sama minuman jeruk manis pada umumnya, cuman kadar jeruknya saja yang lebih kental. Sekarang pindah pada tipat kuah ayamnya. Sama seperti sate lilit pada umumnya, rasa sate lilit ini cukup lembut dan empuk di mulut. Begitupula dengan daging ayam dan tipatnya. Sayurnya segar dan lengkap sudah dengan hadirnya sambal yang sangat pedas serta ayam goreng yang terasa kriuk-kriuk begitu mendarat di mulut. Tak ketinggalan juga pada sup ayamnya, rasa kuah ayamnya itu mirip dengan rasa kuah pada bakso yang diberi tambahan seledri dan bawang goreng. Untuk dagingnya juga enak dan Dua kata deh sob untuk ini semua,"wuenak tenan, Le Leduk".






Untuk itu tak habiskan semuanya
Rasa yang enak sepadan dengan harga yang harus Ane bayarkan. Semuanya dihargai 37k saja. Gimana, tertarikkah sobat untuk mencicipinya? Warung ini terletak sangat strategis di pusat kota dekat perkantoran sehingga mudah untuk ditemukan. Letaknya tidak jauh dari Patung Kapten Japa di Bunderan Renon, hanya sekitar 100 meter kearah barat saja. Jam buka warungnya dari pukul 8 pagi hingga sore hari jam 6 Wita.
Let's Go

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me