Jumat, 30 Januari 2015

Kehangatan Mencicipi Kupat Tahu Kidul SGM Pak Budi

Yogya memang istimewa. Di sini tidak hanya menawarkan obyek wisata yang istimewa saja, namun terdapat juga berbagai kuliner yang istimewa yang patut di coba. Salah satunya adalah Kupat Tahu Kidul SGM Pak Budi.
Pagi tadi Ane menyempatkan diri untuk mengunjungi tempat ini. Letaknya tidak juah dari tempat kost Ane jadi tidak diperlukan waktu yang cukup lama untuk sampai di sini.
Bapak Paruh Baya: Kupat tahu mas? pedes atau tidak?
Ane             : pedas pak. Ane pun penasaran siapakah bapak 
                  ini? Pak Budi sendiri atau anaknya atau bahkan 
                  malah cucunya. Ane langsung menanyakan kepada                     beliau siapakah beliau. Ma'af, apa benar ini
                  dengan bapak Budi nya sendiri?
Bapak Paruh Baya: Iya benar mas, saya Pak Budi.
Ane             : Eow, wah kebetulan kalau begitu pak bisa
                  ngobrol secara langsung dengan bapaknya.
                  sambil menunggu kupat tahu yang dibuatkan oleh
                  para pelayannya, Ane pun memberanikan diri
                  untuk foto bersama bapaknya. Ma'af pak,
                  bolehkah saya foto dengan bapaknya?
Pak Budi        : Eow, boleh mas. Monggo (Logat Jawa)
Cepret, cepret, cepret. Hasilnya

Ane bersama Pak Budi
Nah, dari situ Ane berbincang - bincang secara langsung dengan beliau. Ternyata orangnya sangat mengasyikkan di ajak bicara.
Ane     : Kalau boleh tahu bapak sejak kapan yaw mulai 
          berjualan kupat tahu ini?
Pak Budi: itu (dia menunjuk sebuah banner yang terpasang di
          depan warungnya). Mas nya darimana?
Ane     : eow, tahun 1957 tow. Wah sudah lama yaw berdirinya.
          Saya berasal dari Bantul pak. 
          Inilah banner yang dimaksud.


Perbincangan pun semakin hangat dan kita lanjutkan kembali.
Pak Budi: Owalah bantul tow. Bantul nya mana mas?
Ane     : Kretek Pak. Bapaknya apa berasal dari Bantul juga Pak? 
Pak Budi: Saya asli Bantul mas, Sanden.
Ane     : Owalah Sanden tow, berarti bertetanggaan pak.
Pak Budi: Ya iyalah mas. Kretek dan Sanden itu kan dekat sekali.
Ane     : Biasanya buka warungnya jam berapa pak?
Pak Budi: Jam 7 Pagi sampai setengah 4 sore mas. Tapi biasanya
          pada jam 3 sore sudah habis, jadi yaw tutup.
Di tengah - tengah perbincangan kita, datanglah pesanan Ane yang sudah Ane tunggu - tunggu yang selanjutnya akan Ane sikat habis. Kupat tahu yang pedas.

Kupat Tahu Pak Budi
Sejauh pengamatan Ane, kupat tahu ini tersusun dari komponen - komponen tahu, kupat, kecambah, krupuk dan terdapat kuah yang khas tentunya. Tak lengkap rasanya jika tanpa air minum. Setelah melihat harga, jatuhlah pada sebuah pilihan Ane yaitu es dawet sebagai minumannya.

Daftar Harga Menu
Sebenarnya tarif untuk semua minuman di sini adalah sama. Jadi sobat tinggal pilih saja minuman apa yang sobat suka jika datang kesini. Inilah es dawetnya yang Ane jejerkan di sebelah kupat tahunya dengan berlatar belakang bapak Budi.


Saatnya Ane menyantap apa yang sudah tersedia di depan Ane. Tetapi sebelum menyantapnya, ada satu ritual yang wajib Ane lakukan sebelum makan, yaitu Narsisme. Di tengah kenarsisan Ane, Ane cuman mau bilang, mau?, hehe.


Ane tidak menyadari, ternyata kuda hijau Ane ikut narsis juga? haha. Saya kira orangnya saja yang narsis, nggak tahunya kuda hijau Ane juga suka narsis tow. Oke sekaranglah saatnya merasakan kupat tahu yang konon sangat terkenal di kota Jogja ini. Yummz. yummz, Yummz, rasanya manis dan pedas (karena memang Ane memesan kupat tahunya pedas), serta khas berbeda dengan kupat tahu lainnya yang ada di Yogya ini. Satu kata untuk kupat tahu Pak Budi ini.

Pecaaaaaah
Di tengah - tengah Ane makan, kita pun melanjutkan perbincangan kita kembali. Ane tahu sob, kalau berbicara sambil makan itu tidak boleh. Karena ini spesial, bolehlah sekali - kali makan sambil berbicara, hehe.
Ane     : Dahulu, kondisi sekitar sini bagaimana pak? apakah
          sudah beraspal jalannya?
Pak Budi: Yow belum mas. Dahulu jalannya masih kecil dan masih
          berupa tanah. Jalannya di aspal itu baru tahun 1970
          kalau tidak salah.
Ane     : Eow. Nah ini kan warung bapak membawa nama pabrik 
          SGM. Apakah warung bapak sudah ada sebelum pabrik
          SGM nya ada?
Pak Budi: Nggak mas, pabriknya dahulu berdiri baru warung saya.
          Pabriknya berdiri pada tahun 1954. Dahulu bukan SGM
          nama pabriknya ketika pertama kali berdiri, tetapi
          saridele (memang benar apa yang dikatakan oleh Bapak
          Budi ketika Ane mencarinya di internet, Sipz).
Ane     : Eow. Lalu bapaknya ketika itu berusia berapa yaw
          ketika membuka warung kupat tahu ini?
Pak Budi: Saya lahir 1937 mas, berarti 20 tahun yaw mas? ketika
          itu saya lulus SR (dahulu Sekolah Rakyat) dan
          langsung membuka warung ini dan sampai sekarang.
Ane     : Eow. Lama sekali yaw pak. Hemz
Pak Budi: Nama mas nya siapa
Ane     : Anis Pak.
Pak Budi: Anis. Itu di Jaket sudah ada namanya (Dia menunjuk ke 
          arah jaket Ane yang sedang Ane kenakan).
Ane     : Eow iya, hehe.
Tidak terasa menyantap kupat tahu sambil berbincang - bincang dengan bapaknya, kupat tahunya habis.


Saatnya Ane membayar apa yang sudah Ane perbuat yaitu makan kupat tahu dengan segelas es dawet seharga Rp. 12.000,- (cukup ekonomis bukan?). Sebenarnya banyak sekali yang Ane perbincangkan dengan Pak Budi ini, akan tetapi tidak mungkin Ane memposting semua pembicaraan kita di sini. Di ujung pembicaraan kita, beliau menjelaskan kalau salah satu keluarga keraton pun biasanya sebulan sekali datang kesini. Selain itu pernah di liput oleh media baik cetak maupun elektronik salah satunya ANTV. Artis pun banyak yang berdatangan kesini. Inilah yang membuat Ane penasaran seperti apakah rasa kelezatan dari kupat tahu Pak Budi ini.
Warung makannya cukup sederhana dengan pelayannya yang masih muda - muda namun menyajikan kupat tahu yang rasanya memang lezat sekali dan wuenak tenan. Selain itu bapaknya cukup ramah bersahabat bila di ajak ngobrol. Pokoknya tempat ini Ane rekomendasikanlah sob.
Ane kasih tahu lokasi Kupat Tahu ini yaw sob. Kupat Tahu ini Terletak tepat berada di depan SGM dan persis di perempatan jalan antara Jl. Kusumanegara dengan Jl. Veteran. Dari titik nol kilometer ke arah timur lurus saja menuju Kebun Binatang Yogyakarta. Sebelum sampai di Kebun Binatang Yogyakarta, terdapat sebuah perempatan jalan. Nah di situlah tempatnya. 
Bagi sobat yang datang ke Yogyakarta, jangan lupa untuk mampir kesini yaw sob. Sekian dahulu cerita petualangan kuliner Ane di Kupat Tahu Kidul SGM Pak Budi. Semoga cerita Ane ini dapat sedikit memberikan informasi bagi yang membutuhkannya. Sampai jumpa.

Let's Go

Kamis, 29 Januari 2015

Kenikmatan Sego Pecel (SGPC) Bu Wiryo 1959

Hai sobat, bagaimanakah kabarnya? semoga baik - baik saja yaw. Kali ini Ane mau berbagi informasi mengenai salah satu kuliner yang sangat lezat dan melegenda di Yogyakarta yaitu Sego Pecel (SGPC) Bu Wiryo.
Entah kenapa tadi pagi Ane pingin banget makan Sego Pecel ini. Sebelumnya Ane sempat browsing - browsing di internet sieh mengenai kuliner yang ada di Yogyakarta ini. Akhirnya jatuhlah pilihan Ane pada sego pecel ini. Langsung saja Ane pacu kuda hijau Ane menuju ke tempat dimana sego pecel ini berada yaitu terletak di Jl. Agro CT. VIII Klebengan.


Sesampainya di sini, Ane langsung memakirkan kuda hijau Ane dan langsung memasuki warung makannya. Terasa beda ketika Ane memasukinya dan ada keunikan tersendiri mengenai warung makan ini.
Warungnya cukup luas dan terlihat foto Bu Wiryo di dinding sebelah utara dan penjelasan mengenai warung ini yang terpasang di sebelah timur.

Foto Bu Wiryo di dinding
Penjelasan Mengenai Warung Makan Bu Wiryo
Selain itu, ternyata warung makan di sini tampaknya menerapkan kedisiplinan yang sangat luar biasa dalam hal berpakaian. Berbagai pelayan mengenakan seragam yang sudah menjadi identitas di sini.
Cacing di dalam perut sudah pada konser dan itu artinya segeralah Ane menuju hidangan kuliner yang tersedia di sebelah utara. Seorang pelayan siap melayani Ane untuk mengambilkan seporsi sego pecel dan selanjutnya Ane bebas memilih berbagai lauk pauk yang sudah tersedia.

Berbagai Hidangan Lauk Pauk Yang Tersedia
Seporsi sego pecel yang menjadi menu andalan di sini dengan 2 potong tempe menjadi pilihan Ane (maklum sob anak kost, porsi ekonomis, hehe). Sejauh Ane mengamati Sego pecel ini, tampaknya tersusun dari kecambah, sayur bayam, dan kacang panjangnyalah yang menjadi komponen utamanya.

Seporsi Sego Pecel
Ada dua macam menu yang ditawarkan di sini. Selain Sego pecel, terdapat juga sop dengan lauk tahu, tempe dan telur ceplok. Jadi silahkan pilih mana yang sobat sukai bila datang ke sini. Rasanya tidak lengkap kalau cuman sego pecel saja. Oleh karena itu Ane sandingkan segelas minuman es teh yang tentu semakin menambah lengkap menu Ane.


Sego pecel dan segelas minuman es teh sudah tersedia. Sebelum makan tentunya Ane wajib menjalankan ritual yang satu ini, apakah itu? teng - teng narsis dahulu. Mari kita rasakan bersama, mau?


Saatnya Ane mencicipi, seberapa lezatnya sego pecel ini. cahumm, cahumm, rasanya memang lezat sob dan nikmat sekali. Menurut Ane bumbu kacangnyalah yang rasanya perpaduan antara pedas dan manis yang membuat sego pecel ini sukses menjadi primadona di antara sego pecel lainnya. Satu kata untuk kuliner ini. Pecahhhhh.
Pantesan saja warung ini selalu dipenuhi oleh para pelanggan baik pada hari biasa maupun hari libur. Bagi sobat yang suka kuliner dengan bahan dasar sayuran yang disirami kuah kacang, disinilah tempatnya.
Lima belas menit kemudian

Yaw habis dah. Makanannya habis? eitz Ane tidak beranjak dahulu dari tempat duduk. Menikmati dahulu sajian musik acoustic band plus di sini. Suaranya cukup menghibur sob, cukup bagus? nieh Ane kasih fotonya.

Acoustik Band Plus Yang Sedang Memainkan Musiknya
Cukup lama sudah Ane duduk di sini dan kini Saatnya Ane segera pulang. Ternyata untuk satu porsi sego pecel, dua potong tempe dan segelas minuman es teh di bandrol dengan harga Rp. 17.500,-. Cukup ekonomis bukan?
Bagi sobat yang datang ke Yogyakarta, tidak lengkap rasanya bila belum berkunjung kesini. Cukup mudah untuk menemukan warung makan tempo dulu ini yaitu berada persis di depan Fakultas Kedokteran Hewan UGM. Ayo tunggu apalagi, segeralah datang kesini. Sekian dahulu yaw sob, sampai jumpa.
Let's Go

Senin, 26 Januari 2015

Pantai Depok: Jimbarannya Bantul Yogyakarta

Masih di suasana tahun baru. Beranjak dari Pantai Parangtritis menuju ke Pantai Depok. Pantai Depok ini terletak tidak jauh dari Pantai Parangtritis, hanya sekitar 3 - 4 Km saja ke arah barat. Ane berkendara melalui jalan alternatif dalam menuju kesana (bukan lewat jalan sebelum pintu masuk ke Pantai parangtritis lalu berbelok ke kanan dari arah Kota Yogyakarta yang biasa wisatawan gunakan yaw sob). Sepanjang perjalanan Ane disuguhkan pemandangan yang sangat luar biasa indahnya. Tanah yang berpasir dan pohon - pohon yang menjulang ke atas tidak terlalu tinggi. Tidak butuh waktu lama untuk sampai kesini, hanya sekitar 15 menit saja. Tidak ada tiket masuk bagi Ane karena tiket masuk sudah sepaket dengan tiket masuk Pantai Parangtritis. Bahagianya diriku. Istilahnya beli sandal dapat dua buah sandal (yaiyalah, masak beli sandal cuman dapat satu bagaimana yang satunya lagi mas bro). Sandal saja pasangan, apalagi kamu? (duh sedih diriku kalau di tanya begitu).


Waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang, artinya kita harus beristirahat sebentar sebelum mengeksplorer pantai. Di sini fasilitas sudah terbilang cukup lengkap, mulai dari Tempat parkir, kamar kecil, tempat ibadah, apalagi kuliner disinilah tempat yang sangat cocok. Tetapi jangan tanya kuliner seafood di sini yaw sob, menurut Ane sih di sini tidak cocok yang kebanyakan orang bilang, tetapi cocok banget. Ane pun memilih sebuah masjid sebagai tempat beristirahat sejenak. Tidak jauh berbeda dengan Pantai Parangtritis, Pantai Depok pun sangat ramai dipadati oleh para wisatawan. Memang waktu itu masih di suasana tahun baru, jadi tak heran bila Pantai ini dipadati oleh para wisatwan yang datang ke Yogyakarta ini.
Singkat cerita, pada pukul setengah 4 siang mulailah Ane mengeksplorer pantai ini. Beranjak dari masjid, Ane bergerak ke arah bibir pantai. Di sepanjang perjalanan banyak kita temui para pedagang yang sedang menjajakan barang dagangannya di sini. Kebanyakan yang mereka perjualbelikan berupa hasil laut yang sudah di olah.


Ane sendiri tertarik membeli ikan laut segar dan kemudian di bawa pulang untuk di olah di rumah. Hari sudah agak sore, kesana kemari Ane mencari para nelayan yang sedang menjual hasil tangkapannya. Tahu tidak sob, apakah yang terjadi? hasilnya nihil. Ane tidak menyerah begitu saja sob, lalu Ane bertanya pada seorang pedagang dan beginilah percakapan kita:
Ane     : Buk nuwun sewu kulo ajeng badhe tanglet, kinten - 
          kinten taseh wonten boten nggeh nelayan sing taseh 
          nyade ulam wayah ngonten niki? (Versi bahasa Jawa)
        : Buk, permisi saya mau bertanya, kira - kira masih ada
          tidak yaw nelayan yang masih menjual ikan pada sore
          hari ini? (Versi bahasa Indonesia)
Penjual : Wah, nggeh sampun boten wonten mas nak yah ngonten
          niki. Benjang enjang mawon sowan mriki maleh. 
          Nak boten sampeyan ten peken ulam mawon, ten riko lak 
          taseh kathah mas. (versi bahasa Jawa)
          Wah, ya sudah tidak ada mas kalau waktu sore ini. Besok
          pagi saja datang kesini lagi. Kalau tidak kamu ke pasar
          ikannya saja, disana masih banyak mas. (versi bahasa
          Indonesia)
Ane     : Eow, la peken ulam nipun nggen sebelah pundi nggeh bu?
          (versi bahasa Jawa)
          Eow, la pasar ikannya di sebelah mana ya buk? (versi
          bahasa Indonesia)
Penjual : Niki lurus mawon (dia menunjuk ke arah barat), mangke 
          wonten perempatan mang belok kanan. Boten tebih kok 
          mas saking riku. (Versi bahasa Jawa)
          Ini lurus saja (dia menunjuk ke arah barat), nanti ada
          perempatan belok kanan. Tidak jauh kok mas dari situ.
          (Versi bahasa Indonesia).
Ane     : Eow, matur nuwun nggeh buk. (Versi bahasa Jawa)
          Eow, Terima kasih ya buk. (versi bahasa Indonesia)
Penjual : Sami - sami. (Versi bahasa Jawa)
          Sama - sama. (Versi bahasa Indonesia)
Dari sini Ane bergerak ke arah barat mengikuti petunjuk yang telah Ane dapatkan dari seorang penjual tadi. Benar bahwa tidak lama kemudian sampailah Ane di Pasar ikannya.

Pintu Masuk Pasar Ikan Pantai Depok
Jangan tanya tentang baunya yaw sob. Baunya Amis banget (yaiyalah namanya saja Pasar ikan, ikan laut lagi yaw pasti bau amis). Tak heran bila Ane menemui ada pembeli yang mengenakan masker untuk menutup hidungnya. Di pasar ikan ini para penjual ikan menjual ikannya dengan menduduki tempat yang sudah ada dengan bangku 2 baris membujur dari timur ke barat yang tertata rapi di sebelah kiri dan kanan jalan pembeli. Keadaan jalan yang berada tepat di tengah - tengah para penjual ikan ini menjadikan para calon pembeli bisa dengan leluasa memilih - milih ikan yang ingin dibelinya.
Berbagai macam ikan di jual di sini, mulai dari bawal, gurame, tuna, cakalan, cumi, udang, kerang, dan kepiting. Tentunya dengan variasi harga yang berbeda. Ane sendiri memilih ikan tuna untuk dibawa pulang dan di masak di rumah. Jangan dibayangkan seorang penjualnya pasti sudah agak tua - tua gitu. Jangan salah sob, banyak penjualnya yang cantik - cantik dan masih muda lo sob di sini.
Bagi para pengunjung yang tidak mau susah - susah membawa ikan ke rumah, bisa langsung di masak di sini dengan cara membeli ikan - ikan segar dari para penjual dan kemudian membawanya ke salah satu warung - warung yang berjajar rapi di sepanjang pantai. Bosen menunggu masakan ikannya? bermain - main dahulu di pantainya.
Ikan sudah di tangan, sebelum pulang ke rumah Ane menikmati pantainya terlebih dahulu. Banyak yang dapat dilakukan di sini, mulai dari mancing, bermain air, menaiki ATV, atau hanya sekedar jalan - jalan saja.


Untuk yang suka mandi di laut, Ane sarankan untuk berhati - hati karena terdapat palung laut yang sangat berbahaya bagi para pengunjung. Untuk yang ingin mengetahui lebih lanjut apa itu palung laut, silahkan search sendiri yaw sob.

Papan Peringatan
Bersantai dahulu sambil menikmati deburan ombak yang menggulung, semilirnya angin yang berhembus di pantai, dan cuci mata melihat cewek cantik yang s**** (hahaha).
Mungkin di benak sobat semua, timbul suatu pertanyaan kapan waktu yang paling tepat untuk mengunjungi Pantai Depok ini? Nah, jawaban Ane adalah ketika musim kemarau dan pada sore hari. Kenapa? karena pada saat itu matahari akan bersinar seharian dan ketika sunset tiba, akan lebih sempurna. Bisa dibayangkan betapa indahnya makan seafood ikan segar hasil tangkapan nelayan secara langsung di pinggir pantai sembari menikmati sunset yang indah mempsesona. Maka tak pelak inilah yang di maksud dengan Pantai Depok merupakan jimbarannya Bantul Yogyakarta. Hal ini merujuk pada pantai Jimbaran yang ada di bali.

Duh, santainya orang ini
Berbagai kapal nelayan berjajar rapi di bibir pantai sehingga menambah nilai keindahan tersendiri di sini. Biasanya para nelayan menangkap ikan pada malam hari dan pulang pada pagi atau siang hari. Bagi sobat yang ingin membeli ikan langsung dari para nelayan dapat datang pada pagi hari dan jangan pada sore hari yaw, nanti seperti Ane yang sudah tidak ada nelayan yang menjual ikannya. Terpaksa deh Ane harus membelinya di pasar ikan. Nieh ikannya, ada yang mau? ya sudah kalau tidak ada yang mau.

Ini Ikan Tuna, Ada yang Mau?
Waktu semakin sore saatnya Ane untuk kembali ke rumah. Sebenarnya justru waktu yang paling baik menikmati Pantai Depok adalah pada sore hari, namun karena kondisi cuaca mendung dan tidak memungkinakan untuk menikmatinya sekarang maka Ane memutuskan untuk pulang. Nah, sebelum beranjak pulang kita diharuskan membayar biaya parkir sebesar 2k.
Begitulah kira - kira mengenai cerita petualangan Ane di sini. Tunggu cerita Ane berikutnya ya sob, sampai jumpa.  
Let's Go

Minggu, 25 Januari 2015

Sego Megono Kang Ali (Kuliner Khas Pekalongan Ada di Yogyakarta)

Pada hari Jum'at kemarin, tepatnya tanggal 23 Januari 2015 berangkatlah Ane dan dua sobat Ane yang masing-masing berinisial Mas Ferdi dan Chandra ke tempat ini. Ada pepatah yang mengatakan "Tak kenal maka tak sayang", maka dari itu kita kenalan dahulu yaw sob.

Nama Ane Anis, Sego Megono Mantab
Nama Saya Ferdi, Sego Megono Jempol
Kala itu mas Ferdi dan Chandra datang ke kosan Ane untuk bermain, obrolan santai layaknya seorang sahabat yang sudah lama tidak bertemu (1 hari saja kok lama, hehe) kita mulai. Ntah bagaimana awal terjadinya, tiba - tiba muncullah ide Ane untuk mengajak mereka berdua menghabiskan malam itu dengan wisata kuliner di Yogyakarta. Setelah ngalor - ngidul bahas makanan yang sempat membuat kita bingung karena saking banyaknya wisata kuliner di Yogyakarta, akhirnya atas kesepakatan bersama jatuhlah pilihan kita pada Sego Megono. Ow iya lupa masih ada seorang sahabat Ane yang belum Ane kenalkan. Nieh orangnya yang menyebalkan (Ane kalau ketemu dia sering berdebat), haha.

Ngopo An, jenengku Chandra 
Hari semakin sore, mereka berdua akhirnya pulang ke kostnya untuk segera mempersiapkan diri begitu juga dengan Ane. Kita janjian dari kost berangkat ba'da magrib.
Akhirnya waktu yang kita sepakati bersama pun tiba, Kurang lebih Pukul 19.00 WIB berangkatlah kita menuju ke Sego Megono ini dan dibutuhkan waktu kurang lebih 20 menit untuk sampai kesini dari kost kita. Setelah sampai sana, suasana begitu ramai dan pengunjung silih berganti berdatangan membuat kita semakin penasaran. Seperti apa dan bagaimanakah rasanya. Gurih, asin, pahit, atau malahan hambar, hehe. Kalau belum ngerasain sendiri pokoknya belum yakin. Kondisi warungnya, kurang lebih seperti Angkringan yang menjual nasi kucing.
setelah sedikit mengantri, akhirnya kita sampai juga pada gilirannya. Porsi kecil, sedang, atau besar begitulah kira - kira pertanyaan yang terlontar dari seorang anak muda yang mungkin masih sebaya dengan kita dan memang seorang anak muda tersebut adalah seorang pelayan disini. Ane langsung jawab: "porsi besar kang". Begitu juga dengan Mas Ferdi. Berbeda dengan kita berdua, Chandra memilih memesan porsi kecil karena memang dia belum lama sebelumnya telah makan. Berbagai macam lauk pauk tersedia disini dan kita bebas memilihnya sendiri. Sepotong pisang goreng dan tahu bacem akhirnya sebagai pilihan Ane untuk menemani Sego Medononya.

Ane sego Megono Kang
Unik kan sob Segonya. Dalam bahasa jawa sendiri Sego dapat di artikan sebagai nasi dan megono sendiri Ane kurang tahu artinya sob, karena memang dalam bahasa jawa sendiri tidak ada akar kata yang asli dari megono tersebut. Yang jelas secara umum dapat kita lihat bersama bahwa sego megono tersebut adalah nasi yang disajikan dengan sambal dan sayur nangka yang dimasak dengan parutan kelapa. Sego Megono ini sendiri adalah kuliner khas Pekalongan yaw sob, bukan khas jogja (kalau khas jogja bernama gudeg) yang kebetulan hadir di Yogyakarta.
Disini, sego megono sendiri disajikan dengan beralaskan piring yang terbuat dari rotan dan diatasnya dilapisi dengan sebuah kertas minyak. Menurut Ane, masalah rasanya sendiri kurang lebih seperti urap kelapa (dalam bahasa jawa). Satu kata untuk sego megono ini.

Pecah
Menarik bukan? Nah bagi siapa saja yang kebetulan berkunjung ke Yogyakarta dan ingin merasakan sego ini, dapat langsung menuju kesini yang beralamat di Jalan Lingkar Utara, Paugeran, Maguwoharjo, Depok, Sleman. Kalau alamat mentahan begitu kan mungkin ada yang masih bingung yaw sob tepatnya. Oke dah Ane kasih tahu arahannya.
Bila sobat datang dari Surakarta, bisa langsung arahkan kendaraan menuju ke Jalan Lingkar Utara atau berbelok ke kanan dan sampai menemukan Ruko Casa Grande yang terletak di sebelah kanan jalan. Sebelum Ruko Casa Grande, lihatlah sebelah kiri jalan. Pastilah ketemu.
Bila sobat datang dari arah magelang, dari terminal jombor beloklah ke kiri atau ke Jalan Lingkar Utara dan setelah menemukan Ruko Casa Grande yang terletak di sebelah kiri, majulah sedikit dan lihatlah sebelah kanan jalan. Pasti ketemu.
Bila sobat datang dari arah Kebumen/Purworejo, dari Gamping beloklah ke kiri atau ke Jalan Lingkar Barat dan bersambung ke Jalan Lingkar Utara sampai menemukan terminal Jombor dan bacalah paragraf sebelumnya.
Nah kalau dari dalam kota, carilah kampus UPN Veteran yang dapat dicapai dari Jalan Babarsari. Dari sini, beloklah ke arah kanan atau ke timur di Jalan Lingkar utara dan sampai ketemu Ruko Casa Grande yang terletak di sebelah kiri. Majulah sedikit dan lihatlah sebelah kanan jalan. Pasti ketemu.
Singkat cerita, setelah 20 menit kemudian

Teng teng
Makan sudah, saatnya membayar. Ternyata murah lo sob, Ane cuman habis Rp. 8.500,- dengan rincian Nasi megono porsi besar Rp. 4.000,-, Tahu bacem Rp. 2.000,-, pisang goreng Rp. 1.000,-, dan sebagai minumannya teh hangat Rp. 1.500,-. Tapi yang membuat Ane kaget, harus mengeluarkan biaya lagi untuk parkir sebesar Rp. 1.000,-. Padahal sebelumnya Ane tidak melihat tukang parkirnya. Tapi yaw sudahlah tidak apa - apa ngamal sedikit, hehe. Nah, bagi sobat yang ingin menekan biaya lagi bisa kok, caranya pesan porsi kecil dan tidak pakai apa - apa dijamin tidak mahal deh, hehe.
Begitu saja ya sob mengenai cerita Ane mengenai wisata kuliner di Sego Megono Kang Ali yang ada di Yogyakarta. Ayo, tunggu apa lagi segeralah capcus ke TKP. Sampai jumpa.
Let's Go

Kamis, 22 Januari 2015

Teduhnya Air Terjun Sekar Langit

Hai sobat, bagaimanakah kabarnya? semoga masih tetap sehat walafiat ya sob. Banyak hal yang dapat Ane ceritakan mengenai Air Terjun ini sob, mulai dari mitosnya, kondisi dan perjalanan yang tidak direncanakan sebelumnya untuk sampai kesini. Pasti Penasaran kan sob. Yuk kita intip ceritanya.
Sebenarnya sudah lama Ane berkunjung ke sini, tepatnya akhir tahun 2010 lalu. Ada pepatah yang mengatakan lebih baik terlambat daripada sama sekali. Jadi, walaupun sudah lama hal ini terlaksana, namun tetap Ane ceritkan di sini. Siapa tahu dapat berguna bagi sobat yang membaca blog ini. 
Perjalanan ini sebenarnya tidak Ane rencanakan sebelumnya karena ketika itu memang niat Ane hanya mengunjungi tetangga Ane yang berasal dari tempat tinggal Ane di Lampung dan kebetulan bertempat di Magelang.
Singkat cerita pada pukul 8 pagi berangkatlah Ane ke Magelang bersama dengan seorang teman Ane yang biasa Ane panggil Mas Ferdi dari Yogyakarta. Bergerak dari Yogyakarta melalui jalan Magelang, melewati Muntilan dan Kota Magelang dan selanjutnya mengambil jalan ke arah Semarang dan ketika sampai di Kantor Kecamatan Secang, Ane pacu motor Ane dengan lambat karena sebentar lagi ketemu dengan sebuah pertigaan yang mana kita harus berbelok ke arah kanan/Grabag. Sampai kita menemukan Pasar Grabag. Nah, bagi sobat yang ingin kesini dan membawa kendaraan pribadi, setelah sampai di Pasar Grabag ini sebaiknya bertanya kepada penduduk setempat atau yang mengetahui karena lumayan agak ribet kalau Ane menerangkan di sini.
Dari pertigaan ini, jalan yang kita lalui berkelok - kelok namun tidak akan pernah bosan ketika melewati jalan ini karena udara yang begitu sejuk nan segar. Kondisi Jalan yang kita lalui cukup mulus dan Waktu yang kita butuhkan kurang lebih sekitar 2,5 jam perjalanan. Benar saja pada pukul 10.30 sampailah Ane di rumah tetangga Ane tersebut yang biasa Ane panggil Mas Likin.
Udaranya dingin sekali di sini. Ane memakai sebuah jaket, namun tetap saja hawa dingin tersebut menusuk tulang Ane. Disinilah Kita tidak menyangka, pada sore harinya kita berdua di ajak oleh Mas Likin dan isterinya Mbak Emi ke Air Terjun Sekar Langit ini. Ane tidak ada bayangan seperti apa Air Terjun tersebut dan kita pun hanya mengikutinya saja. Sebagai permulaan, Ane kasih fotonya dahulu yaw sob mengenai Air terjun ini.


Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di Air terjun ini dari rumah Mas Likin. Harga tiket masuk ini ketika itu kalau tidak salah Rp. 2.000,- per pengunjung (murah bukan?). Ane sedikit lupa sieh karena ketika itu biaya masuk Ane di tanggung oleh Mas Likin (terima kasih mas, hehe).
Tiket sudah di dapat, selanjutnya segeralah kita mengeksplorer Air Terjunnya. Air terjun ini memiliki pesona yang sungguh luar biasa indahnya. Jalan setapak berupa tanah tetapi bersih, di samping kiri dan kanan jalan terdapat pohon bambu yang sangat lebat sehingga bila tertiup angin akan menambah semilir di  Air Terjun ini.
Tidak hanya itu sob, ada satu hal yang unik di sini, untuk sampai di Air Terjunnya, kita harus menyeberangi sungai yang membentang dengan cara melewati sebuah jembatan yang terbuat dari bambu yang tersusun rapi.

Auwooo
Perjalanan kita lanjutkan dengan menyusuri jalan yang berganti tanah lagi. Tidak lama kemudian sampailah kita di Air terjun yang terletak di Desa Tlogorejo, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang ini.


Inilah seorang teman Ane yang bernama Mas Ferdi, sedangkan Mas Likin dan Mbak Emi tidak ada fotonya dikarenakan tidak mau di foto ketika itu (ya sudahlah tidak masalah).

Mas Ferdi
Ketika Ane di Air terjun ini, kondisi pengunjung yang datang kesini masih sepi sehingga serasa Air Terjun milik sendiri. Hanya gemercik air yang kita dengar dan derasnya arus yang mengalir ke sungai yang kita lihat. Menurut Ane sepinya pengunjung ini bukan dikarenakan letaknya yang agak mendalam namun mungkin karena kurangnya sosialisasi. Hal ini bukan tanpa alasan, karena untuk sampai di Air Terjun ini, jalannya cukup mulus dan dalam kondisi baik. SO, apa masalahnya?
Tahu tidak sob, di sini juga terdapat mitos yang beredar loh. Pernahkan sobat mendengar tentang legenda Jaka Tarub? seorang pemuda yang iseng mencuri sebuah selendang seorang bidadari yang turun dari kayangan yang sedang mandi di bumi. Karena selendangnya di curi sehingga bidadari tersebut tidak bisa kembali ke kayangan dan harus hidup di bumi. Nah, di tempat inilah konon sang bidadari cantik tersebut sedang mandi bersama bidadari - bidadari yang lain dalam kisahnya.


Percaya atau tidak percaya atas mitos tersebut, yang jelas air terjun ini menawarkan kesejukan, keunikan, dan keindahan yang tiada duanya. Ayo sob, segera angkat ransel anda dan datangi Air Terjun yang ada di Kabupaten Magelang ini. Sampai jumpa.
Let's Go

Senin, 19 Januari 2015

Indahnya Air Terjun Parangtritis

Hai sob, bagaimanakah kabarnya? Semoga baik - baik saja. Sudah satu minggu ini ane tidak posting di blog Ane sob, soalnya kemarin Ane lagi sakit sob. Kali ini Ane menyempatkan diri lagi untuk berbagi pengalaman Ane ketika mengunjungi salah satu obyek wisata yang ada di Yogyakarta yaitu di Pantai Parangtritis.
Bukan Pesona Pantai Parangtritisnya ya sob, tetapi jeroannya (istilah jawa) Pantai Parangtritis yaitu Air Terjun yang ada di Pantai Parangtritis. Mengenai Pantai Parangtritisnya sendiri dapat sobat baca di sini, karena cerita ini merupakan lanjutan dari cerita Mengintip Pantai Parangtritis di Tahun Baru.


Jadi Ane bersama dengan seorang adik Ane mengunjungi Air Terjun ini di Tahun Baru ketika itu tidak terencana sebelumnya karena memang tujuan utama kita adalah mengunjungi Pantai Parangtritis. Kita sempat penasaran ada apakah gerangan di ujung timur dari Pantai ini?
Setapak demi setapak telah kita lewati, deburan ombak dan semilirnya angin laut menemani perjalanan kita sehingga menambah suasana menjadi hidup dan tidak terasa sampailah kita di Air Terjun ini.


Sungguh luar biasa indahnya ciptaan Yang Maha Kuasa ini. Bagaimana tidak, ada sebuah laut yang berpadu dengan Air Terjun sehingga menambah kesan tersendiri di benak para pengunjung termasuk Ane.


Selain itu, keindahan dari Air Terjun ini pun dapat kita saksikan di sekitarnya. Ayok kita tengok. Mulai dari panjat tebing

Seorang Pemanjat Amatiran, hehe

Bergaya di atas batu karang


Dan sekedar duduk - duduk santai saja di sini.


Pokoknya semua dapat dilakukan di sini. Ane sempat bingung dari dahulu kalau Ane kesini, kok Ane tidak melihat Air Terjun ini yaw. Setelah mencari informasi kesana dan kesini ternyata Air Terjun ini hanya muncul dan ada ketika musim hujan tiba. Jadi bagi sobat yang ingin menikmati Air Terjun ini datanglah pada musim hujan tiba yaw.
Sayang, Air Terjun Parangtritis ini masih sepi pengunjung hal ini mungkin karena kekurangtahuan pengunjung akan informasi mengenai Air Terjun ini. Sebenarnya untuk sampai di Air Terjun ini tidaklah sulit bila kita berada di Pantai Parangtritis. Bisa dengan naik kuda atau dokar bagi yang tidak mau susah dan berjalan kaki bagi yang suka sedikit berpetualang.
Untuk memasuki Air Terjun ini tidak dikenakan biaya alias gratis karena satu paket dengan harga tiket masuk Pantai Parangtritis.
Segitu saja dahulu yaw sob, sedikit cerita mengenai petualangan Ane berkunjung ke Air Terjun ini. Mumpung sekarang lagi musim hujan tiba, segeralah angkat ransel Anda dan segera berkunjung ke sini. Sampai jumpa.
Let's Go

Minggu, 11 Januari 2015

Mengintip Pantai Parangtritis di Tahun Baru

Bagaimana sob dengan tahun baru kemarin? Liburan kemana? Dengan siapa? Sekarang berbuat apa? Hahaha, Ane malah bernyanyi. Oke sob, perjalanan ke Pantai Parangtritis Ane lakukan bersama dengan seorang Adik ane yang kebetulan baru sekitar 6 bulan dia tinggal di Yogyakarta.
Ane sebagai kakak yang baik sudah seperlunya memperkenalkan Yogyakarta dari segi kepariwisataannya kepada adik Ane, biar adik ane tidak terlihat seperti orang kuper tentang Yogyakarta ini. Bukan berarti Ane sudah baik mengenai pemahaman Ane tentang Kota Gudeg ini yaw. Maka dari itu yuk kita belajar bersama memahami Kota Gudeg ini. Alah padahal kakaknya yang berambisi untuk mengunjungi Pantai tersebut, hehe.

Plank Nama Pantai Parangtritis
Dari rumah bude Ane yang ada di Kabupaten Bantul, bergerak menuju Pasar Ngangkruk (tandanya sebuah pertigaan sebelum jembatan kaliopak arah dari Kota Yogyakarta). Waktu yang ane butuhkan untuk sampai di sini tidaklah lama. Nah setelah sampai sini Ane dikagetkan dengan padatnya kendaraan bermotor yang sedang ingin menuju dan menghabiskan tahun baru di Pantai Parangtritis ini. Ane pun harus bersabar begitu juga orang lain yang mempunyai tujuan yang sama dengan Ane. Butuh waktu sekitar 20 menit untuk sampai di loket pembelian tiket masuk (padahal dalam kondisi normal hanya dibutuhkan waktu sekitar 5-10 menit saja dari Pasar Ngangkruk ini).
Tiket masuk yang harus kita beli sebesar Rp. 10.000,- untuk 2 orang. Namun Ane tidak khawatir dengan harga tiket tersebut, hal ini dikarenakan buy 1 get 1 yang berarti Harga tiket yang kita beli juga sudah bisa memasuki Pantai Depok dengan gratis. Murah kan sob.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di Lokasinya. Namun sayang, hujan rintik - rintik pun datang menyambut kita. Mau tidak mau Ane memutuskan untuk berteduh sebentar menunggu hujan reda. 
Alkhamdulillah hujan pun reda. Perjalanan kita lanjutkan menuju ke bibir pantai. Di tengah perjalanan, Ane melihat wahana kolam renang anak yang tentunya tempat anak - anak berenang.

Kolam Renang khusus Anak - anak
Selain itu di tengah jalan dalam kondisi becek yang memang habis hujan, di pinggir Pantai Parangtritis ini banyak terdapat warung makan, tempat penginapan, dan tempat parkir. Jadi bagi sobat yang ingin berkunjung ke Pantai Parangtritis ini jangan takut akan kelaparan, bingung nanti malam tidur dimana karena semua fasilitas sudah tersedia di sini. Hal ini tidak terlepas dari Pantai Parangtritis yang menjadi primadona dan tempat yang wajib dikunjungi ketika berkunjung di Kota Yogyakarta. Sehingga menarik pelaku usaha untuk berwirausaha di pantai ini.


Pantai Parangtritis ini semakin hari bersolek untuk mempercantik penampilannya. Bagaimana tidak ketika bulan Juni kemarin Ane kesini bersama dengan Bibi dan Paman Ane belum ada yang namanya papan nama "Pantai Parangtritis" ini. Eh, Ketika tahun baru ini Ane datang lagi kesini dan ternyata sudah ada papan nama yang bertuliskan "Pantai Parangtritis" ini.


Semakin cantik saja Pantai ini. Dari Papan nama ini Ane bergerak menuju ke arah Timur karena penasaran apa saja yang ada di sebelah timur Pantai ini. Lumayan jauh jarak yang kita tempuh sekitar 2 Kman. Namun di sepanjang perjalanan tidak akan pernah bosan karena Pantai ini menawarkan pemandangan yang sungguh luar biasa indahnya. Mulai dari jembatan bambu,

Jalan Bambu di Pantai Parangtritis
Ane kira melewati jembatan bambu ini tidak bayar alias gratis, tidak tahunya kita diharuskan membayar mahar Rp. 1000,- per orang. Yawsudahlah Ane tidak mau banyak berdebat dan langsung saja Ane membayarnya. Hitung - hitung ngamal kepada bapaknya. Bagi sobat yang tidak mau membayar melewati jembatan bambu ini bila berkunjung kesini, ada alternatif lain yang bisa sobat lalui yaitu melalui aliran air laut yang tidak deras arusnya. Selain jembatan bambu, ada juga sebuah tunggak pohon loh di sini, mari bergaya.


Serta tempat minum kuda penarik dokar yang menjadi tulang punggung pelaku usaha penyewaan dokar di Pantai Parangtritis. Nah bagi sobat yang ingin mengeksplorer seluruh Pantai ini dan tidak malas capek, kendaraan inilah sebagai alternatifnya.


Namun sayang di tengah keindahan Pantai ini ada sedikit selingan yang tidak mengenakkan. Berbagai sampah baik organik maupun non organik berserakan di sini, dalam hati ane bertanya," apakah di Pantai Parangtritis ini tidak ada petugas kebersihan? atau apakah hal ini terjadi karena para pengunjung tidak bertanggungjawab terhadap sampahnya? Terlepas dari semua itu, kita sudah sepantasnya sebagai pengunjung harus peduli akan kebersihan lingkungan ini. Setuju???


Tidak lama kemudian sampailah Ane di sebuah Air Terjun yang ada di Pantai Parangtritis. Mengenai Air Terjun ini, Ane bahas di postingan tersendiri. Sungguh indah pantai ini, bagaimana tidak di bagian sebelah timur terdapat sebuah tebing yang menjorok ke laut sehingga menambah eksotis.


Sungguh sayang kondisi di pantai bagian timur ini yang hanya segelintir orang yang menikmatinya. Padahal kan bagus pemandangannya. Memang para pengunjung banyak yang melewatkan pemandangan yang ada di sisi timur ini. Hal ini mungkin dikarenakan jalan yang cukup jauh untuk menjangkaunya dan kurangnya sosialisasi. 
Cukup lama Ane di sini, waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 WIB, itu tandanya Ane segera meninggalkan tempat ini. Berhubung Ane sudah membayar lewat jalan bambu ketika berangkat dan gratis untuk pulangnya, maka Ane pulangnya lewat jalan ini kembali. Tidak mau rugi donk,hehe, Hasyiiik (sambil jingkrak - jingkarak).


Di sini sudah ada Tim Sar yang siap sedia jika ada terjadi hal - hal yang tidak diinginkan. Apalagi ini kan tahun baru jadi tak heran akan situasi ini. Namun ada yang membuat Ane terkejut di sini yaitu ada yang mendirikan tenda di sini. Padahal kan Pantai ini tidak cocok untuk mendirikan tenda di sini apalagi pas tahun baru. Tapi biarlah, itu kan urusan mereka kok ane peduli amat tentang hal itu.


Berbeda dengan bagian timur dari Pantai ini, sebaliknya di bagian tengah dan barat selalu dipadati oleh para pengunjung entah itu di hari biasa atau hari libur. Gambar di bawah ini di ambil pada tanggal 1 Januari 2015.



Untuk menuju Pantai Parangtritis ini, dari Kota Yogyakarta tepatnya di perempatan Pojok beteng wetan (orang lokal menyebutnya demikian) lurus saja ke selatan melewati Jl. Parangtritis sampai mentok (jangan belok-belok). Mudah bukan?
Sehabis mengunjungi Pantai Parangtritis ini, trip selanjutnya Ane menuju ke Pantai Depok yang tak lain adalah Tempat beragam seafood di jual. Hal ini akan ane ceritakan di postingan selanjutnya. Jadi tunggu cerita Ane selanjutnya yaw sob, sampai jumpa.
Let's Go

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me