Kamis, 31 Maret 2016

Museum Pergerakan Wanita Indonesia, Tempatnya Mengenal Sosok Wanita - Wanita Tangguh di Indonesia

Museum Pergerakan Wanita Indonesia terletak di Jl. Laksda Adisucipto no. 88 Yogyakarta, tepat berada di sebelah barat Rektorat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Itu artinya letaknya sangatlah dekat dengan kost Ane dan sudah bolak - balik Ane melewatinya. Walaupun begitu sebelumnya Ane belum pernah mengunjunginya, barulah pada tanggal 25 Februari 2016 Ane mengunjungi tempat ini. Eits, jangan salahkan Ane dulu ya sob, soalnya bila dilihat sekilas dari Jl. Raya yang menghubungkan Kota Jogja dengan jalan menuju ke arah Solo museum ini tidaklah terlihat, sebab museum ini menempati Gedung Mandala Bhakti Wanitatama yang mana tempat tersebut lebih terkenal dengan gedung pertemuan, tempat berbagai acara digelar, dan tempat pameran buku dibandingkan dengan museumnya.



Sebenarnya Ane ragu - ragu sob mau masuk apa tidak. La secara museum ini kan museum tentang pergerakan wanita Indonesia, jadi yang sebaiknya datang kesini kan kaum wanita, ya kan?. Tapi dengan berbagai pertimbangan akhirnya masuklah Ane kedalam museum ini. Misalnya ada orang yang bertanya kenapa Ane kok berkunjung kesini? maka ada satu jawaban pamungkas Ane sob, yaitu ingin mengetahui perjalanan para pahlawan nasional kita khusus dari kalangan kaum wanita seperti R.A. Kartini, Raden Dewi Sartika, Martha Khristina Tiyahahu, dan lain sebagainya. Keren kan? hehehe.



Jaraknya yang sangat dekat dengan kost Ane membuat Ane cepat sampai disini. Gedungnya sangat mudah diketemukan dan dikenali karena di bagian depan museum terpajang dengan rapi berbagai foto tokoh wanita yang ada di Indonesia. Sebelum memasuki kedalam, Ane sempatkan membaca dahulu apa - apa yang terdapat di bagian depan. Disitu tertulis berbagai deskripsi tentang Inspirator Pendidikan Wanita Indonesia diantaranya:
Raden Ajoe Lasminingrat (Garut, 1843 - 1948), beliau berperan menerjemahkan beberapa buku cerita berbahasa Belanda ke dalam Bahasa Sunda agar dapat mudah dipelajari oleh anak - anak pribumi. Selain itu beliau juga berperan dalam mendirikan sekolah khusus perempuan yang bernama Sakola Kautaman Istri pada tahun 1909.
Maria Walanda Maramis (Manado, 1872 - 1924), beliau lah yang membentuk organisasi bernama Percintaan Ibu Kepada Anak dan Temurunnya (PIKAT) pada tanggal 8 Juli 1918 di Manado. Dia juga merupakan salah satu Pahlawan Nasional.



Siti Walidah (Yogyakarta, 1872 - 1946), melalui Aisyiyah, Nyai Haji Ahmad Dahlan bersama suaminya yaitu K.H.A Dahlan berjuang untuk memajukan pendidikan wanita yang diwujudkan dengan cara membuka pondok (internaat) di rumahnya sendiri karena saat itu pendidikan pondok hanya tersedia untuk kaum laki - laki.
R.A. Kartini (Jepara, 1879 - 1904), beliau adalah anak dari Bupati Jepara. Melalui pemikirannya dalam dunia pendidikan, beliau tuangkan dalam korespondensinya kepada teman - temannya dari Belanda. Beliau juga membuka sekolah untuk para gadis di Jepara dan Rembang.
Dewi Sartika (Sunda, 1884 - 1947), beliau juga berperan mengembangkan pendidikan wanita di wilayah Pasundan dengan cara mendirikan Sakola Istri (Sekolah perempuan).
Rahmah El Yunusiyah (Padang Panjang, Sumatera Barat, 1900 - 1969), beliau pendiri Al Madrasah ad Diniyah li Banat (Sekolah Khusus Anak Putri) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Perguruan Diniyah Putri di Padang Panjang.



Memasuki ruangannya, lagi - lagi Foto wajah R.A. Kartini terpampang dengan jelas di tengah museum. Nampaknya beliau menjadi tokoh di museum ini, pasalnya kebanyakan koleksi yang dipamerkan disini banyak yang berkaitan dengan beliau. Salah satunya Foto Srikandi Pejuang Indonesia. Srikandi - srikandi lain seperti Hj. Rasuna Said, Cut Meutia, Dewi Sartika, dan lain sebagainya.


Foto R.A. Kartini
Dalam mengeksplorernya, Ane ditemani oleh seorang petugas yang kebetulan seorang perempuan yang sedang berjaga. Ane menanyakan apakah ane diharuskan mengisi buku tamu terlebih dahulu atau tidak, tetapi sang petugas tersebut menganjurkan Ane untuk berkeliling dahulu. Baiklah kalau begitu.
Dia menjelaskan secara jelas satu persatu koleksi yang ada. Berdasarkan keterangan dari beliau bahwa museum ini berdiri di halaman kompleks Gedung Mandala Bhakti Wanitatama. Gedung ini sendiri dibangun pada tanggal 22 Desember 1953 dan diresmikan pada tanggal 22 Desember 1983 oleh Presiden Soeharto.





Museum ini didirikan dengan maksud mengenang kembali perjuangan wanita dari masa ke masa. Berbagai macam benda koleksi yang dipamerkan disini adalah berupa benda - benda bersejarah, ilustrasi foto peranan wanita pada masa itu, diorama, dll.
Berbicara mengenai diorama - diorama yang ada disini, setidaknya ada 4 diorama yang menggambarkan tentang peranan wanita pada masa dulu hingga sekarang, diorama - diorama tersebut diantaranya:
Diorama peranan wanita dalam bidang pendidikan karena wanita merupakan pendidik pertama dan utama dalam keluarga; 
Diorama suasana kongres perempuan Indonesia I yang diselenggarakan oleh Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia;


Diorama peranan wanita dalam bidang pendidikan
Diorama suasana kongres perempuan Indonesia I
Diorama peranan wanita dalam perang kemerdekaan yang digambarkan dengan kegiatan para wanita yang sedang masak - memasak untuk para pejuang kemerdekaan baik itu untuk suami maupun anaknya. Sang pemandu menjelaskan kepada Ane bahwa wanita saat itu lebih baik berada di rumah saja karena dengan menjaga rumah berarti semua aman terkendali salah satu contohnya bagaimana menjaga sumur agar tidak diracuni oleh pihak penjajah atau musuh; kalau dipikir - pikir benar juga ya sob. Dan yang terakhir adalah 
Diorama Peran wanita dalam mengisi kemerdekaan yang digambarkan dengan suasana saat pemilu. Tak hanya laki - laki saja yang mempunyai hak politik untuk memilih dan dipilih tetapi juga wanita mempunyai hak yang sama. Bahkan sobat sudah tahu kan kalau pada saat pemilu kemarin wanita mempunyai kans panggung politiknya sendiri sekitar 30% di Parlemen?


Diorama peranan wanita dalam perang kemerdekaan
Diorama Peran wanita dalam mengisi kemerdekaan
Sementara mengenai benda - benda bersejarah, ada sebuah koleksi yang menarik perhatian Ane sob karena letaknya yang menyendiri. Koleksi tersebut adalah sebuah mesin ketik kuno bermerk Remington Portable Model 5. Mesin ketik ini pernah digunakan oleh Ibu Sri Mangunsarkoro sewaktu menjadi ketua Panitia Pusat Peringatan Seperempat Abad Konggres Perempuan Indonesia Pertama.



Koleksi - koleksi lainnya ada replika perhiasan emas, kain hias bergambar pagoda, patrem (keris kecil) yang pernah dipakai oleh Ibu Tien Soeharto pada upacara peresmian Gedung Mandala Bhakti Wanitatama pada tanggal 22 Desember 1983, dan berbagai peralatan dapur salah satunya dandang bahan tembaga yang pernah digunakan sewaktu kursus kader wanita pembangunan desa tahun 1958.




Kata siapa ketika dalam masa perang kemerdekaan Indonesia, wanita itu hanya diam saja di rumah. Ada sebagian wanita Indonesia yang tidak mau ketinggalan dalam bela negara, hal ini ditunjukkan pada beberapa foto yang terpajang disini.


ini
dan ini
Nah itulah sob cerita Ane mengenai Museum Pergerakan Wanita Indonesia ini. Pada intinya wanita itu tidak ingin dipandang sebelah mata oleh kaum lelaki dan juga menunjukkan bahwa mereka juga bisa bergerak sehingga kaum wanita sama kedudukannya dengan kaum lelaki. So, saatnyalah wanita Indonesia bergerak.



Cara menuju kesini:
Dari Tugu Jogja, bergeraklah ke arah timur melalui Jl. Jend. Sudirman hingga perempatan lampu merah yang di pojok sebelah kanannya terdapat Gramedia. Beloklah ke arah kanan (selatan) melalui Jl. Suroto hingga mentok bertemu dengan jalan yang memutar di Stadion Kridosono. Mutarlah sedikit dan begitu ada belokan ke kiri, beloklah ke belokan tersebut dan ikuti jalan tersebut hingga menemukan perempatan lampu merah. Dari sini masih lurus lagi mengikuti jalan satu arah hingga sobat menemukan perempatan lampu merah lagi. Beloklah ke arah kanan (timur) melalui Jl. Laksda Adisucipto dan pelankan laju kendaraan sobat sambil melihat ke arah kanan (selatan) jalan. Tepat sebelum Gedung Rektorat UIN Sunan Kalijaga dan pertigaan lampu merah sampailah sobat di Gedung Mandala Bhakti Wanitatama. Museum Pergerakan Wanita Indonesia terletak di dalam kompleks gedung tersebut.



Jam Buka Museum:
Senin - Jumat                    : Pukul 8 Pagi - 3 Sore
Sabtu                            : Pukul 8 Pagi - 2 Siang
Minggu dan libur nasional        : Tutup

*Sebagian teks yang Ane tuliskan di atas bersumber pada tulisan yang ada di setiap foto maupun benda koleksi yang terdapat di museum ini*
Let's Go

Rabu, 30 Maret 2016

Soto Daging Sapi Bu Cip, Menu Sederhana Rasa Istimewa

Sebenarnya Ane sudah menyambangi tempat ini sebanyak 2 kali sob, tapi gagal dan gagal terus alias warungnya selalu tutup. Sebagai alternatifnya ya Ane mau nggak mau harus berpindah tempat. Pertama Ane pindah ke Soto Djiancuk dan yang kedua menyambangi Soto Pak Slamet. Nah, yang ketiga kali inilah pada hari minggu, 24 Januari 2016 kemarin Ane berhasil menyambanginya. Tadinya semisal tutup lagi ya rencana kedua ke Soto Kadipiro Jogja. Kalau begini untuk Soto Kadipironya Ane tunda next time.


Letaknya yang lumayan jauh dari kost Ane membuat perjalanan Ane cukup lama, ya sekitar 15 an menit menggunakan kuda hijau Ane. Sesampainya disini apa yang terjadi sob? sudah banyak pengunjung yang datang, saking banyaknya para pengunjung membuat warung ini tak sanggup lagi menampungnya. Jadi mau tidak mau ya harus bersabar sedikit menunggu dan bila tak mau menunggunya ya mau tidak mau harus rela menikmati sotonya di kursi tambahan yang terpasang di bagian depan sebuah toko samping Warung Soto Bu Cip.
Warungnya cukup sederhana dengan cat berwarna kuning, bila boleh Ane taksir luasnya tak lebih dari 20 meter persegi. Hanya ada beberapa meja dan kursi saja yang disusun menyerupai huruf n. Sudah Ane bilang sebelumnya bahwa tempatnya terbilang cukup sempit dan di bagian teras warung dipasangi meja dan kursi juga. Namun demikian rasanya tak cukup juga meja dan kursi tersebut menampung semua pengunjung yang datang.


Maklum ini kan hari minggu sob, jadi tak heran bila tempat - tempat makan yang sangat direkomendasikan di Tanah Jogja ini seperti warung Soto Bu Cip akan sangat ramai dikunjungi. Banyak pengunjung yang datang bersama keluarga, sahabat, pasangan atau orang yang dikasihi. Tapi ada juga yang datang hanya sendiri termasuk Ane, hehehe (belum laku). Ane sendiri kebingungan,"mau duduk dimana ini?". Dengan trick yang cerdas, Ane memilih nunggu beberapa saat lagi dan sepertinya sudah ada yang mau keluar. Tak lama kemuadian memang benar ada yang keluar. Masuklah Ane kedalam sambil melihat daftar menu yang ada.


Harganya standar Jogjalah, tak terlalu mahal dan juga tak terlalu murah. Terdengarlah suara salah seorang pegawainya yang menanyakan menu apa yang hendak Ane pesan, "masnya mau pesan apa?". "Soto pisah aja ya bu dan minumnya es teh aja", jawab Ane. "Baik mas", timpal beliau. dengan sigap sang pegawai tersebut melayani para pengunjungnya yang datang termasuk Ane.


Banyak para pengunjung yang datang keluar masuk. Sesekali Ane harus menggeser anggota tubuh Ane kesamping kanan. Tak butuh waktu lama rupanya Ane harus menunggu dan kini semangkok soto dan segelas es teh manis sudah ada di depan mata Ane.


Sesuai dengan permintaan Ane soto pisah, maka soto dan nasinya di pisah. Ane sendiri suka dengan yang namanya soto di campur bakwan sob, jadi mengambillah Ane dua buah bakwan agar rasa menu hari ini istimewa. Selain bakwan, Ane juga sebenarnya bisa memilih kerupuk, dan lauk lainnya yang tersedia. Tapi enggaklah, soalnya tuh ya Ane tak biasa kalau makan Soto dengan berlaukkan kerupuk.


Secara penampilan soto ini mempunyai kuah yang bening, khas Jogja dan Solo. Soto ini berbeda dengan yang lainnya, bahan yang digunakan pun cukup sederhana yakni potongan kubis, tauge (kecambah), sledri dan tentu irisan daging sapi itu sendiri. Hmmm, Ane sempat mikir ini soto kenapa laris ya? padahal kan bahan - bahannya cukup sederhana.


Usut - punya usut, barulah setelah merasakan sendiri nampaknya warung ini ramai karena rasa soto itu sendiri. Kuahnya begitu nikmat, gurih dan khas. Kesegaran pada bahan - bahannya pun terasa di lidah. Dua kata untuk soto ini,"Wuenak Tenan, Le Leduk".


Soal harga, sobat sudah tahu donk berapa uang yang harus Ane keluarkan? Yapz 14k saja untuk seporsi soto pisah dan segelas es teh manis. Ow iya tambah 1k lagi untuk 2 buah bakwan, jadi ya 15k saja untuk semua yang sudah Ane santap. Gimana tertarikkah untuk mencicipinya?
Jam Buka Soto daging Sapi Bu Cip berdasarkan beberapa kabar dari internet jam 8 pagi hingga jam 1 siang. Soto Daging Sapi Bu Cip terletak di Jl. S. Parman, No. 58, Yogyakarta. Bila dari Titik Nol Km, bergeraklah ke arah barat (belok kanan jika dari arah Malioboro) hingga sobat menemukan perempatan lampu merah. Beloklah ke arah kiri (selatan) melalui Jl. Wahid Hasyim hingga sobat menemukan perempatan lampu merah lagi. Kemudian belok ke arah kanan (barat) melalui Jl. Letjend. S. Parman melewati jembatan dan lambatkan laju kendaraan sobat sambil melihat ke arah kanan, karena sebentar lagi sobat akan menjumpai Soto Daging Sapi Bu Cip yang berada di sebelah kanan jalan.



Selamat menikmati!
Let's Go

Selasa, 29 Maret 2016

Mengenal Peralatan Kedokteran Mata Lewat Museum RS Mata Dr. Yap

Beda tujuan beda cerita, itulah yang Ane alami ketika berkunjung kesini sob yakni di Museum RS Mata Dr. Yap. Apa yang Ane rencanakan tak berjalan sesuai dengan yang diharapan, pasalnya Ane kesini tidak cukup 1 kali, tetapi dua kali. Ketika itu hari senin, tanggal 24 Februari 2016 Ane datang kesini, tetapi apa boleh buat museumnya tutup. Okelah berangkat dengan penuh rasa penasaran lusa akhirnya Ane datang kesini lagi, lagi - lagi tutup lagi. Tak mau langsung pulang, Ane cari informasi terlebih dahulu kenapa kok museum ini selalu saja tutup, apakah memang tidak di buka untuk umum? ataukah memang museumnya sudah lama di tutup?



Hmmm, Penantian Ane ternyata tidak sia - sia, setelah tanya sana - tanya sini ternyata petugas museumnya sedang keluar sebentar dan menemui tetangganya yang kebetulan sedang di rawat di Rumah Sakit Mata Dr. Yap ini. Benar, tak lama kemudian muncullah beliau dari lorong - lorong rumah sakit dimana beliau seorang wanita paruh baya yang memakai baju batik nan rapi. Dia adalah Bu Ana salah seorang petugas Museum Mata Dr. Yap.
Bu Ana : Mau masuk mas? (sambil membuka pintu museum yang sebelumnya
         terkunci)
Ane    : Iya bu (sambil berada di belakangnya)
Bu Ana : Darimana masnya?
Ane    : Dari Bantul Bu
Bu Ana : Ngisi buku tamu dulu ya mas!
Ane    : Baik Bu.
Sambil mengisi buku tamu Ane pun menanyakan kepada beliau kenapa kok hari senin kemarin tutup.
Ane    : Saya kesini sudah dua kali ini lho Bu, kemarin Senin dan
         hari ini. Senin kemarin kok tutup Bu? memang tutup atau
         gimana?
Bu Ana : Iya mas, kemarin senin memang tutup. Soalnya saya sedang 
         ada keperluan.
Ane    : Eow.



Selesai mengisi buku tamu, kini saatnya Ane mengeksplorer isi dalam museumnya. Secara garis besar, Museum RS Mata Dr. Yap ini terdiri dari 2 buah ruangan yang dapat Ane masuki. Pada ruangan pertama adalah Ruang peralatan kedokteran dan ruangan yang kedua adalah ruang tidur. Satu demi satu Ane pandangi setiap benda yang ada.
Di bagian paling depan Ane disuguhkan dengan berbagai macam peralatan kedokteran berupa kaca mata dan lensanya, Opthalmoscope (alat yang digunakan untuk melihat media dan fundus mata), mikroskop, gelas piala, dll.



Bergerak ke arah barat, benda - benda selanjutnya yang Ane temui adalah mesin ketik braile (alat yang digunakan oleh orang tuna netra untuk mengetik huruf Braille), lensometer (alat yang digunakan untuk menentukan power lensa baik minus, plus atau cylinder dan menentukan posisi titik fokus suatu lensa), micro refraktometer (alat untuk memeriksa minus mata pasien), timbangan obat, dll.


Mesin ketik Braille
Lensometer dan Micro refraktometer
Timbangan obat

Semua peralatan kedokteran yang dipamerkan disini memang berkaitan dengan mata sob. Koleksi ini diperoleh dari peralatan praktik Dr. Yap Hong Tjoen (Dr. Yap) dan Dr. Yap Kie Tiong. Berbagai peralatan lainnya diantaranya Javal 5792 (alat untuk melihat kelengkungan kornea mata seseorang), slit lamp (alat untuk memeriksa mata sampai dengan lensa bagian dalam), perimeter (mengukur daya lihat tepi), alat lapang pandang (alat untuk mengetahui jangkauan pandang seseorang),


Kiri: Javal 5792, kanan: Slit Lamp
Kiri: Perimeter, Kanan: Alat lapang pandang
opthalmometer (alat periksa mata yang digunakan untuk melihat kornea mata sampai dengan kedalaman bola mata), inkubator (alat pembiak kuman yang digunakan untuk mengetahui jenis - jenis kuman atau jamur yang ada), bak sterilisasi (untuk mensterilkan pakaian dll dari dokter yang akan melakukan operasi), solux (alat untuk menghilangkan pendarahan pada mata pasien), sinoptospor, dan masih banyak lagi lainnya.


Opthalmometer
Inkubator
Bak sterilisasi
Solux
Seusai melihat - lihat peralatan kedokteran yang ada, kini Ane terpancing untuk mengetahui lebih jauh tentang museum ini termasuk Dr. Yap itu sendiri. Berdasarkan keterangan dari Bu Ana bahwa Dr. Yap Hong Tjoen berasal dari Cina dan mempunyai 2 orang isteri serta 5 orang anak. Beliau mendirikan Rumah Sakit Mata ini pada tahun 1923 dan ketika itu yang berobat kesini tidak di pungut biaya sama sekali, bahkan ketika pasien pulang pun masih di oleh - olehi kaca mata atau apa yang pasien butuhkan dalam memulihkan penyakit matanya. Beliau memegang rumah sakit ini hingga tahun 1948 dan kekuasaannya diserahkan kepada putera beliau bernama Dr. Yap Kie Tiong.



Sedangkan museumnya sendiri berdiri pada tahun 1997 yang diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X. Tak hanya berupa peralatan kedokteran saja yang dipamerkan, tetapi juga museum ini memamerkan berbagai peralatan pribadi seperti peralatan makan, peralatan yang berkenaan dengan hobi Dr. Yap, dan bahkan Ruang Tidur yang berisi barang - barang antik dan foto - foto keluarga Dr. Yap Hong Tjoen.
Masih dalam ruangan yang sama, di bagian paling belakang terdapat berbagai macam peralatan makan seperti cobek, piring, sendok, stoples, berbagai macam buku, patung, kamera kuno dan lensanya, teropong, ceret, cangkir, dan lain sebagainya. Semua barang - barang tersebut masih terawat dengan apik dan rapi.






Konon katanya museum ini juga mempunyai ruang tidur. Lalu dimanakah ruangannya? bertanyalah Ane kepada Bu Ana,
Ane    : Disini kalau tidak salah juga terdapat ruang tidur ya Bu?,
         yang pernah digunakan oleh Dr. Yap!
Bu Ana : Iya mas, tapi ruangannya bukan di ruangan yang pernah Ia
         tempati. Hanya peralatannya saja yang pernah beliau
         gunakan.
Ane    : Lalu ruangannya dimana Bu?
Bu Ana : Disana mas, tapi kalau mau kesana tunggu dua orang ibu -
         ibu itu dulu ya mas (kebetulan disini ada 2 orang 
         pengunjung yang sedang berkunjung)
Ane    : Baik Bu
Di tengah - tengah waktu Ane menunggu, Ane berbincang - bincang banyak dengan beliau. Tak disangka dan dinyana di tengah - tengah perbincangan kita beliau memberikan sebuah buku yang selama ini Ane cari - cari. Ya, judul buku itu adalah," Museum di Yogyakarta Jendela Memaknai Peradaban Zaman". Cocok, dan tak lupa Ane mengucapkan rasa terima kasih kepada beliau.



Cukup lama juga Ane menunggunya. Ya, sekitar 15 menitan lah. Tapi apa yang terjadi sob? ternyata kedua ibu itu yang awalnya kita duga akan ikut tapi malah tidak ikut. Yasudah, dengan mengunci ruang peralatan ini, selanjutnya kita menuju ke ruang tidur. Ruang Tidur Dr. Yap ini berada terpisah dengan Ruang Peralatan Dokter, di ruangan ini terdapat berbagai macam barang - barang pribadi milik beliau seperti ranjang tidur, cermin, meja dan kursi, radio kuno, dan sederetan foto Keluarga Dr. Yap Hong Tjoen.
Kesan beliau memang keturunan dari China tampak sekali disini, di bagian cerminnya tertulis dengan jelas tulisan mandarin yang ntah Ane tidak mengetahuinya. Gimana mau tahu, lawong belajar tentang tulisan ini saja tidak.



Radio kuno
Foto - foto Dr. Yap beserta keluarganya
Yang menjadi pertanyaan Ane adalah mengapa foto - foto tersebut bukanlah foto asli tetapi hanya berupa lukisan tangan saja? dan Bu Ana nampaknya sudah mengerti apa yang menjadi pertanyaan Ane tersebut. Beliau menjelaskan bahwa foto - foto Dr. Yap Hong Tjoen dan keluarganya ini di lukis menggunakan tangan karena foto - foto aslinya tidak diketemukan.

Berakhirnya Ane memasuki ruang tidur ini, berakhir pula Ane mengunjungi museum ini. Nah itulah sob cerita Ane di museum ini. Tertarikkah untuk mengunjunginya? Berikut rute menuju lokasinya. Museum RS Mata Dr. Yap ini letaknya sangatlah strategis, kurang lebih sekitar 1 Km saja sebelah timur Tugu Kota Yogyakarta tepatnya di Jl. Cik Di Tiro No.5 Gondokusuman, Yogyakarta.




Dari Tugu Yogyakarta, bergeraklah ke arah timur melalui Jl. Jenderal Sudirman melewati jembatan hingga sobat bertemu dengan pertigaan lampu merah. Dari sini masih lurus lagi hingga bertemu perempatan lampu merah yang di pojok sebelah kanannya terdapat Toko Buku Gramedia. Beloklah ke arah kiri (utara) melalui Jl. Cik Di Tiro dan sekitar 200 meter lagi sobat akan sampai di RS Mata Dr. Yap. Museumnya ada di dalam kompleks Rumah Sakit ini.
Jam buka museum: Tiap hari kerja dari jam 8 pagi sampai 2 siang.
                 Hari minggu dan libur nasional tutup.
Let's Go

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me