Setelah sarapan pagi di Warung Jerman, Ane galau hendak mau kemana lagi Ane ini. Ane lihat di buku daftar kunjungan Ane semua tempat wisata sudah Ane jelajahi, hanya menyisakan wisata kuliner saja. Kan nggak mungkin habis makan terus makan lagi, bisa-bisa perut ini meledak, :-). Ditengah kebimbangan itu tiba-tiba muncul ide Ane untuk wisata belanja saja. Seharusnya wisata belanja ini Ane rencanakan sehari sebelum kepulangan ke Jogja, tapi apa boleh buat selagi ada waktu yang kosong kenapa tidak? jugaan kalau lebih cepat kan lebih baik dan bisa menghemat pengeluaran.
Sebagai daerah pariwisata, tentu Bali mempunyai banyak tempat belanja yang dapat Ane singgahi. Tapi, diantara banyak tempat belanja tersebut ada beberapa tempat belanja yang cukup terkenal dan masuk dalam daftar kunjungan Ane diantaranya Krisna Oleh-oleh Khas Bali, Joger Pabrik kata-kata, dan Pasar Seni Sukawati. Berhubung Krisna Oleh-oleh Khas Bali sudah Ane sambangi saat baru saja tiba di Bali, maka kali ini Ane akan menyambangi yang duanya lagi.
Tempat belanja yang akan Ane tuju pertama kali adalah Joger yang terletak di Jl. Raya Kuta. Sudah beberapa kali Ane lewat didepannya, baik itu saat kulineran di Warung Nasi Pedas Ibu Andika maupun mengunjungi obyek wisata Pantai Legian. Sehingga tak perlu lagi Ane pusing-pusing mencari keberadaannya. Ada banyak alasan mengapa Ane mendatangi tempat ini, selain tempatnya yang unik dan berbeda juga produk-produknya yang nyeleneh dengan kata-kata yang aneh tur kualitas barangnya terbilang sangat bagus. Kedatangan kali ini sebenarnya bukanlah kali pertama bagi Ane. Iya, Dahulu Ane pernah datang kesini saat ikut study tour SMA dan Ane membeli sebuah kaos berwarna orange. Setelah sampai dirumah ternyata kaos yang Ane beli kebesaran dan yang memakainya sekarang adalah Ibu Ane. Saat dicuci sekian tahun kaos tersebut terlihat sama saja dengan kondisi awalnya, tidak luntur, tebal, dan enak dipakai. dari situ Ane berfikiran kalau suatu saat ke Bali lagi Ane mau beli lagi kaos produk dari Joger. Sekarang Ane keturutan, saat inilah waktu yang tepat buat membelinya.
Ane sudah tidak kaget lagi dengan tokonya. Dibagian depan, banyak terdapat kata-kata lucu dan unik namun mengandung pesan yang sangat berarti bagi setiap pengunjung yang datang. Ada kata "Ini tembok Joger bukan tembok berlin" tertulis ditembok sebelah selatan. Sedangkan dibagian bawahnya tertulis "Belanja tidak belanja tetap Thank You!".
Joger hanya ada di Bali saja, maka tak heran bila saat Ane mau masuk harus mengantri dulu bak seperti mengantri sembako murah apalagi gratis, :-). Ada tempat penitipan barang terletak persis didepan sebelah kanan pintu masuk. Setelah menitipkan tas dan jaket, lantas Ane bergegas masuk kedalam. Kini Ane dapat membeli apa yang perlu Ane beli. Didalam tidak diperkenankan foto-foto, selain itu di beberapa sisi dinding terpajang tulisan-tulisan mengenai toko ini. Ada yang menceritakan tentang sejarahnya hingga wawancara seorang pemilik Joger bernama Joseph Theodorus Wulianadi dengan beberapa media cetak.
Toko ini terdiri dari beberapa ruang, ada ruang khusus yang memajang berbagai macam souvernir seperti mug, gantungan kunci, tas, sandal, dan lain sebagainya; ruangan souvernir berupa guci dan pernak-pernik lainnya; dan juga ruangan khusus yang memajang koleksi T-shirt. Dari sekian ruangan yang ada, ruang pajang T-shirtlah yang paling ramai diserbu pembeli. Ada banyak pembeli sedang memilih-milih pakaian. Berbagai ukuran tersedia, mulai dari SS hingga Xl. Dahulu Ane memilih kaos berukuran M, tapi kebesaran. Agar tak terulang lagi bertanyalah Ane kepada salah satu pelayannya kira-kira ukuran apakah yang pas dan cocok dengan tubuh Ane ini. Sambil melihat tubuh Ane, beliau menjelaskan kepada Ane kalau ukuran kaos disini berbeda dengan ukuran kaos pada umumnya. "Kita naikkan satu ukuran", tukasnya. Artinya ukuran S disini sama dengan ukuran M kaos pada umumnya, sedangkan ukuran M sama dengan ukuran L. Beliau menyarankan kepada Ane kalau sebaiknya Ane membeli ukuran S saja. Ane terima saran beliau dan saatnya sekarang Ane menentukan kaos model dan jenis apa yang hendak Ane pilih.
Setelah memilih-milih baik dari segi warna maupun tulisannya, pilihan Ane jatuh pada kaos berwarna abu-abu dengan dibagian depan bertulisan "One spesial night in Bali", sex memang menyenangkan, tapi toh bukan hanya untuk bersenang2 saja dan bergambarkan 2 pasang telapak kaki yang sedang bersama sebanyak 6 kotak. Sedangkan dibagian belakang kaosnya bertuliskan tentang cinta. Begini bunyinya.
"Cinta eros tanpa sex sebenarnya sama saja dengan jika kita menyantap masakan sehat, tapi hambar karena tanpa bumbu. Tapi sebaliknya kalau sex saja tanpa cinta, sebenarnya sama saja dengan kita mengunyah bumbu-bumbu atau rempah-rempah yang pedas-pedas saja, tapi tanpa bahan masakan yang bergizi sama sekali". Inilah keunikan yang dimiliki oleh Joger, kata-kata lucunya ada disebagian besar produknya.
Dari segi harganya memang kaos-kaos ini terbilang agak mahal dibandingkan dengan kaos-kaos pada umumnya, namun tetap saja toko ini tak pernah sepi dari serbuan para pembeli. Sebenarnya sieh selain kaos, ada juga produk lain yang berada disini, diantaranya ada udeng, baju, jaket, celana, dan lain sebagainya. Setelah mendapatkan kaos yang Ane inginkan, lantas Ane berkeliling-keliling lagi. Tak lama kemudian ada sebuah benda yang berhasil menarik perhatian Ane untuk membelinya yaitu sebuah gantungan kunci bermerk Joger dengan kata-kata uniknya sebagai berikut. "Joger adalah pabrik kata-kata ketiga didunia, karena pertama tidak pernah ada, dan yang kedua juga tidak kecuali kalau sudah ada yang mulai mengada-ngada", hahaha.
Untuk dua produk ini Ane harus membayarnya 102k dengan rincian 92k untuk kaosnya dan 10k untuk gantungan kuncinya. Khusus untuk gantungan kuncinya, Ane meminta kepada kasirnya untuk tidak usah dibungkus. Tapi apa sob yang Ia bilang? dengan ramahnya Ia bilang barang sekecil apapun yang dibeli dari outlet ini harus dibungkus. Mantabe' betul!
Berhubung produk disini terbilang mahal bagi Ane yang hanya anak kost-kostan saja, Ane memikirkan untuk membawa oleh-oleh bagi adik-adik Ane tapi dengan harga yang cukup ekonomis. Sama halnya dengan Joger yang telah Ane sambangi beberapa tahun lalu, tempat inipun demikian. Ya, tempat tersebut bernama Pasar Seni Sukawati.
Pasar Seni Sukawati
Keluar dari Joger, Ane geber kuda hijau Ane menuju kesana. Pun demikian dengan tempat ini, Ane sudah tak dipusingkan lagi dengan jalan yang ada. Beberapa kali Ane telah melewatinya. Entah saat Ane menuju ke Ubud atau saat menuju ke bagian timur laut Bali baik itu ke Kabupaten Gianyar maupun ke Kabupaten Bangli.
Biasanya kalau pagi-pagi sekali Pasar Seni Sukawati yang menjual berbagai macam souvernir ini belum buka, yang buka hanya yang menjual berbagai macam jenis bahan sayur-mayur saja. Berhubung kali ini Ane kesini pas siang hari maka tak heran bila tempat parkir sudah dipenuhi oleh kendaraan bermotor.
Setelah memarkirkan kuda hijau Ane, Ane lihat-lihat dahulu dibagian depan pasar. Barangkali ada kaos yang cocok buat di beli. Ada sebuah syarat yang Ane berlakukan pada souvernir yang akan Ane beli nanti yaitu ada tulisan Bali Nya. Selain kaos tujuan Ane kesini adalah beli sepasang sandal buat adik kandung Ane. Dia berpesan kalau oleh-olehnya jangan kaos melulu, soalnya setiap pergi keman gitu Ane selalu membawakan untuknya sebuah kaos dengan bertuliskan nama daerah tersebut. kali ini Ane berencana membawakan sepasang sandal saja.
"Ini mas kaos 40 ribu saja, 100 ribu dapat 3", begitulah suara yang Ane dengar dari setiap penjual yang Ane lewati didepannya.
Satu dua kali Ane mengabaikannya hingga akhirnya Ane mencoba mampir sebentar disalah satu los dekat tempat parkir. Ane tawar-tawar akhirnya kena 40 ribu dapat 3 biji. Harga produk yang dipasarkan di Pasar Seni Sukawati ini memang terkenal akan harga murahnya bagi yang pintar nawar. Sebenarnya Ane sendiri sieh tidak pintar nawar, cuman ada barang Ane tawar sekian kalau tidak boleh ya langsung pergi ke tempat lain. Berbeda dengan kaos, dalam penawaran sandalnya terbilang tidak lancar. Sandal yang ditawarkan dengan harga 30 ribu Ane tawar 12 ribu, tak dikasih. Yasudah!
Pindah ke tempat lain, selain kaos dan sandal sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah berbagai macam souvernir dan barang-barang seni kerajinan khas Bali. Ada lukisan-lukisan cantik, gantungan kunci, wewangian, baju, hingga cemilan. Pokoknya komplit dah. Setelah agak lama berkeliling akhirnya Ane mampir lagi disalah satu los didalam pasar. Sama seperti saat awal menawar sandal, sandal dengan jenis dan motif yang sama tetap saja tak boleh Ane tawar dengan harga 12k dan setelah melalui proses tawar-menawar yang cukup alot akhirnya sandal tersebut boleh Ane bawa pulang dengan harga 15k. "Nggak apa-apalah yang penting dapat", fikirku.
Barang yang Ane cari sudah ada ditangan. Berhubung perut sudah mulai lapar maka setelah keluar dari sini segera Ane langkahkan kaki mencari sebuah warung. kira-kira warung mana lagi ya yang makanannya enak buat dicicipi?
Ane sudah tidak kaget lagi dengan tokonya. Dibagian depan, banyak terdapat kata-kata lucu dan unik namun mengandung pesan yang sangat berarti bagi setiap pengunjung yang datang. Ada kata "Ini tembok Joger bukan tembok berlin" tertulis ditembok sebelah selatan. Sedangkan dibagian bawahnya tertulis "Belanja tidak belanja tetap Thank You!".
Joger hanya ada di Bali saja, maka tak heran bila saat Ane mau masuk harus mengantri dulu bak seperti mengantri sembako murah apalagi gratis, :-). Ada tempat penitipan barang terletak persis didepan sebelah kanan pintu masuk. Setelah menitipkan tas dan jaket, lantas Ane bergegas masuk kedalam. Kini Ane dapat membeli apa yang perlu Ane beli. Didalam tidak diperkenankan foto-foto, selain itu di beberapa sisi dinding terpajang tulisan-tulisan mengenai toko ini. Ada yang menceritakan tentang sejarahnya hingga wawancara seorang pemilik Joger bernama Joseph Theodorus Wulianadi dengan beberapa media cetak.
Toko ini terdiri dari beberapa ruang, ada ruang khusus yang memajang berbagai macam souvernir seperti mug, gantungan kunci, tas, sandal, dan lain sebagainya; ruangan souvernir berupa guci dan pernak-pernik lainnya; dan juga ruangan khusus yang memajang koleksi T-shirt. Dari sekian ruangan yang ada, ruang pajang T-shirtlah yang paling ramai diserbu pembeli. Ada banyak pembeli sedang memilih-milih pakaian. Berbagai ukuran tersedia, mulai dari SS hingga Xl. Dahulu Ane memilih kaos berukuran M, tapi kebesaran. Agar tak terulang lagi bertanyalah Ane kepada salah satu pelayannya kira-kira ukuran apakah yang pas dan cocok dengan tubuh Ane ini. Sambil melihat tubuh Ane, beliau menjelaskan kepada Ane kalau ukuran kaos disini berbeda dengan ukuran kaos pada umumnya. "Kita naikkan satu ukuran", tukasnya. Artinya ukuran S disini sama dengan ukuran M kaos pada umumnya, sedangkan ukuran M sama dengan ukuran L. Beliau menyarankan kepada Ane kalau sebaiknya Ane membeli ukuran S saja. Ane terima saran beliau dan saatnya sekarang Ane menentukan kaos model dan jenis apa yang hendak Ane pilih.
|
|
"Cinta eros tanpa sex sebenarnya sama saja dengan jika kita menyantap masakan sehat, tapi hambar karena tanpa bumbu. Tapi sebaliknya kalau sex saja tanpa cinta, sebenarnya sama saja dengan kita mengunyah bumbu-bumbu atau rempah-rempah yang pedas-pedas saja, tapi tanpa bahan masakan yang bergizi sama sekali". Inilah keunikan yang dimiliki oleh Joger, kata-kata lucunya ada disebagian besar produknya.
Dari segi harganya memang kaos-kaos ini terbilang agak mahal dibandingkan dengan kaos-kaos pada umumnya, namun tetap saja toko ini tak pernah sepi dari serbuan para pembeli. Sebenarnya sieh selain kaos, ada juga produk lain yang berada disini, diantaranya ada udeng, baju, jaket, celana, dan lain sebagainya. Setelah mendapatkan kaos yang Ane inginkan, lantas Ane berkeliling-keliling lagi. Tak lama kemudian ada sebuah benda yang berhasil menarik perhatian Ane untuk membelinya yaitu sebuah gantungan kunci bermerk Joger dengan kata-kata uniknya sebagai berikut. "Joger adalah pabrik kata-kata ketiga didunia, karena pertama tidak pernah ada, dan yang kedua juga tidak kecuali kalau sudah ada yang mulai mengada-ngada", hahaha.
Untuk dua produk ini Ane harus membayarnya 102k dengan rincian 92k untuk kaosnya dan 10k untuk gantungan kuncinya. Khusus untuk gantungan kuncinya, Ane meminta kepada kasirnya untuk tidak usah dibungkus. Tapi apa sob yang Ia bilang? dengan ramahnya Ia bilang barang sekecil apapun yang dibeli dari outlet ini harus dibungkus. Mantabe' betul!
Berhubung produk disini terbilang mahal bagi Ane yang hanya anak kost-kostan saja, Ane memikirkan untuk membawa oleh-oleh bagi adik-adik Ane tapi dengan harga yang cukup ekonomis. Sama halnya dengan Joger yang telah Ane sambangi beberapa tahun lalu, tempat inipun demikian. Ya, tempat tersebut bernama Pasar Seni Sukawati.
Pasar Seni Sukawati
Keluar dari Joger, Ane geber kuda hijau Ane menuju kesana. Pun demikian dengan tempat ini, Ane sudah tak dipusingkan lagi dengan jalan yang ada. Beberapa kali Ane telah melewatinya. Entah saat Ane menuju ke Ubud atau saat menuju ke bagian timur laut Bali baik itu ke Kabupaten Gianyar maupun ke Kabupaten Bangli.
Biasanya kalau pagi-pagi sekali Pasar Seni Sukawati yang menjual berbagai macam souvernir ini belum buka, yang buka hanya yang menjual berbagai macam jenis bahan sayur-mayur saja. Berhubung kali ini Ane kesini pas siang hari maka tak heran bila tempat parkir sudah dipenuhi oleh kendaraan bermotor.
Setelah memarkirkan kuda hijau Ane, Ane lihat-lihat dahulu dibagian depan pasar. Barangkali ada kaos yang cocok buat di beli. Ada sebuah syarat yang Ane berlakukan pada souvernir yang akan Ane beli nanti yaitu ada tulisan Bali Nya. Selain kaos tujuan Ane kesini adalah beli sepasang sandal buat adik kandung Ane. Dia berpesan kalau oleh-olehnya jangan kaos melulu, soalnya setiap pergi keman gitu Ane selalu membawakan untuknya sebuah kaos dengan bertuliskan nama daerah tersebut. kali ini Ane berencana membawakan sepasang sandal saja.
"Ini mas kaos 40 ribu saja, 100 ribu dapat 3", begitulah suara yang Ane dengar dari setiap penjual yang Ane lewati didepannya.
Satu dua kali Ane mengabaikannya hingga akhirnya Ane mencoba mampir sebentar disalah satu los dekat tempat parkir. Ane tawar-tawar akhirnya kena 40 ribu dapat 3 biji. Harga produk yang dipasarkan di Pasar Seni Sukawati ini memang terkenal akan harga murahnya bagi yang pintar nawar. Sebenarnya Ane sendiri sieh tidak pintar nawar, cuman ada barang Ane tawar sekian kalau tidak boleh ya langsung pergi ke tempat lain. Berbeda dengan kaos, dalam penawaran sandalnya terbilang tidak lancar. Sandal yang ditawarkan dengan harga 30 ribu Ane tawar 12 ribu, tak dikasih. Yasudah!
Pindah ke tempat lain, selain kaos dan sandal sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah berbagai macam souvernir dan barang-barang seni kerajinan khas Bali. Ada lukisan-lukisan cantik, gantungan kunci, wewangian, baju, hingga cemilan. Pokoknya komplit dah. Setelah agak lama berkeliling akhirnya Ane mampir lagi disalah satu los didalam pasar. Sama seperti saat awal menawar sandal, sandal dengan jenis dan motif yang sama tetap saja tak boleh Ane tawar dengan harga 12k dan setelah melalui proses tawar-menawar yang cukup alot akhirnya sandal tersebut boleh Ane bawa pulang dengan harga 15k. "Nggak apa-apalah yang penting dapat", fikirku.
Barang yang Ane cari sudah ada ditangan. Berhubung perut sudah mulai lapar maka setelah keluar dari sini segera Ane langkahkan kaki mencari sebuah warung. kira-kira warung mana lagi ya yang makanannya enak buat dicicipi?