Rabu, 25 Januari 2017

Ikutan Car Free Day di Taman Kota Gianyar

Setelah kemarin menjelajah Pulau Bali bagian selatan, Dihari yang ke-11 ini Ane berencana menjelajah Pulau Bali bagian timur. Tujuan utama Ane tak banyak, hanya berkunjung ke Pura Besakih saja. "Tak lengkap rasanya bila berkunjung ke Bali tanpa mengunjungi Pura Besakih", setidaknya itulah sebuah ungkapan yang menjustifikasi perasaan Ane ketika Ane disini. Bagaimana tidak Bali terkenal dengan pura-puranya seperti Pura Luhur Uluwatu, Pura Ulun Danu Beratan, dan lain sebagainya. Nah untuk predikat pura terbesar di Pulau Bali, Pura Besakihlah yang menyandangnya. Otomatis Pura ini masuk dalam daftar kunjungan utama Ane di Bali.



Pada tanggal 2 Oktober 2016 lalu niat itu benar-benar terlaksana. Ane pacu kuda hijau Ane menuju Ubud, sebelum benar-benar sampai di Ubud Ane belokkan kuda hijau Ane menuju Kota Gianyar dan alamak ternyata jalan di tutup, tapi tidak ditutup total sehingga kendaraan bermotor roda dua masih tetap bisa masuk. Maklum hari ini adalah hari minggu dan kegiatan Car Free Day sudah menjadi agenda mingguan diseluruh wilayah Kota di negara tercinta ini.



Sebenarnya Ane masih mengetahui sebuah jalan lagi menuju Kota Gianyar selain lewat sini dan jalan bypass. Tapi apa boleh buat sudah kepalang tanggung sampai disini, berhubung warga sekitar banyak yang menerobos pintu palang tersebut maka Ane pun ikut-ikutan menerobosnya. Wussss, awalnya jalan yang Ane lalui cukup sepi dan belum ada tanda-tanda orang berjalan kaki kesana-kemari. Tapi saat mendekati kotanya, alamak disinilah penutupan jalan total itu dilakukan. Ane tak bisa lewat sama sekali dan Ane diarahkan untuk belok kiri menuju jalan alternatif.



Jalannya cukup kecil namun mulus. Tak lama kemudian Ane melihat banyak sepeda motor yang sedang terparkir berjejer disepanjang jalan. Tak salah lagi disinilah tempatnya Car Free Day dilaksanakan. Anepun berhenti sebentar buat berfikir apakah Ane langsung menuju Pura Besakih ataukah berhenti dahulu untuk ikut-ikutan Car Free Day ini. Timbang-menimbang akhirnya Ane memutuskan untuk berhenti sebentar mengikuti kegiatan ini, siapa tahu nanti ketemu jodoh disini, hahaha (ngarep banget).




Ane tepikan dan Ane parkir kuda hijau Ane ditempat yang masih kosong. Ane kunci stang dan kemudian Ane langkahkan kaki menuju kedalam. Ane melihat didepan sana patung-patung berdiri dalam satu kompleks dengan berbagai macam pose. Patung-patung tersebut terlihat seni dan banyak orang yang sedang berada disitu. Tempat apakah itu? ternyata setelah Ane dekati barulah Ane menyadari kalau kegiatan Car Free Day ini dilaksanakan ditengah Kota Gianyar. Sementara nama tempat tersebut adalah Taman Kota Gianyar. Disini terdapat 4 buah patung yang berdiri, diantaranya Patung Kala Rau, Garuda, Patung Dewa Indra dengan kereta kudanya, serta Patung Dewi Bulan.


Patung Kala Rau dan Garuda
Patung Dewa Indra dengan kereta kudanya
Patung Dewi Bulan
Sebagai taman kota, tentu tempat ini berada sangat strategis sehingga mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Taman ini terletak tepat ditengah-tengah pertigaan (bundaran) Jl. Ciung Wanara-Gianyar, Jl. Ngurah Rai-Gianyar, dan Jl. By Pass Dharma Giri. Masyarakat Kota Gianyar terlihat sangat antusias mengikuti acara ini, mulai dari balita hingga tua berbaur berolahraga bersama maupun sekedar jalan-jalan melepas penat. Ane mah hanya duduk-duduk santai saja disini.



Puas duduk-duduk santai di taman ini Ane berjalan kearah timur melewati Kantor Bupati Gianyar, pemandangan yang Ane lihat sama seperti sebelumnya. Tetapi ada yang berbeda saat Ane berjalan kaki kearah barat yakni terdapat sekelompok anak-anak yang sedang mempertunjukkan sebuah tarian khas Bali.


Suasana Taman Kota Gianyar di pagi itu

Ya, tarian tersebut bernama tari kecak. Pertunjukkan ini cukup mampu menarik perhatian para peserta Car Free Day yang datang. Hal ini terbukti hampir separuh peserta Car Free Day datang melihat tarian tersebut. Beruntung, sebelumnya Ane telah melihat tarian kecak ini di Uluwatu sehingga Ane dapat membandingkan antara tarian kecak Uluwatu dengan tarian kecak yang diperagakan disini.



Sepengetahuan Ane cerita yang mereka angkat sama dengan cerita yang diangkat di Uluwatu yaitu Rama Sinta. Ane sungguh berdecak kagum melihat tarian kecak yang diperagakan oleh anak-anak ini, walaupun tak sama tapi menurut Ane anak-anak ini sudah cukup mahir dalam memperagakannya. 2 jempol buat mereka. Ternyata tak cuman Ane, semua penonton pun nampak terhibur dengan pertunjukkan ini. Hal ini terlihat dari sikap para penonton setelah tarian usai, mereka semua memberi aplause sambil bersorak-sorai.


Masih kecil saja sudah mahir seperti ini, apalagi kalau sudah besar nanti ya?
Keren dah, keren!!!
Bali memang kental dengan budayanya, tak hanya orang dewasa saja yang menjaganya tetapi juga dari usia anak-anak telah diperkenalkannya. Salut! sama seperti pertunjukkan Tari Kecak yang berlangsung di Uluwatu, disini juga diakhir acara terdapat sesi foto-foto. Mereka tampak senang dalam melayani para penonton untuk foto bersama. Inilah ekspresi mereka saat sesi foto bersama berlangsung.


Foto Ane bersama mereka, tuh Ane ada di pinggir sebelah kiri :-)
Yang jadi Sinta cantik banget orangnya :-)
Semakin siang acara Car Free Day ini semakin sepi. Tak banyak yang dapat Ane lakukan disini. Segera saatnya Ane langkahkan kaki menuju ketempat parkir dan melanjutkan perjalanan.
Let's Go

Sabtu, 21 Januari 2017

Berkunjung ke Pantai Jimbaran Bali

Setelah puas menjelajahi Pantai Pandawa, Ane ingin kembali ke Penginapan karena hari sudah mulai petang. Tapi rencana itu berubah seketika ketika Ane membaca sebuah plank yang menunjukkan kearah Pantai Jimbaran. Ada 2 alasan mengapa akhirnya Ane memutuskan untuk mampir di pantai ini. Pertama pantai ini akan ramai saat hari mulai sore menjelang petang karena pantai ini terkenal dengan dinner romantis dikala sunset tiba, dan yang kedua jalan menuju Pantai Jimbaran searah dengan jalan menuju Kota Denpasar tempat dimana Ane bermalam (menginap).


Ane belokkan kuda hijau Ane kearah pantai tersebut. Tak lama kemudian sampailah Ane di TeKaPe. Ane parkir kuda hijau Ane didepan pagar pembatas antara jalan dan pantai. Terlihat ada beberapa petugas parkir yang sedang berjaga-jaga sehingga membuat perasaan Ane menjadi tenang.
Tak ada tiket masuk yang dikenakan alias free (gratis tis tis). Begitu sampai dilokasi pantainya, ternyata sudah ada banyak para pengunjung yang mulai memadatinya. Dilihat dari pemandangannya, menurut Ane pantai ini tampak biasa-biasa saja. Pantainya bersih, berpasir putih namun mempunyai struktur yang cukup lembut, dan bergelombang kecil sehingga aman untuk bermain air. By The Way, di Jogja sendiri sebenarnya ada pantai ala Jimbaran ini yaitu Pantai Depok. Bedanya kalau disana pantainya tidak bisa untuk berenang dan pasirnya berwarna hitam.



Bila Ane amati lebih jauh ada sebuah ciri khas yang dimiliki oleh pantai ini yaitu banyaknya cafe yang berdiri di tepi pantai. Ane hanya bisa menduga bahwa menu-menu yang ditawarkan disini semuanya berupa olahan ikan laut. Mungkin inilah daya tarik utama dari Pantai Jimbaran itu sendiri, sambil menikmati olahan masakan cafe sambil menunggu matahari terbenam di ufuk barat.





Semua cafe sudah mulai buka, terlihat para pelayannya sibuk menyiapkan tempat untuk para pengunjungnya. Selain itu tampak beberapa cafe memajang dibagian depan daftar menu yang dapat dipilih. Ane sendiri tak ada niatan untuk makan di cafe tersebut. Lha mau makan gimana lawong pasangannya sendiri belum ada, hehehe.


Nggak enak kan kalau duduk sendirian sambil cengar-cengir ngelihatin pasangan lain yang sedang dinner sambil melihat sunset ini? iya kan, maka dari itu Ane lebih tertarik untuk mengamati ulah setiap para pengunjung yang ada. Ada yang berjalan ditepi pantai, ada yang sedang berenang, memakan jagung bakar, bahkan ada juga wisatawan asing yang berlarian kesana-kemari mencari sesuatu. Ntah apa yang dicarinya, Ane kurang begitu mengerti.



Wisatawan asing yang sedang mencari sesuatu itu
Nampaknya semua pengunjung termasuk Ane kurang begitu beruntung dengan kondisi saat ini. Sunset yang kita nanti-nantikan sepertinya tidak akan terlihat saat sekarang. Tampak disana langit mulai menghitam menutupi sinar matahari yang terbenam. Alhasil yang dapat kita lihat hanyalah mega berwarna khas saja.


"Yaudah deh, kalau begini caranya segera Ane angkat kaki dari sini saja", fikirku.
Let's Go

Sabtu, 14 Januari 2017

Pantai Pandawa Dengan Segala Pesona Keindahannya

Selepas berkunjung di Pantai Labuan Sait dan mampir makan dahulu disebuah warung, Ane menuju ke Pantai Pandawa. Pasalnya setelah mengunjungi Pantai Labuan Sait Ane sudah tidak menemukan lagi sebuah pantai di deretan pantai-pantai selatan Pulau Bali. Ada sieh satu pantai lagi yang bernama Pantai Dreamland, namun Ane tak tahu dimanakah letak pantai tersebut. Yasudah akhirnya Ane menuju kesini saja.



Berawal dari sebuah papan petunjuk di persimpangan jalan yang Ane baca setelah melewati Garuda Wisnu Kencana (GWK), akhirnya Ane menginjakkan kaki disini. Ane ikuti arah papan petunjuk tersebut hingga akhirnya Ane menemukan sebuah persimpangan jalan yang cukup besar. Masih lurus lagi hingga tak lama kemudian sampailah Ane di Kawasan Pantai Pandawanya.




Sebelum memasuki pantainya, Ane diwajibkan membayar disebuah loket masuk Pantai Pandawa sebesar 10k dengan rincian 8k untuk tiket masuknya dan 2k untuk karcis masuk sepeda motor. Ane pacu lagi kuda hijau Ane menuju kedalam, nampaknya pantai ini masih dalam proses pembangunan. Hal ini terlihat disepanjang jalan tukang bangunan proyek sedang mengerjakan sesuatu.


Tiket masuk Pantai Pandawa
Penjelasan mengenai sejarah Pantai Pandawa

Melewati jalan ini Ane benar-benar merasa cukup terhibur dengan pemandangan yang ada. Disepanjang jalan Ane disuguhkan dengan pemandangan berupa tebing-tebing kapur yang cukup indah. Tebing-tebing tersebut berada disamping kanan dan kiri jalan sehingga lewat ditengahnya serasa melewati belahan bukit kapur. Amazing!!!Namun demikian masalah infrastruktur jalan tak perlu ditanyakan lagi, jalannya sudah sangat baik, beraspal, lebar, dan mulus.
Setelah melewati jalan yang menikung kekanan dan kemudian menikung lagi kekiri, barulah Ane membaca sebuah papan nama bertuliskan "Pantai Pandawa" yang terletak di Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali dan dapat melihat pemandangan birunya air laut lepas. Pemandangan ini tentunya akan membuat siapa saja yang melihatnya pasti ingin segera sampai disana.






Tapi sepertinya tidak untuk pantai ini. Ada sebuah tempat berupa tanah lapang yang cukup luas berada disebelah kanan jalan. Disini banyak kendaraan yang terparkir. "Lalu apasih yang dilakukan pengendaranya disini?" ternyata ini tow yang dilakukannya. Berfoto dengan berlatarbelakangkan tulisan "Pantai Pandawa" berwarna putih. Tulisan ini berada ditebing bagian atas.



Patung tikus Pantai Pandawa
Ane bersama patung Dewi Kunti
Selain itu disebelah kiri jalan yang menurun mengarah ke pantai, mereka berfoto bersama dengan 7 buah pahatan patung dimulai dari patung tikus, patung Dewi Kunti, dan diikuti patung pandawa 5. Mungkin karena inilah mengapa pantai ini dinamakan dengan Pantai Pandawa 5. Apakah benar begitu?


Patung Dharma Wangsa
Patung Bima
Patung Arjuna
Ternyata tidak, bukan karena patung-patung tersebut pantai ini dinamakan dengan Pantai Pandawa dan Inilah cerita yang sebenarnya. Pantai Pandawa dahulu dikenal dengan Pantai "Penyekjekan". Perbuhan nama menjadi Pantai Pandawa dilandasi pada spirit dari kisah pengasingan Panca Pandawa selama 12 tahun ke hutan dan goa gala-gala. Kisah ini sejalan dengan perjuangan kehidupan masyarakat adat Kutuh yang selama kurun waktu 1997 sampai 2010 membelah tebing untuk melepaskan diri dari keterpinggiran dan keterasingan kehidupan. Mulai tahun 2012 kawasan ini dinyatakan sebagai kawasan wisata untuk dapat dikunjungi oleh masyarakat umum. Semoga spirit cahaya perjuangan Panca Pandawa yang telah menyinari kehidupan masyarakat Adat Kutuh dapat bermanfaat untuk dunia. Cahaya Pantai Pandawa dari Kutuh untuk dunia (Sumber: Tulisan yang ada di Tiket masuknya).


Patung Nakula
Patung Sahadewa

Mengamati ulah para pengendara tersebut, Anepun demikian sama dengan yang mereka lakukan. Setelah selesai, barulah Ane pacu kuda hijau Ane melaju kebawah. Tepat pukul 2 siang Ane sudah sampai ditempat parkir. Berhubung cuacananya masih terasa panas menyengat Ane memilih berteduh dahulu disebuah gazebo tak jauh dari tempat parkir tersebut.




Tulisan Pantai Pandawa dilihat dari tempat parkir kendaraan
30 menit berselang nampaknya intensitas matahari tetap saja terasa sama. Tentu Ane tidak mau kemalaman sampai di tempat penginapan Kota Denpasar. Ane segera melangkahkan kaki menuju lokasi pantainya, dan inilah pemandangan yang ada. Pantainya cukup luas memiliki garis pantai yang cukup panjang dengan disamping kanan dan kirinya dibatasi oleh tebing-tebing kapur yang cukup tinggi, birunya air laut dengan ombaknya yang cukup besar namun terpecah ditengah-tengah lautan, berpasir putih dengan bulir yang agak kasar serta banyak para pengunjung yang sudah memadati pantainya.






Ya, pengunjung yang ada disini terbilang sudah sangat ramai. Berbeda dengan obyek wisata lainnya yang ada di Bali, kebanyakan para pengunjung adalah wisatawan lokal. Banyak yang pengunjung lakukan disini, ada yang sedang berenang cantik di tepi laut, banyak bule berjemur menghitamkan kulit mereka (tidak disarankan bagi wisatawan lokal, karena bukannya kulit eksotis yang didapatkannya malah kulitnya ntar cenderung gosong menghitam, hehehe), ada yang bermain kano, bahkan ada juga yang hanya duduk-duduk saja ditepi pantai namun sambil berteduh melihat-lihat bule yang tidak memakai pakaian, eh.






Bagi wisatawan yang ingin berteduh didekat pinggir pantainya, bisa. Disepanjang garis pantai sudah ada banyak payung beserta kursinya yang berderet menunggu pengunjungnya untuk menyewa. Kalau lapar, tak perlu khawatir karena disekitar lokasi sudah banyak warung-warung kecil yang berdiri menjajakan berbagai macam menu makanan.






Ane sendiri tak banyak melakukan hal disini, Ane hanya berjalan-jalan menuju ujung tebing dan kemudian duduk-duduk saja. Setelah itu jalan lagi dekat dengan air lautnya sambil foto cekrak sana, cekrek sini, kemudian melihat-lihat aktifitas para wisatawan, dan terakhir duduk-duduk cukup lama disebuah gazebo yang ada disebelah kanan jalan menuju ujung timur pantai hingga sore hari.




Merdeka!
Eh nggak juga dink, yang jelas cuacan dalam keadaan sudah tak panas lagi.
Let's Go

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me