Jumat, 30 Desember 2016

Ada Budha Temple di Goa Gajah Ubud Bali

Beragam fikiran terlintas dibenak Ane ketika mendengar kata "Goa Gajah" adalah goa yang sebesar gajahkah?, goa yang dahulunya sempat digunakan oleh gajah sebagai tempat tinggalkah? atau goa yang menyerupai bentuk gajah. Semua fikiran itu akan segera terjawab oleh Ane ketika Ane sudah mendatangi tempatnya secara langsung. Iya, Goa Gajah yang terletak di Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatu, Kabupaten Gianyar, Bali ini menjadi daftar kunjungan utama Ane hari ini.



Selepas dari Pura Penataran Sasih, Ane pacu kuda hijau Ane menuju ke Goa Gajah ini. Letaknya tak begitu jauh, tak sampai 10 menit Ane sampai disini. Goa Gajah ini cukup mudah untuk diketemukan karena berada di pinggir Jalan Raya Goa Gajah. Parkirnya yang cukup luas membuat Ane tak kesulitan untuk memarkir kuda hijau Ane. Untuk sampai di lokasi goanya, Ane harus bergerak menuju kearah kanan (barat) melewati pertokoan penjual beragam souvernir khas Bali dan sebelumnya Ane harus membeli tiket masuk terlebih dahulu.


Patung gajah yang berdiri seolah menyapa setiap pengunjung yang datang

Harga tiket masuk yang harus Ane beli sebesar 15k. Agar sampai dilokasi goanya, Ane harus melewati jalan setapak yang menurun dan berundak-undak dengan disekelilingnya tumbuh pepohonan yang rimbun sehingga suasananya begitu sejuk. Di tengah perjalanan menurun, Ane terpesona dengan pemandangan yang ada. Kompleks Pura Goa Gajah secara keseluruhan terlihat dari sini. Ane semakin penasaran saja dan semangat untuk segera turun kebawah.


Papan informasi harga tiket masuk Goa Gajah
Tiket masuk Goa Gajah

Sesampainya dibawah, terlihat sebuah bangunan wantilan dan batu-batu peninggalan arkeologis menyambut Ane. Batu-batu tersebut tertata dengan rapi, nampaknya batu-batu ini terawat dengan baik walaupun batu-batu tersebut tak seperti dahulu diletakkan ditempatnya. Diseberang peninggalan arkeologis ini (tepatnya dibagian sebelah selatan mulut goa) terdapat sebuah kolam petirtaan dengan enam patung widyadara-widyadari yang sedang memegang air suci dengan posisi tiga patung berjejer dibagian utara dan tiga patung lainnya berjejer dibagian selatan.


Bangunan Wantilan
Peninggalan arkeologis
Kolam petirtaan dengan enam patung widyadara-widyadari
Nah, inilah yang dinamakan Goa Gajah. Matanya melirik kekanan dengan pahatan ukiran-ukirannya cukup rumit namun bernuansa nyeni. Goa ini memiliki pintu masuk yang cukup sempit, Ane perkirakan hanya muat 1 orang saja. Banyak para wisatawan yang berfoto disini secara bergantian, tak terkecuali dengan Ane. Setelah mengambil gambar seperlunya, Ane masuk kedalam.


Mulut Goa Gajah

Awalnya Ane kira goa ini cukup dalam, ternyata tidak. Goanya tidak terlalu dalam, hanya sekitar 10 meter dari mulut goa. Bagian kanan dan kiri lorong goa terdapat ceruk, mungkin pada jaman dahulu ceruk ini digunakan sebagai tempat untuk bertapa. Goa bercabang membentuk huruf T. Dicabang sebelah barat terdapat sebuah arca ganesha, mungkin karena arca inilah asal-muasal nama goa gajah ini ada. Sementara itu dicabang sebelah timur Ane melihat tiga buah lingga yang dipercaya oleh masyarakat sekitar sebagai lambang kesuburan.




Sebuah arca ganesha yang ada dicabang sebelah barat
Tiga buah lingga yang ada dicabang sebelah timur
Keluar dari dalam goa, Ane bergerak kearah kiri. Disini Ane dapat melihat seluruh isi pura. Seperti pura pada umumnya, pura ini terdiri dari bangunan balai dan pelinggih-pelinggih. Namun ada yang menarik yaitu terdapatnya sebuah pelinggih yang dikelilingi oleh kolam. Ane sempat melihat beberapa pengunjung mengabadikan foto disini.


Sip


Sebuah pelinggih yang dikelilingi oleh kolam
Ane sempat istirahat beberapa menit disini dan mengamati tingkah laku para pengunjung yang datang. Ada yang berfoto bersama keluarga, sahabat maupun pasangan hidup; ada yang hanya memfoto obyeknya saja tanpa mengabadikan foto diri, dan bahkan adapula yang berfoto selfie seorang diri. Hampir semua pengunjung yang datang merupakan wisatawan mancanegara, maklum sekarang ini bukanlah musim liburan sehingga hal itu terjadi.




Ane kira sampai disini saja Kompleks Goa Gajah yang dapat Ane nikmati. Ternyata tidak, keluar dari candi bentar Ane melihat sebuah papan petunjuk yang terbuat dari batu bata bertuliskan "Budha Temple". Kalau difikir-fikir aneh juga, ditengah masyarakat yang beragama Hindu kok masih ada bangunan Budha yang berdiri. Semakin lama Ane menatap papan petunjuk tersebut, semakin dalam rasa penasaran Ane terhadapnya.

Candi bentar yang Ane lewati ketika keluar dari lokasi Pura Goa Gajah

Ane ikuti saja papan petunjuk tersebut, tak lama kemudian Ane melihat jalan setapak yang mengarah kebawah. Jalannya cukup baik berupa jalan semen dengan disamping kanan dan kirinya tumbuh pepohonan yang cukup rimbun. Sesampainya dibawah ternyata inilah yang dimaksud dengan Budha Temple itu, sebuah batu besar menyerupai wajah manusia menghadap keatas tergeletak di dasar Sungai Tukad Pangkung.





Pasalnya selain benda tersebut, tak ada benda lain yang dapat disebut dengan Budha Temple. Keatas sedikit Ane menemukan sebuah pura lagi, namun cukup kecil. Sedangkan dibagian kanan batu ini, hanya ada sebuah pohon yang cukup besar memiliki akar cukup unik dan sebuah kolam berbentuk angka 8 ditumbuhi bunga teratai.



Akar pohonnya cukup unik bukan?

Itulah sob cerita petualangan Ane mengenai Goa Gajah ini, bila sobat sedang liburan ke Bali tak ada salahnya kan sob untuk mampir kesini.
Let's Go

Kamis, 29 Desember 2016

Ada Bulan di Pura Penataran Sasih

Pura Penataran Sasih masih berada di Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, berjarak 250 meter dari Pura Pusering Jagat yang Ane kunjungi sebelumnya. Pura ini terletak di tepi Jl. Raya Pejeng samping kanan (timur), sehingga dengan mudah Ane dapat melihatnya dari jalan utama.


Setelah memarkir kuda hijau Ane didepan lokasi puranya yang memang terdapat sebuah tanah lapang yang cukup luas dan beberapa pedagang yang sedang menjajakan barang dagangannya, kemudian Ane bergegas masuk kedalam. Tampak seorang laki-laki setengah baya sedang berjaga disebuah pos. Tak ada tiket masuk yang dikenakan ke Ane, yang ada hanyalah sumbangan seikhlasnya saja. Sebelumnya Ane disodori sebuah buku terlebih dahulu untuk mengisi hendak menyumbang berapa Ane ini. Rupanya hampir semua pengunjung yang ada disini adalah wisatawan mancanegara. Mereka menyumbang dengan besaran yang cukup bervariasi mulai dari 5k hingga 20k. Berhubung Ane masih berstatus sebagai anak kost maka Ane hanya memberi 5k saja, hehehe.



Sebelum masuk kedalam wilayah utamaning mandala, Ane sempatkan sebentar untuk melihat-lihat area sekitar pura. Di gerbang luar pura terdapat sepasang patung gajah berukuran besar namun berbelalai pendek yang sedang diangkatnya. Seperti pada pura umumnya, disisi sebelah kiri pura terdapat sebuah bangunan wantilan yang cukup besar dengan arsitektur khas Bali.


Bangunan Wantilan

Sementara gapura candi bentar dapat Ane lihat terletak dibagian timur dengan berbagai macam patung yang ada didepannya. Ada patung sepasang gajah berukuran kecil, sebuah bintang segilima terbentuk dari badan ular yang diukir dengan indah, serta ukiran bulan sabit yang saling bertolak belakang.





Puas melihat-lihat wilayah madyaning mandala, Ane masuk ke bagian utamaning mandala. Dibalik candi bentar terdapat sebuah prasasti yang ditulis dengan menggunakan aksara Bali. Selain itu terdapat juga sebuah prasasti tanda pura ini diresmikan oleh pejabat setempat. Berdasarkan prasasti tersebut peresmian pura ini dilakukan pada tanggal 22 Februari 2016. Banyak pelinggih-pelinggih dan balai-balai yang berdiri di utamaning mandala ini.





Setiap bangunan-bangunan tersebut mempunyai nama dan fungsinya masing-masing. Ada yang bernama Gedong Kemoning, Pengaruman, dan bahkan Ratu Bintang. Diantara bangunan-bangunan ini ada yang menarik perhatian Ane yaitu sebuah pelinggih yang bernama Ratu Sasih. Pelinggih ini cukup istimewa karena tempat diletakannya sebuah nekara perunggu berbentuk bulat dengan ditengahnya terdapat bintang segi delapan. Konon katanya nekara inilah yang dibuat dari pecahan bulan. Diperkirakan nekara ini ada sebelum Agama Hindu masuk.

Pelinggih bernama Ratu Sasih
Nekara perunggu yang konon katanya dibuat dari pecahan bulan

Istimewanya pelinggih Ratu Sasih bukan berarti bangunan yang lainnya tidak istimewa. Ada banyak arca yang terlihat disini, diantaranya ada yang berbalutkan kain berwarna kuning putih dan lainnya berbalutkan kain berwarna merah kuning. Sayangnya arca-arca tersebut tidak lagi utuh karena dimakan usia, terutama dibagian atas.




Saat berada didalam pura ini Ane tak sengaja melihat sebuah bangunan yang cukup unik. Bangunan tersebut berbentuk menyerupai sebuah candi Budha. Hal ini terlihat pada bagian atasnya yang terdapat beberapa buah stupa. Namun sayang Ane tak dapat melihatnya lebih dekat lagi dikarenakan pintu yang terdapat pada bangunan tersebut terkunci.





"Yasudah, kalau begitu cukup sekian aja deh", fikirku.
Let's Go

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me