Minggu, 28 Februari 2016

Menikmati Lezatnya Lotek Racikan Bu Ning Jogja

Berawal dari searching - searching di internet Ane tak sengaja menemukan artikel tentang lotek dan gado - gado yang direkomendasikan di Kota Jogja ini sob. Setidaknya ada tiga tempat yang sangat direkomendasikan disini diantaranya Lotek Teteg Sepur, Lotek dan Gado - gado Bu Bagyo, serta Lotek dan Gado - gado Bu Ning. Sehubungan Lotek Teteg Sepur dan Lotek dan Gado - gado Bu Bagyo sudah pernah Ane datangin, maka kali ini yang menjadi tujuan selanjutnya adalah Lotek dan Gado - gado Bu Ning yang terletak di Jalan Taman Siswa Gang Prono Citro Yogyakarta.


Menurut berbagai sumber yang ada bahwa warung ini buka dari jam 8 pagi hingga jam 10 malam dan terletak di Jalan Taman Siswa Gang Surokarsan, namun setelah Ane datangin lokasi warung lotek dan gado - gado ini terletak di gang lain dan waktu bukanya tidak sampai malam. Lalu apakah informasi yang beredar tersebut tidak Benar? Jadi Informasi tersebut tetap benar sob, tapi.... Yuk ikuti ceritanya terlebih dahulu.
Lokasinya tidaklah terlalu jauh dari kost Ane yakni sekitar 10 menit saja berkendara. Sesampainya di Jalan Taman Siswa Ane bingung sambil tengok kanan dan tengok kiri mencari lokasi warungnya dan berharap segera menemukannya. Secara tak sengaja tepat sebelum melewati pintu utama LP Wirogunan Ane menemukan sebuah plank yang menunjukkan lokasi Lotek dan Gado - gado Bu Ning di pertigaan sebelah kiri Jalan Taman Siswa. Tanpa fikir panjang masuklah Ane kedalam jalan tersebut dan tak lebih dari 100 meter sampailah Ane di lokasi yang Ane maksud.


Warungnya cukup sederhana, bersih, dan rapi. Dengan meja dan kursi tersusun secara apik. Hanya terdapat tempat sistem meja dan kursi saja yang dapat pengunjung pilih. Suasananya sepi dan tak seorang pun yang sedang berkunjung kesini, nampaknya Ane pengunjung yang pertama, maklum saja sob karena Ane sampai sini masih terbilang cukup pagi yakni jam 9.


Warung tampak depan

Tempat duduk pengunjung
Ane        : Mau pesan lotek mas, bakwannya double!
Pelayannya : Wah bakwannya belum matang ew mas, ntar jam 10 an
             mungkin matangnya
Ane        : Eow, la buka dari jam berapa sampai jam berapa mas
             warungnya?
Pelayannya : Jam setengah 9 pagi hingga jam 5 sore
Ane        : Loh, dengar - dengar ada yang bilang sampai jam 10
             malam mas
Pelayannya : Benar mas, tapi itu dulu. Sekarang cuman sampai jam 5
             sore. Gimana mas, jadi lotek saja atau nunggu bakwannya
             dulu?
Wah kebetulan ini, bisa berbincang - bincang lebih jauh dengan pelayannya yang kebetulan seorang pria yang masih muda.
Ane        : Nunggu saja deh mas. Dulu langsung disini bukanya atau
             berpindah - pindah mas?
Masnya     : Baiklah mas, tapi lama loh mas!
Ane        : Gak apa - apa, tapi sebelum dzuhur udah matang kan mas?
Masnya     : Udah mas, paling jam 10 an nanti sudah matang kok mas!
Ane        : Okelah. Mas, dulu itu warung ini langsung buka disini
             atau berpindah - pindah dulu mas?
Masnya     : Berpindah - pindah dulu mas, dahulu pertama kali
             berdiri di dekat LP, kemudian pindah ke Jalan (Gang)
             Surokarsan ituloh mas jalan yang ke arah barat. Nah
             barulah sekitar 4 bulan lalu pindahlah di tempat ini.
Ane        : Eow gitu tow, nunut ngambil gambar ya mas?
Masnya     : Monggo, silahkan
Inilah sob, beberapa gambar yang berhasil Ane abadikan sebelum makan lotek nya.
Sambal kacangnya cukup menggoda
Bahan - bahan
Ane    : Memang tahun berdirinya dari tahun berapa mas?
Masnya : Tahun 1983.
Ane    : Wah cukup lama juga ya. Bu Ning nya masih ada?
Masnya : Masih mas, tapi belum kesini.
Ane    : Eow
Cukup lama sudah Ane menunggunya, sekitar jam 10 kurang 15 menit datanglah sepiring bakwan yang di bawa oleh pelayannya kedalam. Ternyata tempat penggorengan bakwan terpisah dengan tempat pembuatan lotek dan gado - gadonya. Setelah seorang pelayan tersebut masuk, dibuatlah seporsi lotek buat Ane dan inilah penampakan loteknya.


Uleg terus!
Mau???
Seporsi lotek, segelas air es dan sebiji bakwan
Secara penampilan, lotek ini tidaklah istimewa sama seperti pada lotek - lotek umumnya. Sepiring lotek terdiri dari sayuran bayam, kobis, irisan tomat, buah mentimun, tauge, dan ditambahi dengan irisan gorengan bakwan, kerupuk, dan irisan tahu yang disirami dengan sambal kacang yang kental.




Nah, sekarang saatnya Ane melahapnya. Menurut Ane keistimewaan dari lotek ini adalah terletak pada sambal kacangnya yang mempunyai rasa gurih, tidak terlalu manis dan pas di lidah. Bener loh sob, ketika Ane mengecapnya sendok demi sendok dengan indra perasa Ane bahan - bahan yang digunakan nampaknya segar dan jauh dari rasa eneg (membosankan). Tak sampai di situ saja, gorengan bakwan yang digunakan pun sepertinya dicampuri telur sehingga rasanya begitu lezat. "Loh kok Ane tahu?", karena setiap orang tua Ane menggoreng bakwan selalu saja di campuri telur dan rasa dari gorengan bakwan ini persis dengan apa yang telah orang tua Ane buat. Secara keseluruhan lotek ini rasanya,"Wuenak Tenan, Le Leduk".



Soal harga yaw lumayan mahal sieh sob untuk sekelas lotek, seporsi lotek dengan bakwan 2 biji dan segelas air es dibanderol dengan harga 16k. Tapi itu semua sebanding dengan apa yang telah Ane rasakan. Sebenarnya disini tak hanya menyediakan lotek dan Gado - gado saja loh sob tetapi juga menyediakan kupat tahu, nasi liwet solo, dan lain sebagainya. So, bila sobat bertandang kesini bisa memilih menu apa saja yang sobat inginkan.



Gimana cukup menarik bukan?
Berikut cara menuju lokasi Warung Lotek dan Gado - gado Bu Ning. Perjalanan paling mudah dimulai dari Titik Nol Kilometer Jogja.
Dari Titik Nol Kilometer Jogja, bergeraklah ke arah timur melalui Jl. Senopati hingga menemukan perempatan lampu merah. Masih lurus lagi hingga melewati Jembatan Sayidan dan bertemu perempatan Lampu merah yang di sebelah tenggara terdapat superindo. Masih lurus lagi hingga melewati Puro Pakualaman yang terletak di sebelah kiri (utara) jalan dan kemudian sobat akan bertemu perempatan lampu merah lagi yang di pojok sebelah kanan terdapat POM Bensin. Dari sini beloklah ke arah kanan (selatan) melalui Jl. Tamansiswa hingga kurang lebih 200 meter sobat akan menemui sebuah belokan ke arah kiri (timur). Letak belokan ini persis di sebelah kiri (timur) LP Wirogunan. Selain itu, disini juga terdapat sebuah gapura yang bertuliskan, "Gang Prono Citro".



Masuklah kedalam belokan tersebut hingga kurang lebih 70 meter. Kini sampailah sobat di warung yang sobat maksud. Lokasi warungnya terletak di sebelah kanan (selatan) jalan.




Ingat ya sob, Warung Lotek dan Gado - gado Bu Ning ini buka dari jam setengah 9 pagi hingga jam 5 sore. Sedangkan letaknya di Jalan Taman Siswa Gang Prono Citro Yogyakarta. Atau ingin mendatangi lotek lain yang sangat direkomendasikan di Kota ini? bisa, klik saja
Lotek dan Gado - gado Bu Bagyo atau
Lotek Teteg Sepur
Selamat menikmati.
Let's Go

Sabtu, 27 Februari 2016

Gudeg Wijilan Bu Lies Jogja

Setidaknya ada banyak penjual gudeg sob yang menjual gudegnya di Kota Yogyakarta ini. Tak heran bila Kota ini disebut juga dengan Kota Gudeg. Beberapa gudeg yang pernah Ane kunjungi mempunyai keunikannya masing - masing, misalnya saja Gudeg Bu Sri Kuncen dengan adanya daun singong yang melengkapi seporsi gudegnya, Gudeg Bu Djuminten dengan arehnya yang berwarna agak keputihan, Gudeg Yu Djum yang pastinya sudah tak asing lagi dengan namanya bila menyambangi Kota ini dan gudeg - gudeg lainnya. Nah, kali ini Ane menyambangi salah satu sentra penjualan gudeg yang juga sangat rekomended sekali sob di Kota ini yakni Gudeg Bu Lies.



Ane sengaja datang kesini pagi - pagi sekali sekitar pukul 7 pagi, tadinya sieh berangkatnya mau pukul setengah 6 pagi tapi yaw tahu sendiri lah masih pagi niat tinggallah niat dan yang tersisa adalah penyesalan semata. Gudeg Bu Lies terletak di Jl. Wijilan No. 5 Yogyakarta, sebelah timur Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Di Jalan Wijilan ini sendiri kita dapat menjumpai berbagai warung gudeg yang berjajar dengan rapi. Sesuai dengan niat awal Ane bahwa Gudeg Bu Lies lah yang menjadi sasaran tembak kali ini, mampirlah Ane di warung Gudeg Bu Lies ini (bukan yang paling utara letaknya ya sob melainkan di sebelah selatannya) dengan pertimbangan ada papan nama Gudeg Wijilan Bu Lies yang tampak lusuh menandakan kalau Warung Gudeg Bu Lies yang inilah yang paling tua. Ane sempat bingung ketika sampai di Jalan Wijilan ini, pasalnya ada dua tempat warung gudeg yang sama - sama bernama Gudeg Bu Lies. Apakah warung gudeg tersebut sama atau tidak, Ane tak mengetahuinya tapi yang jelas setelah membaca ulasan Ane ini sobat akan tahu apakah kedua warung tersebut beda atau tidak. Loh kok bisa? yaw karena setelah makan gudegnya, Ane berencana sekedar bertanya - tanya kepada salah satu pelayannya.




Warungnya cukup luas, bersih dan rapi. Ada dua macam cara pengunjung dalam menikmati gudegnya yakni sistem lesehan dan meja dan kursi. Begitu memasuki kedalamnya, Ane ditanyai oleh seorang pelayannya mengenai pesanan Apa yang hendak akan Ane pesan dan dengan PeDenya Ane meminta daftar menu makanan yang ada jikalau daftar menu makanan tersebut tersedia, ternyata ada dan diberilah daftar menu tersebut kepada Ane.


Sistem meja kursi ada, lesehan pun ada


Untuk makanannya Ane pilih yang nomor 4 Nasi Gudeg Krecek Ati Ampela, "masa yang nomor 2 Nasi Gudeg Krecek Telor?, kan sudah biasa", fikirku. Untuk minumannya nggak mungkin donk kalau teh atau jeruk manis, secara itukan sudah biasa. Jadi untuk minumannya kali ini Ane pilih segelas es tape saja. Ane pun bertanya kepada salah satu pelayannya tape apakah ini? dan beliau menjawabnya bahwa tape yang di maksud disini adalah tape hijau. *cocok*. Tak butuh waktu lama, datanglah pesanan Ane.


Sepiring nasi gudeg krecek ati ampela dan segelas es tape hijau

Secara penampilan, Gudeg Bu Lies ini tidaklah berbeda jauh dengan gudeg - gudeg pada umumnya yang terdiri dari areh, krecek, dan gudeg itu sendiri serta disajikan bersama dengan nasi, sayur tempe yang diolah kering dan lauk yang kita inginkan. Struktur pada gudegnya terlihat agak lembut walaupun tak selembut Gudeg Mbarek Bu Hj. Amad dan berwarna cokelat gelap. Warna yang sama terlihat pada arehnya yang mempunyai warna cokelat gelap. Berbeda dengan keduanya, pada kreceknya sendiri berwarna cokelat seperti pada warna krecek umumnya. Bila Ane perhatikan lebih detail, ada yang unik loh sob pada gudeg ini yakni terdapatnya sayur tempe yang diolah kering.


Cuman disini malah membuat Ane semakin bingung, apakah memang begitu adanya atau karena kuahnya sudah habis karena dipanaskan kembali?. Ah sudahlah, yang jelas sekarang sudah di depan mata Ane dan kini saatnya untuk segera mengeksekusinya.
Menurut Ane gudegnya terasa manis walaupun tidak terlalu manis. Ini dia yang Ane suka sob rasa pada arehnya, cuman arehnya kok ya tidak berbeda jauh rasanya ya sama gudegnya yang sama - sama manis. Berbeda sieh bila dibandingkan dengan rasa areh pada Gudeg Bu Djuminten. Okelah, kreceknya terbilang banyak dan lumayanlah rasanya sama dengan rasa pada krecek - krecek umumnya, maksudnya lumayan enak, hehehe. Sedangkan pada tempenya Ane no comment karena Ane sendiri kurang suka dengan tempe yang diolah seperti ini, beda cerita jika tempe di goreng menggunakan tepung terigu dan dimakan bersama biji lombok di saat hujan datang, hmmm. Disini Ane malah iseng - iseng membandingkan antara banyaknya nasi dengan selain nasinya, bisa di bilang perbandingannya itu 50% : 50%. Sebagai penutupnya, tentulah Ane perlu minum dan kali ini tape hijaulah yang menemani Ane dan rasanya lumayan manis dan seger tenan.

Habis sudah semuanya
Soal harga cukuplah bersahabat sob, seporsi nasi gudeg krecek ampela ati dengan segelas es tape hijau hanya dibanderol sebesar 23k saja.


Gimana, tertarikkah untuk mecicipinya? setelah membayarnya, Anepun iseng - iseng bertanya dengan salah satu pelayannya mengenai warung ini dan beliau yang kebetulan seorang laki - laki yang masih muda dengan ramah meladeninya.
Ane        : Mulai tahun berapa mas Warung Gudeg Bu Lies ini
             berdiri?
Pelayannya : 1993 mas.
Ane        : Mas, kan tadi saya menemukan plank bertuliskan,"Gudeg
             Wijilan Bu Lies, ada dua kalau tidak salah. Lalu beda
             nggak mas antara gudeg disini dengan yang ada di sana
             (Ane sambil menunjuk letak Gudeg Wijilan Bu Lies yang
             satunya)
Pelayannya : Sama saja mas, Gudeg wijilan Bu Lies yang ada disana
             juga masaknya jadi satu disini. Bedanya kalau Gudeg
             Wijilan Bu Lies pertama kali berdiri ya disini,
             sedangkan yang ada disana di pegang oleh puteranya Bu
             Lies. ada satu lagi mas sebenarnya yakni di Jalan
             Gamelan.
Ane        : Eow. dengar - dengar juga buka cabang di Jakarta ya
             mas?
Pelayannya : benar mas, tapi itu dulu. Sekarang sudah nggak.
Ane        : Kenapa mas kok sudah nggak?
Pelayannya : Soalnya disana sewa gedungnya mahal dan juga repot. 
             Jadi ya sekarang fokus di Jogja aja mas.
Ane        : Iya ya mas? di Jogja kan menempati rumah sendiri, jadi
             tidak ada masalah mengenai tempatnya.
Pelayannya : Iya mas.
Ane        : Melayani gudeg besekan dan kendil juga tow mas disini?
             (yang kebetulan Ane melihat daftar harga menu gudeg
             besek dan kendil di meja samping beliau)


Pelayannya : Iya mas, bener. Juga ada yang berbentuk kalengan loh
             mas. Setiap kalengnya 30 ribu harganya. Tapi sekarang
             lagi kosong, hanya ada di depan itu saja. Kalengnya 
             kan kita datangkan dari Surabaya. Di Jogja ini kan ada 
             2 warung yang menyediakannya, sini sama Bu Tjitro.
Ane        : Eow, untuk jam bukanya gimana mas? dari jam berapa
             sampai berapa?


Pelayannya : jam 5 pagi hingga 10 malam mas
Ane        : Terimakasih ya mas sudah meluangkan waktunya untuk
             saya. Saya mau pamit pulang mas.
Pelayannya : Baik mas, sama - sama.
Nah itulah sob, perbincangan singkat kita. untuk soal penampilan, rasa dan sebagainya itu pendapat Ane ya sob, jadi bisa saja berbeda dengan pendapat sobat semua. Ane bukanlah pakar kuliner, Ane hanyalah makan dan kemudian Ane tuangkan disini. So, jika sobat ingin pergi kesini berikut rute yang bisa sobat tempuh.
Dari Titik Nol Kilometer Jogja, beloklah ke arah selatan menuju Alun - alun Utara Kota Jogja hingga menemukan percabangan jalan ke arah kanan (barat) dan ke arah kiri (timur). Beloklah ke arah kiri dan kemudian melalui Jl. Ibu Ruswo sampai sobat menemukan sebuah pertigaan ke kanan (selatan) dengan ditandai adanya sebuah plengkung Wijilan. Beloklah ke arah jalan tersebut melewati bawah Plengkung Wijilan hingga sobat akan membaca banner yang bertuliskan, "Gudeg Wijilan Bu Lies". Disini kan ada dua ya sob warung Gudeg Wijilan Bu Lies, nah silahkan sobat pilih yang mana saja bisa karena kedua - duanya sama saja dimasak secara bersamaan.

Makan Gudeg Yok
Sampai jumpa.
Let's Go

Jumat, 26 Februari 2016

Museum Wayang Kekayon, Tempatnya Mengenal Berbagai Jenis Wayang

Sobat pasti tahulah kalau Yogyakarta itu di sebut juga dengan Kota Kebudayaan selain Kota Gudeg dan Pendidikan. Banyak museum yang berkaitan dengan budaya maupun seni, misalnya saja Museum Kereta Keraton yang menyajikan berbagai macam koleksi kerata yang dimiliki oleh keraton, Museum Affandi dengan lukisan yang indah, Museum Sonobudoyo dengan berbagai macam koleksi benda - benda seni dan kebudayaan dan sebagainya. Nah kali ini Ane mengunjungi juga salah satu museum yang masih berkaitan dengan seni dan kebudayaan yakni Museum Wayang Kekayon.


Museum ini cukup dekat dengan kost Ane, ya kurang lebih sekitar 13 menitan perjalanan sajalah Ane untuk sampai sini. Letak museumnya cukup mudah ditemukan karena terletak di Jl. Raya Wonosari tepatnya di Jl. Raya Yogyakarta - Wonosari Km.7, kurang lebih 600 meteran dari Perempatan lampu merah Ringroad Timur.



Sesampainya disini, Ane terpesona akan halamannya yang luas dengan ditumbuhi pepohonan yang rindang. Selain itu terdapat juga berbagai benda yang cukup memanjakan mata Ane diantaranya miniatur kompleks pancuran bidadari, hamparan mobil - mobil kuno yang sudah tidak terpakai lagi, bahkan tempat beristirahat jikalau kita lelah setelah berkeliling - keliling museum.


Miniatur Kompleks Pancuran Bidadari
Hamparan mobil - mobil kuno
Tempat beristirahat sejenak
Tak sabar rasanya Ane untuk segera memasuki museumnya. Ane bingung sob, Ane kira museumnya terletak di sebuah banguanan di belakang pendopo. Tapi Ane salah, bangunan museumnya justru berada di samping kanan pendopo dan di belakang yang Ane duga sebuah bangunan museum.
Ane        : Mau masuk museum mas, apakah buka museumnya?
Pegawainya : Iya mas, silahkan. Buka kok mas
Ane        : Yang itu ya mas museumnya? (Ane sambil menunjuk sebuah
             bangunan yang berada di belakang pendopo)
Pegawainya : Bukan mas, itu tidak boleh dimasuki kecuali kalau izin
             terlebih dahulu. Museumnya ada di samping itu(sambil
             menunjuk bangunan yang ada di samping) dan di belakang
             bangunan itu mas (sambil menunjuk ke arah bangunan yang
             awalnya Ane kira itulah museumnya).
Ane        : Eow, berapa mas harga tiket masuknya?
Pegawainya : 5 ribu aja
Ane        : Oke mas
Kini tiket masuk sudah ada di tangan dan saatnya Ane mengeksplorer Museum Wayang Kekayon ini.



Dimulai dari Ruangan ke-1, disini Ane di sambut oleh sederetan wayang kulit lengkap dengan patung bak seorang dalang yang sedang memainkan perannya. Sederetan wayang kulit ini nampak tak asing lagi bagi Ane karena susunan seperti ini biasa Ane lihat ketika ada pertunjukan pagelaran wayang kulit sebelumnya. Selain itu Raden Gatotkaca sudah berdiri tegak di depannya dengan pakaian lengkapnya.


Sederetan wayang kulit lengkap dengan dalangnya
Raden Gatotkaca
Di ruangan kedua terdapat berbagai macam wayang dan lelakonnya. Seperti Ramayana, Mahabarata, kerajaan Hastina, Karna Tanding, dan pasca Bharatayuda. Dari kesemuanya itu sob, pasti kita tak asing kan dengan yang namanya Pandawa Lima. Ya, mereka terdiri dari Prb Puntadewo, R. Werkudara (Bima), R. Arjuna, R. Nakula dan R. Sadewa. Mereka selalu di sayang oleh Dewa Yang Maha Agung karena taat dan patuh terhadap perintah yang diberikan. Lalu kurawanya? berbeda dengan pandawa, Kurawa justru memiliki tabiat yang tidak baik seperti sifat serakah, dll. Dalam lelakon "Perang Bharatayuda", Pandawa akhirnya yang menang dalam peperangan ini, sedangkan para kurawa tewas tanpa bekas. Kerajaan Hastina pun kini kembali ke pihak Pandawa. Sama seperti pada ruangan yang kesatu, di ruangan yang kedua ini pun terdapat sebuah patung yang menggambarkan Prabu Ramawijaya dari Kerajaan Ayodya yang bermaisurikan Dewi Sinta. Lalu dimanakah Dewi Sintanya?


Ramayana
Mahabarata
Kerajaan Hastina
Karna Tanding
Pasca Bharatayuda
Prabu Ramawijaya
Owalah Dewi Sintanya ada di ruangan sebelahnya tow yakni ruangan yang ke-3. Kira - kira kalau jalan sama Ane si Ramawijaya bakal cemburu nggak ya sob? ah nggak jadi ah lagian mana mungkin dia mau sama Ane dan juga Ane takut ama Prabu Ramawijaya yang membawa anak panah. Dia bawa anak panah, Ane bawa kamera, kalau Ane di panah, bisa - bisa mo'ek Ane, hehehe.


Tuh samping Ane Dewi Sintanya
Disini juga ada berbagai macam jenis wayang sob seperti Wayang Kulit Madya Gaya Surakarta yang digambarkan dengan beberapa adekan diantaranya Adekan Malowopati, Adekan Pengging, dan Adekan Pasetran Gondo Mayit. Jenis wayang yang lainnya ada Wayang Gedhog Gaya Yogyakarta dan Adekan Alun - alun Jenggolo.


Adekan Malowopati
Adekan Pengging
Adekan Pasetran Gondo Mayit (saru nggak ya?)
Wayang Gedhog Gaya Yogyakarta
Adekan Alun - alun Jenggolo
Beranjak dari ruangan ke-3, selanjutnya Ane memasuki ruangan yang ke-4. Di ruangan ini khusus di pajang gaya Wayang Klithik dari berbagai daerah diantaranya gaya banyuwangi yang berceritakan tentang Menak Jinggo Leno, gaya Yogyakarta yang berceritakan tentang Damar Wulan Begal, Gaya Tulung Agung dan Gaya Kartasuran. Eh ternyata tidak sob, masih ada satu lagi jenis wayang yang di pajang yakni Wayang Beber yang berceritakan tentang R. Panji Asmoro atau cerita Jenggolo, Kediri.


Menak Jinggo Leno
Damar Wulan Begal
Wayang Klithik Gaya Tulung Agung
Wayang Klithik Kartasuran
Wayang Beber
Sementara untuk patungnya terdapat sebuah nama,"Bambang Irawan". Hah, apa? Bambang Irawan? memang ada ya dalam dunia pewayangan nama ini?. Ane awalnya tak percaya sob kalau dalam pewayangan itu ada yang namanya Bambang Irawan, setelah searching - searching di internet ternyata memang ada dalam dunia pewayangan yang bernama Bambang Irawan. Beliau merupakan anak Arjuna dan Dewi Ulupi yang berasal dari Gunung Yasarata. Nah ini sob manfaatnya dengan mendatangi museum yang sebelumnya tidak tahu jadi tahu dan kalau sudah tahu hilang kemudian, hehehe (garing).


Bambang Irawan
Sehubungan di ruangan ke-5 kosong, langsung saja Ane memasuki ruangan yang ke-6. Berbeda dengan ruangan sebelumnya, koleksi di ruangan yang ke-6 ini terpajang berbagai macam wayang golek dan topeng. Ada yang menarik disini sob rupanya, sobat tahu kan Cepot? Nah disini ada loh sob wayang golek cepot tersebut. Kalau dilihat - lihat sieh memang lucu wayangnya dan menggemaskan, ah jadi keingat berbagai macam acara televisi yang pernah menayangkan Wayang Golek ini yang Ane lihat.


Tuh cepotnya ada di depan, lucu ya?

Nah itulah sob tentang koleksi - koleksi yang ada di Museum wayang Kekayon ini. Cukup lengkap bukan? bagi sobat yang malas untuk membaca dan lebih suka langsung mendengarkan dari orang saja, jangan khawatir karena disini sudah tersedia pemandu yang siap menjelaskan kepada sobat. So, tunggu apalagi? Setidaknya dengan kita bermain kesini tentunya akan menambah pengetahuan dan wawasan kita dan secara tidak sadar rasa cinta kita terhadap kebudayaan akan semakin meningkat. By The Way gimana nieh cara menuju kesini?
Berikut rutenya:



Dari Titik Nol Kilometer Jogja bergeraklah ke arah timur melalui Jl. Panembahan Senopati, Jl. Sultan Agung dan Jl. Kusumanegara melewati Kebun Binatang Yogyakarta (Gembira Loka Zoo) hingga menemukan perempatan lampu merah setelahnya. Dari sini beloklah ke arah kiri (utara) melalui Jl. Janti hingga sobat akan menemui lagi perempatan lampu merah di Jalan Ringroad Timur. Beloklah ke arah kanan (selatan) melalui Jl. Ringroad Timur hingga menemukan perempatan lampu merah lagi. Dari sini beloklah ke arah kiri (timur) melalui Jl. Raya Wonosari hingga kurang lebih 600 meter sobat akan menjumpai Museum wayang Kekayon ini di sebelah kiri (utara) jalan.
Jam buka museum:
Senin - Jum'at                 : Pukul 08.00 - 14.00 WIB
Sabtu                          : Pukul 08.00 - 12.00 WIB
Minggu dan Hari Libur Nasional : Tutup



Yuk kita ke Museum. Bukan berarti kita nggak bisa move on dari masa lalu lho ya, tetapi dengan mengunjungi sebuah museum kita akan lebih mengenal sosok pahlawan kita misalnya dengan mengunjungi Museum tentang suatu tokoh dan juga akan lebih mencintai seni dan budaya kita bila kita mengetahui lebih jauh.
Let's Go

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me