Sabtu, 28 Oktober 2017

Musholla Al Qomar dan Pantai Petitenget

Jam menunjukkan pukul 12.15 Wita, setelah makan kenyang di Warung Jukut Undis Ane pacu kuda hijau kembali menuju ke sebuah tempat ibadah yang cukup unik di Kota Denpasar. Tempat tersebut bernama Masjid Al Qomar yang terletak di Jl. Pura Demak. Menurut catatan Ane bahwa tempat ini tidaklah jauh dari perempatan jalan antara Jl. Teuku Umar dengan Jl. Imam Bonjol. Ya, kedua jalan tersebut merupakan jalan yang cukup besar di Kota Denpasar dan Ane sering melewatinya selama di Bali. Maka dari itu dengan tekad kuat tanpa ragu-ragu Ane mencarinya.
Tak disangka dan dinyana pencarian Ane berjalan dengan mulus. Ketika Ane menjumpai perempatan jalan antara Jl. Imam Bonjol dengan Jl. Teuku Umar, Ane lurus melewati Jl. Teuku Umar Barat dan ketika menemui jalan kecil mengarah kekanan pada jalan yang kedua, Ane belok saja. Beruntung 100 meter kemudian Ane membaca sebuah papan nama bertuliskan "Musholla Al Qomar". Ane kira tadinya ini adalah sebuah masjid, ternyata bukan.



Area parkirnya tidak begitu luas, kebanyakan para pengunjung yang datang memarkir kendaraannya diluar samping kanan dan kiri gapura masuk. Musholla ini cukup unik, arsitektur bangunannya kental akan budaya Bali. Dibagian terdepan musholla sudah terpasang 3 buah kotak amal, sementara disamping kirinya terdapat beberapa takmir musholla yang sedang berjaga-jaga. Berhubung Ane ingin shalat dzuhur maka Ane harus mengambil air wudhu. Tempat wudhu ada dibagian sisi kanannya.



Ane fikir kurang pas bila tempat ini disebut sebagai bangunan sebuah musholla, bagaimana tidak bangunan ini cukup luas dengan dibagian dalamnya terdapat beberapa saf. Selain itu bangunan ini terdiri atas 2 lantai. Ane rasa tepat bila bangunan ini disebut sebagai bangunan sebuah masjid.



Setelah melaksanakan ibadah shalat Dzuhur, lantas Ane tak langsung pergi. Ane tidur-tiduran dahulu sebentar disini. Disini Ane merasakan betapa susahnya hidup sebagai minoritas, karena sangat susah sekali mencari masjid maupun musholla di Pulau Bali. Walau sebagai minoritas masjid ini terbilang ramai. Tak henti-hentinya Ane melihat pengunjung yang datang melaksanakan ibadah shalat. Selain itu tak hanya sebagai tempat shalat saja, masjid ini rupanya juga mengadakan berbagai macam kegiatan agama seperti tempat mengaji anak (TPA) hingga acara pengajian. Hal ini terlihat dari sebuah papan bor yang bertuliskan materi tentang akhlak kepada orang tua. Sungguh amazing!
Tak terasa Ane hilang kesadaran dan mengantuk. Niatnya hanya leyeh-leyeh saja, eh malah tidur beneran. Hingga akhirnya tepat jam 2 siang Ane terbangun. Syukur barang bawaan Ane semuanya masih ada. Selepas dari sini Ane menuju kebagian utara dari Kota Denpasar. Ya, tempat tersebut bernama Pantai Petitenget.

Pantai Petitenget



Sebenarnya perjalanan Ane kesini terbilang tak direncanakan. Awalnya Ane hanya berniat mencari Pantai Canggu yang ada Pura Batu Bolongnya, tetapi pantai tersebut tidak ketemu. Inilah namanya sebuah perjalanan apa yang sudah direncanakan tidak berjalan dengan baik. Tanpa sengaja ditengah jalan Ane malah melihat sebuah plank yang bertuliskan Pantai Petitenget, entah bagaimana ceritanya tiba-tiba Ane mengikuti plank tersebut. Dan taratata akhirnya Ane sampai dilokasi pantainya.
Memasuki pantainya Ane tidak dikenakan biaya sepeserpun alias gratis. Namun anehnya, setelah meninggalkan lokasi parkirnya terdapat sejumlah petugas parkir datang dan tiba-tiba pengunjung yang datang dibelakang Ane ditariki karcis parkir sebesar 2k. Ah, rupanya hari ini nasib baik bagi Ane. Tanpa berlama-lama langsung saja menuju ke pantainya.



Berhubung jalan yang langsung menuju pantainya sedang diputus karena ada program pembangunan, maka Ane mencari jalan lain. Dari tempat parkir Ane bergerak kearah kanan. Melewati depan pura (sayang puranya sedang dikunci sehingga Ane tak bisa memasukinya) dan sebuah bangunan mirip pendopo, Ane menjumpai sebuah jalan kecil kearah kiri menuju pantainya. Ane masuk kedalam jalan tersebut, sepanjang perjalanan Ane hanya melihat berbagai macam jenis penginapan berdiri.
Dan inilah pesona pantai petitenget itu berada. Pantai yang terletak di Desa Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten badung ini cukup sepi tidak seramai Pantai Sanur maupun Pantai Pandawa. Hampir semua pengunjung yang datang nampak hanya berjalan-jalan saja kesana-kemari. Sejauh mata memandang yang terlihat dipinggir pantai hanyalah banguanan-bangunan tinggi dan pohon-pohon kelapa tumbuh menjulang keatas. Selain itu terdapat juga beberapa gazebo yang siap memanjakan para pengunjungnya.




Pantai ini memiliki ombak yang cukup besar, berpasir putih dengan teksturnya lembut, serta memiliki wilayah daratan yang landai dan luas. Karena segaris dengan Pantai Kuta maupun Legian, cocok bila disini dapat digunakan untuk melihat sunset. Tapi sayangnya, langit mulai mendung dan sepertinya sunset tak akan datang di sore ini. Ane yang tak ingin kecewa lebih dalam akhirnya segera meninggalkan lokasi ini dan pulang ke penginapan Kota Denpasar.



Apakah Ane langsung menuju penginapan? ah ntahlah, siapa tahu ada obyek wisata lagi yang dapat Ane kunjungi tanpa Ane rencanakan.
Let's Go

Minggu, 08 Oktober 2017

Jukut Undis Sanur, Masakan Bali Khas Buleleng

Selepas mengunjungi Pura Langgar, Ane bingung mau kemana lagi. Pasalnya sebagian besar obyek wisata yang ada didekat Pura Langgar tepatnya di Kabupaten Bangli ini sudah Ane kunjungi. Misalnya saja Desa Penglipuran maupun Pura Kehen. Setelah berfikir agak lama akhirnya Ane memutuskan untuk kembali saja ke Kota Denpasar. Tapi, rugi donk sob kalau pulang ke Kota Denpasar langsung menuju penginapan. Secara, hari belumlah siang dan obyek wisata yang ada di Kota Denpasar sendiri belum semua terjelajahi, maka dari itu disini Ane menuju Kota Denpasar untuk melanjutkan petualangan Ane menjelajahi tempat-tempat yang belum Ane jelajahi.
Petualangan selanjutnya yang akan Ane lakukan adalah mencari masakan khas Bali yang khas banget tetapi tetap saja halal karenakan Ane ini muslim jadi ya tetap ingat sama apa yang diperbolehkan atau tak diperbolehkan untuk dimakan menurut agama Ane. Salah satunya Jukut Undis, masakan yang satu ini memang agak sulit untuk ditemukan. Menurut informasi yang beredar bahwa warung yang menyajikan masakan ini ada disekitaran sanur, maka menujulah Ane kesana. Apa yang terjadi saudara-saudara? ternyata zonk. Jangankan Ane, lawong tanya sama petugas parkir Pantai Sanur saja tidak tahu. Yasudah akhirnya Ane cari sendiri tuh warung.


Cukup lama sudah Ane menelusuri Kota Denpasar bagian timur ini. Kurang lebih sekitar 3/4 jam dan syukur, usaha Ane rupanya tak sia-sia. Secara tak sengaja Ane membaca sebuah spanduk yang bertuliskan "Warung Jukut Undis masakan Bali khas Buleleng spesial ayam" disebelah kanan jalan (dari pusat Kota). Mungkin warung ini pindahan dari Sanur yang beralamat di Jl. Hangtuah, karena dalam spanduk tersebut tertera demikian. Sementara warung yang Ane coba sekarang beralamatkan di Jl. Danau Buyan 42 A-Sanur.
Warungnya cukup bersih namun sepi, hanya ada beberapa tempat duduk saja yang tersedia. Terlihat seorang pengunjung sedang menikmati menu masakannya. Dibagian depan warung terlihat sebuah patung ganesha kecil sedang duduk diatas gemerciknya air berhiaskan bunga seolah-olah menyapa setiap para pengunjung yang datang. Setelah memarkirkan kuda hijau Ane, lantas Ane masuk kedalam. Tanpa berfikir panjang langsung saja Ane memesan satu porsi masakan Jukut Undis.


Dengan gesitnya Sang Pelayan pun melayani Ane. Tak sampai 10 menit makanan yang Ane pesan sudah ada dihadapan Ane. Sementara untuk minumannya, sebotol aqua kecil sudah cukup untuk menghilangkan rasa dahaga. Disini Ane bingung, la mana yang dinamakan dengan Jukut Undis? lawong menu yang tersedia hanya berupa nasi campur saja dan semangkok kecil berisi makanan menyerupai kacang tenggelam dalam kuah berwarna kecokelatan.



Ane hanya menduga mungkin semangkok kecil inilah mengapa makanan ini dinamakan dengan Jukut Undis. Tapi sob, Ane tetap saja tidak plong kalau belum tanya kepada pelayannya mengenai mana yang dinamakan dengan Jukut Undis. Ternyata dugaan Ane benar, Sang Pelayan tersebut mengatakan kalau dalam semangkok kecil inilah mengapa makanan ini dinamakan dengan Jukut Undis. "Ini mas yang dinamakan Jukut Undis, kacang undis yang diolah menjadi sup dan diberi bumbu-bumbu", timpalnya.


Tampilannya itu mirip dengan "kacang tholo (dalam bahasa Jawa)", cuman bentuknya saja agak bulat dan besar. Disinilah rasa penasaran Ane muncul, lalu bagaimanakah dengan rasanya ya? ternyata rasanya enak dan lembut dimulut. Pada kuahnya rasanya itu sedikit asin, gurih, dan sedikit asam. Bila dibandingkan dengan kacang tholo maupun kacang tanah, kacang undis ini terasa lebih lembut.


Semakin nikmat lagi semangkuk kecil Jukut Undis ini Ane santap bersamaan dengan nasi campur khas Bali. Untuk nasi campurnya, seporsi nasi camupur ini terdiri dari sambal bongkot, abon ayam, sayur tempe, ayam suwir, ayam bumbu merah, sayur urap, dan bayam. Rasanya hmmm sangat enak sekali. Sambalnya cukup pedas, begitupula daging ayamnya yang cukup lunak. Tak berlebihan bila Ane memberi dua jempol karena ini semua "Wuenak Tenan, Le Leduk".




Selain makanannya yang lezat, juga harganya sangat bersahabat dengan kantong. Seporsi Jukut Undis tentu dengan nasi campur dan sebotol air aqua hanya dibanderol dengan harga 20k saja. Dengan rincian jukut undis dan nasi campurnya seharga 15k dan sebotol aqua seharga 5k.


Gimana sob, tertarikkah buat mencicipinya? hmmm kalau tertarik, sobat bisa langsung capcus menuju kesini. Agar tak kecewa ketika sampai disini mungkin dikarenakan warungnya belum buka atau sudah tutup, sobat bisa menghubunginya terlebih dahulu. Berikut No. Telpnya: 081 239 402 29
Jam Buka : 09.00 - 16.00 Wita
Let's Go

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me