Jam menunjukkan pukul 12.15 Wita, setelah makan kenyang di Warung Jukut Undis Ane pacu kuda hijau kembali menuju ke sebuah tempat ibadah yang cukup unik di Kota Denpasar. Tempat tersebut bernama Masjid Al Qomar yang terletak di Jl. Pura Demak. Menurut catatan Ane bahwa tempat ini tidaklah jauh dari perempatan jalan antara Jl. Teuku Umar dengan Jl. Imam Bonjol. Ya, kedua jalan tersebut merupakan jalan yang cukup besar di Kota Denpasar dan Ane sering melewatinya selama di Bali. Maka dari itu dengan tekad kuat tanpa ragu-ragu Ane mencarinya.
Tak disangka dan dinyana pencarian Ane berjalan dengan mulus. Ketika Ane menjumpai perempatan jalan antara Jl. Imam Bonjol dengan Jl. Teuku Umar, Ane lurus melewati Jl. Teuku Umar Barat dan ketika menemui jalan kecil mengarah kekanan pada jalan yang kedua, Ane belok saja. Beruntung 100 meter kemudian Ane membaca sebuah papan nama bertuliskan "Musholla Al Qomar". Ane kira tadinya ini adalah sebuah masjid, ternyata bukan.
Area parkirnya tidak begitu luas, kebanyakan para pengunjung yang datang memarkir kendaraannya diluar samping kanan dan kiri gapura masuk. Musholla ini cukup unik, arsitektur bangunannya kental akan budaya Bali. Dibagian terdepan musholla sudah terpasang 3 buah kotak amal, sementara disamping kirinya terdapat beberapa takmir musholla yang sedang berjaga-jaga. Berhubung Ane ingin shalat dzuhur maka Ane harus mengambil air wudhu. Tempat wudhu ada dibagian sisi kanannya.
Ane fikir kurang pas bila tempat ini disebut sebagai bangunan sebuah musholla, bagaimana tidak bangunan ini cukup luas dengan dibagian dalamnya terdapat beberapa saf. Selain itu bangunan ini terdiri atas 2 lantai. Ane rasa tepat bila bangunan ini disebut sebagai bangunan sebuah masjid.
Setelah melaksanakan ibadah shalat Dzuhur, lantas Ane tak langsung pergi. Ane tidur-tiduran dahulu sebentar disini. Disini Ane merasakan betapa susahnya hidup sebagai minoritas, karena sangat susah sekali mencari masjid maupun musholla di Pulau Bali. Walau sebagai minoritas masjid ini terbilang ramai. Tak henti-hentinya Ane melihat pengunjung yang datang melaksanakan ibadah shalat. Selain itu tak hanya sebagai tempat shalat saja, masjid ini rupanya juga mengadakan berbagai macam kegiatan agama seperti tempat mengaji anak (TPA) hingga acara pengajian. Hal ini terlihat dari sebuah papan bor yang bertuliskan materi tentang akhlak kepada orang tua. Sungguh amazing!
Tak terasa Ane hilang kesadaran dan mengantuk. Niatnya hanya leyeh-leyeh saja, eh malah tidur beneran. Hingga akhirnya tepat jam 2 siang Ane terbangun. Syukur barang bawaan Ane semuanya masih ada. Selepas dari sini Ane menuju kebagian utara dari Kota Denpasar. Ya, tempat tersebut bernama Pantai Petitenget.
Sebenarnya perjalanan Ane kesini terbilang tak direncanakan. Awalnya Ane hanya berniat mencari Pantai Canggu yang ada Pura Batu Bolongnya, tetapi pantai tersebut tidak ketemu. Inilah namanya sebuah perjalanan apa yang sudah direncanakan tidak berjalan dengan baik. Tanpa sengaja ditengah jalan Ane malah melihat sebuah plank yang bertuliskan Pantai Petitenget, entah bagaimana ceritanya tiba-tiba Ane mengikuti plank tersebut. Dan taratata akhirnya Ane sampai dilokasi pantainya.
Memasuki pantainya Ane tidak dikenakan biaya sepeserpun alias gratis. Namun anehnya, setelah meninggalkan lokasi parkirnya terdapat sejumlah petugas parkir datang dan tiba-tiba pengunjung yang datang dibelakang Ane ditariki karcis parkir sebesar 2k. Ah, rupanya hari ini nasib baik bagi Ane. Tanpa berlama-lama langsung saja menuju ke pantainya.
Berhubung jalan yang langsung menuju pantainya sedang diputus karena ada program pembangunan, maka Ane mencari jalan lain. Dari tempat parkir Ane bergerak kearah kanan. Melewati depan pura (sayang puranya sedang dikunci sehingga Ane tak bisa memasukinya) dan sebuah bangunan mirip pendopo, Ane menjumpai sebuah jalan kecil kearah kiri menuju pantainya. Ane masuk kedalam jalan tersebut, sepanjang perjalanan Ane hanya melihat berbagai macam jenis penginapan berdiri.
Dan inilah pesona pantai petitenget itu berada. Pantai yang terletak di Desa Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten badung ini cukup sepi tidak seramai Pantai Sanur maupun Pantai Pandawa. Hampir semua pengunjung yang datang nampak hanya berjalan-jalan saja kesana-kemari. Sejauh mata memandang yang terlihat dipinggir pantai hanyalah banguanan-bangunan tinggi dan pohon-pohon kelapa tumbuh menjulang keatas. Selain itu terdapat juga beberapa gazebo yang siap memanjakan para pengunjungnya.
Pantai ini memiliki ombak yang cukup besar, berpasir putih dengan teksturnya lembut, serta memiliki wilayah daratan yang landai dan luas. Karena segaris dengan Pantai Kuta maupun Legian, cocok bila disini dapat digunakan untuk melihat sunset. Tapi sayangnya, langit mulai mendung dan sepertinya sunset tak akan datang di sore ini. Ane yang tak ingin kecewa lebih dalam akhirnya segera meninggalkan lokasi ini dan pulang ke penginapan Kota Denpasar.
Apakah Ane langsung menuju penginapan? ah ntahlah, siapa tahu ada obyek wisata lagi yang dapat Ane kunjungi tanpa Ane rencanakan.