Sabtu, 25 Agustus 2018

Dusun Bambu Lembang, Spot-spotnya Cukup Ciamik dan Instagramable

Awalnya Ane ragu-ragu apakah akan mendatangi tempat ini atau tidak, pasalnya tempat ini terletak cukup jauh dari Kawasan Lembang yang sedang Ane kunjungi yakni berjarak sekitar 9 Kilometer. Sementara itu Ane belum begitu mengenal Kota Bandung, tapi berbekal sebuah peta yang Ane buat sendiri maka dengan tekad kuat Ane mendatanginya. Tempat ini bernama Dusun Bambu yang terletak di Jl. kolonel Matsuri Km. 11, Lembang, Kertawangi, Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.



Selepas mengunjungi Floating Market Ane arahkan motor yang Ane sewa menuju kesini. Keluar dari pintu masuk Floating Market, Ane langsung mengambil jalan searah kearah kiri (barat) melalui Jl. Grand Hotel hingga mentok. Kemudian belok kearah kiri (selatan) melalui Jl. Raya Lembang, jalan ini searah dengan jalan menuju pulang ke Kota Bandung. Sejauh kira-kira setengah kilometer (500 meter) Ane melihat jalan kearah kanan (barat), Ane langsung saja belok kearah jalan tersebut. Jalan ini bernama Jl. Kolonel Masturi, jalannya lebih sempit bila dibandingkan dengan Jl. Raya Lembang namun cukup halus. Selain itu jalannya cukup berkelok-kelok. Ada kekhawatiran tersendiri bagi Ane saat melintasi jalan ini, bagaimana tidak sepanjang perjalanan Ane tak melihat keberadaan SPBU sedikitpun sedangkan bahan bakar yang ada di kendaraan bermotor Ane akan segera habis. Hal ini ditandai dengan penunjuk isi bahan bakar yang sudah menunjukkan garis merah. "Bila tak ada maka Ane isi dengan bahan bakar eceran saja", fikirku. Ane tetap mengendarai kendaraan ini hingga di pertengahan jalan beruntung Ane tak sengaja melihat  sebuah SPBU yang berada di kanan (utara) jalan. Tanpa berfikir panjang Ane langsung mampir di SPBU tersebut.
Seusai mengisi Ane lanjutkan lagi perjalanan menuju kearah barat, ditengah jalan Ane sempat tergoda oleh sebuah papan nama bertuliskan Curug Cimahi yang berada disebelah kiri (selatan) jalan. Ane sempat berhenti sejenak, apakah Ane masuk terlebih dahulu disini sebentar lalu lanjut atau langsung lanjut saja. Fikir punya fikir akhirnya Ane memutuskan untuk lanjut saja menuju destinasi wisata yang memang sudah Ane rencanakan sebelumnya. Setelah melewati pangkalan angkot kuning dan tak lama kemudian Jalan Kolonel Masturi ini mengarah kearah kiri (selatan). Tepat di belokan ini ada juga jalan yang mengarah ke arah kanan (utara). Disebelah kiri (baratnya) Terdapat pangkalan ojek. Ane mengambil jalan yang mengarah kearah kanan ini. Jalannya cukup menanjak hingga kurang lebih 1 Kilometer sampailah Ane di tempat yang Ane maksud.



Ane kira di pintu gerbang Dusun Bambu ini Ane ditariki biaya retribusi masuk setidaknya untuk parkir, ternyata tidak Ane disuruh terus saja langsung ke tempat parkir. Saat menuju tempat parkir Ane disuguhkan oleh pemandangan yang cukup mengagumkan yakni serangkain batang-batang bambu yang disusun menjulang keatas menyerupai bentuk jamur. Hal ini seolah-olah menegaskan bahwa memang disinilah Dusun Bambu itu berada.



Ada 2 jenis lahan parkir yang disediakan oleh pihak pengelola. Lahan parkir pertama untuk jenis kendaraan roda empat seperti mobil pribadi maupun bus, sedangkan untuk lahan parkir kedua yang letaknya lebih jauh untuk jenis kendaraan roda dua seperti sepeda motor. Benar saja sesampainya di tempat parkir Ane disuruh membayar tanda masuk kendaraan bermotor sebesar 10k. Ane sempat heran dan kaget dengan biaya parkir sebesar ini apakah sudah termasuk dengan tiket masuknya atau belum. Ane hanya bisa menerima dan segera melangkahkan kaki menuju pintu masuk.



Biaya parkir sebesar 10k ternyata belum termasuk dengan tiket masuknya. Untuk bisa masuk kedalam Ane diharuskan membayar lagi tiket masuk sebesar 25k. Didalam tiket tersebut tertulis bahwa tiket ini nantinya bisa ditukar dengan 1 botol air mineral saat pulang dengan catatan selama persediaan masih ada. "Dimana area wisatanya, sepertinya tak ada area yang menunjukkan kalau ini adalah tempat wisata", fikirku. Sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah hamparan sawah yang berundak-undak dengan jalan yang terbuat dari bambu serta berdiri gubuk-gubuk kecil yang juga terbuat dari bambu.



Tapi ada yang aneh berbeda dengan obyek wisata pada umumnya begitu mendapatkan tiket masuk bisa langsung masuk kedalam area, disini tidak para pengunjung diharapkan menunggu sebentar sebuah kendaraan yang telah disiapkan oleh pihak pengelola untuk mengantarkan ke area utama. Kendaraan tersebut bernama wara-wiri. Kendaraan ini cukup unik didesain seperti angkot namun di jendela kanan dan kirinya tidak berkaca. Dibagian kepala mobil bercat warna-warni bergambarkan tema tentang bambu, sedangkan dibagian badan mobil diberi semacam bulu yang terbuat dari kain berwarna-warni.



Tak hanya mengantarkan ke area utama, mobil wara-wiri ini juga bertanggungjawab membawa pulang penumpang menuju titik awal keberangkatan. Ane manut saja, tak perlu menunggu lama mobil wara-wiri yang akan Ane naiki sudah datang. Pengunjung yang datang terbilang sepi sehingga begitu Ane masuk mobil ini lantas tak segera jalan melainkan menunggu beberapa saat lagi sampai mobil ini terisi penuh setidaknya ada pengunjung lain yang naik.
Begitu jalan udara yang masuk cukup kencang, nampaknya pengelolaan Dusun Bambu ini tak tanggung-tanggung hal ini terlihat dari pemandangan yang ada disepanjang jalan. Disamping kanan dan kiri jalan tumbuh pohon bambu cukup lebat sehingga tak heran bila angin yang berhembus begitu sejuk. Ane fikir keberadaan kendaraan ini memang sungguh diperlukan mengingat jalan dari pintu masuk pembelian tiket sampai di area utama cukup jauh. Setelah belak-belok manut sama pak sopir kini Ane sampai di area utama Dusun Bambu.
Ya, inilah Dusun Bambu yang cukup lama ini Ane ingin datangi. Semua spot yang ada disini sangatlah menarik, cukup ciamik, dan instagramable. Spot-spot apa saja ya yang ada disini itu?




Spot pertama yang Ane kunjungi adalah Sampan Sangkuriang. Menuruni anak tangga satu-persatu sampailah Ane di sebuah dermaga kecil tepi danau yang cukup mempesona. Airnya cukup jernih dan tenang dengan disekeliling danau terdapat saung-saung cantik. Saung-saung tersebut bernama Saung Purbasari. Untuk sampai disitu pengunjung bisa menyeberang dengan menggunakan sampan yang bersandar disekitar dermaga ini.



Ane ingin duduk disitu, tapi sama siapa? :-)
Apalagi kalau naik sampan itu bareng pasangan, pasti romantis deh. Ah lagi-lagi harus gigit jari :-)
Lanjut, bergerak kearah barat, masih di tempat yang sama ada sebuah Spot yang menjadi favorit bagi para pengunjung untuk mengabadikan momentnya. Spot ini adalah sejenis amphiteatre, terbukti saat Ane sedang berada disini tak henti-hentinya para pengunjung yang datang dan pergi bergantian untuk berfoto. Tak hanya satu dua pengunjung saja tetapi banyak pengunjung. Contohnya ibu-ibu yang datang jauh-jauh dari Pulau Kalimantan ini. Loh kok tahu Nis? Iya, lawong beberapa dari ibu-ibu itu sempat mengobrol dengan Ane.



Dari Saung Purbasari, Ane beranjak ke spot selanjutnya yaitu Tegal Pangulinan. Didepan gapura masuk tertulis berbagai macam wahana permainan yang dapat dinikmati oleh para pengunjung seperti beubeudilan, menembak, bersepeda, ATV dan lain sebagainya. Tapi kok sepertinya tempat ini terlihat adem ayam tentrem ya, tak ada yang menunjukkan aktifitas-aktifitas tersebut.
Daripada penasaran Ane langsung saja masuk kedalam, Disetiap sudut Dusun Bambu ini memang dibuat sedemikian rupa sehingga pengunjung betah berlama-lama disini. Salah satunya pemandangan yang tersaji di Tegal Pangulinan. Sebuah sungai dengan bebatuannya dilengkapi dengan kincir air bambu mengalir air sungai yang tidak terlalu deras, tumbuhan pepohonan dengan dibawahnya terdapat tanaman-tanaman yang terawat dengan baik, serta ada sebuah tanah lapang yang cukup aduhai bersihnya karena rumputnya merupakan rumput sintetis. Lalu dimanakah wahana-wahana permainan itu berada? ternyata zonk Ane tidak menemukan sebuah permainan pun yang sedang berlangsung. Ntah ada atau tidak yang jelas masuk ke spot ini rasanya sungguh membuat hati damai.


Gapura depan Tegal Pangulinan
Suasana didalam saat itu
Keluar dari Tegal Pangulinan Ane melihat kearah atas, selain sebuah tulisan "Dusun Bambu" yang cukup besar ada apa gerangan disana ya? ternyata sebuah taman bunga yang cukup menyejukkan mata dan fikiran. Taman tersebut bernama Taman Arimbi. Taman ini disusun berteras-teras mengikuti lekukan topografi khas kaki pegunungan. Sementara diseberang jalan sebelah timur berdiri sebuah bangunan musholla yang dapat Ane gunakan untuk mendirikan ibadah shalat. Eow iya Ane baru ingat kalau Ane belum melaksanakan ibadah shalat Dzuhur, oleh sebab itu Ane masuk dahulu ke musholla tersebut. Saat mengambil air wudhu, cesss air terasa dingin di kulit. Maklum Dusun Bambu ini berada didaerah dataran tinggi.



Seusai mendirikan ibadah shalat dzuhur, Ane berjalan kaki menuju kebawah kearah selatan. Disini ada beberapa spot yang sungguh menarik sayang untuk dilewatkan. Sebenarnya spot-spot ini sudah terlihat saat Ane datang, diantaranya Pasar Khatulistiwa. Pasar Khatulistiwa ini berada tepat dibawah Taman Arimbi. Di pasar ini dijual berbagai macam produk dengan kualitas terbaik seperti jajanan tradisional khas Sunda, berbagai macam cinderamata, hingga buah-buahan dan sayuran segar.
Lanjut ke spot berikutnya yaitu Burangrang Cafe, berhubung Ane tidak ada niatan untuk jajan maka Ane hanya lewat didepannya saja. Sekilas memang cafe ini cukup cantik karena selain makan, ditempat ini juga bisa menikmati pemandangan spot Purbasari. Nggak kebayang deh bila makan sambil menikmati pemandangan yang cantik itu. Masih disekitar area Pasar Khatulistiwa, tepat disebelah timurnya terdapat beberapa arena bermain anak karena memang kebanyakan pengunjung yang memadati tempat ini ya anak-anak. Seperti Taman Labyrinth dan Rabbit Wonderland. Bahagianya usia anak-anak ini, bisa ngasih makan kelinci dengan wortel, berlarian kesana-kemari didalam Taman Labyrinth, serta mengasah kreatifitas melalui sebuah permainan.



Terlihat seorang anak sedang memberi makan seekor kelinci

Tepat didepan kafe Burangrang atau disebelah selatan Pasar Khatulistiwa Ane melihat sebuah jalan naik dengan didepannya terdapat sebuah papan nama bertuliskan "Lutung Kasarung". Seperti apa ya tempatnya? Sesampainya diatas Ane baru mengetahui bahwa tempat ini juga tak kalah ngehitznya dibandingkan dengan Purbasari. Bedanya kalau Purbasari seperti mengapung diatas air, sedangkan Lutung Kasarung ini berupa bilik yang melayang-layang diantara pepohonan. Bilik ini cukup unik berbentuk bulat yang dibuat dari ranting-ranting kayu. Ane tak berani masuk kedalam, soalnya kalau masuk kedalam akan dikenakan biaya charge room sebesar 50k per jam. Berbeda lagi kalau Ane datang kesini saat weekend tentu akan dikenakan biaya charge room yang lebih besar lagi yakni 100k per jam. Ini baru biaya sewa ruangannya saja belum makanannya, hmmm mahalnya.




Penampakan salah satu bilik
Tarif Charge Room Lutung Kasarung 
Berjalan ditengah area Lutung Kasarung membuat sensasi tersendiri bagi Ane. Jalan kokoh terbuat dari kayu dengan disamping kanan dan kirinya diberi tedeng aling-aling yang terbuat dari besi. Setibanya diujung selatan area Lutung Kasarung, Ane melihat sebuah spot lagi yang sedang ngehitz dikalangan anak muda yaitu Hammock Tower. Sesuai dengan namanya, hammock ini disusun bertingkat yang dipasang diantara dua pohon tinggi.



Ada yang berani uji nyali? berakhirnya kunjungan Ane di spot Lutung Kasarung ini maka berkahir pula kunjungan Ane di Dusun Bambu. Gimana cukup menarik bukan? kalau sobat tertarik dan ingin segera mengunjunginya, Dusun Bambu ini buka setiap hari dari pukul 8 pagi hingga tutup pukul 9 malam.
Let's Go

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me