Selasa, 31 Mei 2016

Bakso Pak Jam Ironayan, Lezatnya Minta Ampun

Udah lama saja nieh sob Ane nggak makan yang namanya bakso. Ntah mengapa sore itu Ane kepingin banget buat nyicipin bakso yang ada di Kota Jogja. Seperti biasa Ane searching - searching dulu kira - kira bakso mana yang sangat enak dan direkomendasikan di Kota Jogja ini. Eh nggak tahunya letak bakso tersebut terletak bukan di area Kota Jogja malah sebelah timur Kota Jogja. Bakso tersebut bernama Warung Bakso Ironayan yang merupakan milik Pak Jam yang terletak di Dusun Ironayan, Kelurahan Baturetno, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.



Letaknya cukup dekat sieh sob dari kost Ane, tapi ya agak mblusuk juga karena berada di tengah perkampungan. Hal itu tetap saja tak menghalangi niatan Ane untuk menyambanginya. Tepat pukul 5.15 sore berangkatlah Ane menuju ke TeKaPe. Tak sampai 30 menit sampailah Ane disini, tapi berhubung pas sampai sini adzan maghrib berkumandang ya jadinya ke masjid dulu. Masjidnya sangat dekat kok sob dengan Warung Bakso Pak Jam Ironayan ini yakni tepat berada di sebelah utaranya.



Singkat cerita sesudah ibadah, Ane langsung memindahkan kuda hijau Ane yang tadinya parkir di area parkir masjid menuju ke area parkir warung. Sudah ada pengunjung rupanya yang sedang menikmati baksonya. Kenapa Ane kok tahu? sesuai dengan namanya kalau hanya bakso lah yang tersedia disini. Tak mau berlama - lama lagi, Ane pun langsung memesan seporsi bakso dan segelas air es karena selain teh dan jeruk tak ada lagi minuman yang lain yang dapat Ane pesan.
Ada dua jenis tempat duduk yang dapat Ane pilih sob dalam menikmati baksonya, berbentuk lesehan yang terdapat di luar ruangan dan bentuk meja dan kursi yang terletak di dalam ruangan. Kali ini Ane lebih memilih meja dan kursi saja dalam menikmatinya, soalnya lagi mood aja. Di salah satu sisi dindingnya ternyata ada yang menarik perhatian Ane sob, yakni hadirnya sebuah sertifikat kehalalan dari MUI. Hal ini pernah Ane temui ketika makan Bakso Idolaku Jogja. Terbukti ketika itu baksonya memang enak banget. So, dengan adanya ini semakin memepertegas bahwa warung makan ini benar - benar menyajikan bakso yang halal dan layak untuk di coba. Tak lama Ane menunggu, datanglah menu bakso dan segelas air es yang Ane pesan.



Bila di lihat dari tampilannya, bakso ini tidaklah berbeda dengan bakso - bakso pada umumnya. Seporsi bakso terdiri dari mie kuning, potongan tahu goreng, bakso goreng, daun selada, taburan bawang goreng, seledri, dan empat buah bakso serta mempunyai kuah yang cukup bening.



Lalu bagaimanakah dengan rasanya?
Ane awali pada kuahnya dulu ya sob, kuahnya cukup gurih dan kaldunya terasa kuat di lidah. Nah ini dia yang membuat bakso ini cukup dikenal, baksonya terasa kenyal di bagian luar dan begitu Ane mengunyahnya di bagian dalam cukup lembut. Ane kira bakso ini mempunyai campuran yang sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali, soalnya rasa dagingnya terasa banget di lidah. Walaupun Ane tambahkan sedikit saos, kecap, dan sambal kedalamnya, rasa dari bakso ini tetap saja lezat dan dua kata untuk bakso ini, "Wuenak tenan, Le leduk".



Soal harga masih sangat bersahabat kok sob, semangkok bakso dan segelas air es hanya dibanderol dengan harga 12k saja. Gimana, tertarikkah sobat untuk mencobanya?
Bagi sobat yang tertarik dan belum tahu lokasi persisnya, berikut gambaran rutenya:



Dari Titik Nol Kilometer Kota Jogja bergeraklah ke arah timur melalui Jl. Panembahan Senopati, Jl. Sultan Agung, dan Jl. Kusumanegara melewati Kebun Binatang Yogyakarta (Gembira Loka Zoo) hingga menemukan perempatan lampu merah setelahnya. Dari sini beloklah ke arah kanan (selatan) melalui Jl. Gedong Kuning, Jl. Gedong Kuning Selatan, dan Jl. Kemasan hingga perempatan Pasar Kotagede. Dari sini, beloklah ke arah kiri (timur) melalui Jl. Karanglo hingga perempatan lampu merah besar yang merupakan pertemuan Jl. Karanglo dengan Jl. Ringroad Timur. Masih lurus lagi ke arah timur hingga menemukan Pasar Ngipik. Dari sini masih lurus lagi ke arah timur kurang lebih sejauh 600 meter hingga menemukan sebuah perempatan sebelum jembatan. Dari perempatan ini, beloklah ke arah kanan (selatan) dan tak sampai 70 meter sampailah sobat di warung bakso yang sobat maksud. warung bakso ini berada persis di samping masjid.



Berdasarkan informasi yang Ane dapatkan dari Sang Penjualnya, Jam buka Warung Bakso Ironayan Pak Jam ini setiap hari dari pukul 10 pagi hingga 8 malam dan libur pada hari Jumat.
Let's Go

Senin, 30 Mei 2016

Nasi Goreng Padmanaba Jogja

Kenyataan tidak berjalan sesuai dengan rencana, itulah sob mengapa Ane bisa sampai makan disini. Pada tanggal 27 April 2016 Ane mengajak kulineran bersama sahabat Ane, Hanna. Waktu itu rencananya kita akan makan Nasi Goreng Gangster di Kedai Nasi Goreng Mafia, eh lakok kedainya sudah tutup. Berdasarkan informasi yang kita dapatkan dari seorang bapak - bapak penjaga parkir di sekitar situ kalau Kedai Nasi Goreng Mafia ini sudah sebulan tutup dan rencananya akan pindah di sekitaran Babarsari atau nggak Seturan. Lantas Ane bilang donk, kapan itu rencananya? dan Pak penjaga parkir tersebutpun tak mengetahui dengan pasti kapan tepatnya.



Oke, Ane bilang ke Hanna,"gimana Han kalau ke tempat lain buat makan mie mampus ketahuan selingkuh?", dan Hanna pun kaget bukan main,
Hanna : What, apaan mie mampus ketahuan selingkuh itu?
Ane   : Iya mungkin seperti mie Han, saya juga belum pernah kesana
        soalnya.
Hanna : Dimana itu Nis, jauh nggak?
Ane   : di utara Jl. Nologaten, nggak jauh kan?
Hanna : Oke Nis, aku manut aja
Ane   : Woke, kita meluncur.
Tapi apa sob? lagi - lagi The Cartel House ini yang menyediakan menu mie ketahuan selingkuh juga sudah tutup. Bahkan kita sempat memperhatikan bagian dalam kedainya, nampaknya sudah tak jualan lagi disini. Ane pun bertanya lagi kepada Hanna, gimana kalau kita cari tempat lain lagi di Bakso Kuning Gading? dan Hanna pun bilang,
Hanna : Dimana lagi itu?
Ane   : di Jl. Abu Bakar Ali, sekitar Stadiun Kridosono
Hanna : Okelah nggak jauh ini Nis, hayuk aja!
Ane   : Woke
Dengan bersusah payah kita mencarinya akhirnya ketemu juga nieh tempat. Lagi - lagi tempat ketiga yang kita tuju pun sudah tutup. Di bagian samping bekas warung tertulis demikian


Ane   : Waduh, gimana nie Han? Aku udah kehabisan ide ew, kalau
        masih pagi atau siang tow masih banyak yang buka. Tapi kalau
        malam dah ah nyerah.
Hanna : La gimana Nis? makan dimana kek yang dekat - dekat sini saja.
Tiba - tiba dalam ingatan Ane muncul Nasi Goreng Padmanaba. Ane udah pernah kesini sieh sob sebelumnya, waktu itu Ane cari - cari Warung Nasi Goreng Kang Tarman tapi ndak ketemu ya akhirnya mampir kesini.
Ane   : Han, kita ke Nasi Goreng Sapi Padmanaba aja yuk, kamu mau
        nggak?
Hanna : Dimana lagi itu?
Ane   : Dekat sini kok, sekitaran Stadion Kridosono jalan yang
        memutar itu. Kalau nggak, coba kamu nyalain GPS nya.
Begitu dia cari via GPS, dia pun mengatakan
Hanna : Woke, dekat kok Nis. Ayok kesitu aja
Ane   : Woke, segera meluncur
Tak lama kemudian sampailah kita di tempat yang kita maksud.


Belum ngerasain sudah memberikan jempol aja
Tak ada atribut atau sesuatu yang menandakan kalau ini adalah Nasi Goreng Padmanaba. Yang ada hanyalah sebuah spanduk yang bertuliskan "Nasi Goreng Daging Sapi" aja. Nasi goreng ini dinamakan Nasi Goreng Padmanaba karena letaknya di sebelah selatan (depan) SMA Negeri 3 Yogyakarta, pas di trotoarnya. Warungnya cukup sederhana menggunakan tenda dengan meja dan kursi yang terpasang menurut arah jalan yang ada. Selain meja dan kursi, sistem lesehan pun tersedia tentu menempati trotoar jalan. Sudah ada banyak pengunjung yang datang, kebanyakan dari mereka menempati tempat lesehannya. Maklum masih pada muda - muda semua dan tempat ini cocok buat nongkrong, jadi kloplah masih muda nongkrong lagi. Ane mah cuman dua orang, jadi lebih memilih sistem meja dan kursi saja.


Warung tampak depan
Suasana warung dalam tenda
Sesampainya di dalam, Ane langsung pesan seporsi nasi goreng jumbo buat Ane dan seporsi nasi goreng biasa buat sahabat Ane. Tak ada pilihan lain selain itu, karena hanya itulah menu makanan yang tersedia. Sementara minumannya cuman teh, yasudah untuk minumannya kita berdua pesan es teh saja.


Pengumuman!
walaupun pembelinya banyak, hal ini tidak mempengaruhi kecepatan dalam pelayanannya sob, tak sampai 20 menit datanglah pesanan yang kita pesan.
Hanna : Lho jumbo segitu Nis?
Ane   : Iya nieh Han, kurang banyak ya?
Hanna : Iya, pantesan aja yang biasa cuman segini!
Ane   : Nyesel Han? kalau nggak minta nambah lho
Hanna : Nggak ah, dah segini saja.


Hanna pun cemberut karena dapatnya cuman sedikit

Berdasarkan pengamatan yang Ane lihat, seporsi nasi goreng ini terdiri dari telor dadar cantik, emping yang bisa menyebabkan sakit urat, potongan daging sapi, dan tentunya nasi yang di goreng.



Setelah Ane mengeksekusinya ternyata rasanya biasa aja sob, agak sedikit manis dan cenderung sedikit hambar. Menurut Ane malah enakan Nasi Goreng Pliket Pak Dakir. Tapi tetep Ane habiskan donk, habis kalau mau disisakan perut masih keroncongan dan bila mau beli makanan lagi harus mengeluakan uang lagi. Maklum anak kost, penuh dengan perhitungan, hehehe.



Ini cuman berdasarkan apa yang Ane lihat dan rasakan lho sob. Silahkan kalau sobat ingin datang langsung ke TeKaPe. Berikut cara menuju lokasinya bila belum tahu tempat persisnya:
Dari Tugu Jogja, bergeraklah ke arah timur melalui Jl. Jend. Sudirman hingga perempatan lampu merah yang di pojok sebelah kanan terdapat Toko Buku Gramedia. Beloklah ke arah kanan (selatan) melalui Jl. Suroto hingga mentok bertemu dengan jalan yang memutar. Mutarlah ke kanan melewati Kantor Bank BRI Syariah dan tepat di pojokan putaran ke kanan warung ini berada.



Soal harga cukup bersahabatlah Ane cuman habis 15k, dan Hanna cuman habis 14k saja.
Let's Go

Jumat, 27 Mei 2016

Cilok Gajahan, Menguji Kesabaran Untuk Mendapatkannya

Tak berlebihan jika Ane katakan demikian sob, soalnya memang untuk mendapatkannya sendiri para pengunjung termasuk Ane harus rela mengantri hingga berpuluh - puluh menit bahkan bisa saja 1 sampai 2 jam. Cilok Gajahan ini terletak di salah satu sudut Kawasan Alun - alun Selatan Yogyakarta.
Jangan bayangkan kalau Cilok ini di jual oleh sang penjualnya semacam di warung, restoran, atau bahkan di cafe ya sob tetapi Sang Penjual hanya menjualnya menggunakan gerobak dorong. Beruntung Ane tak perlu mengantri dalam waktu yang cukup lama karena sebelum penjualnya datang, Ane pun sudah datang duluan. Sobat sangka berarti Ane langsung dapat antrian pertama? Eits, no no no, karena sebelum Ane datang sudah ada beberapa calon pembeli yang sedang menunggu.



Antrian seperti ini mengingatkanku ketika Ane membeli Gudeg Permata Bu Pujo. Bedanya, kalau di Gudeg Permata Bu Pujo di kasih nomor antrian, disini tidak. Secara penampilan bentuk ciloknya sama seperti cilok pada umumnya. Bentuknya bulat - bulat menyerupai bentuk bakso namun lebih kecil. Cilok di bungkus satu - persatu menggunakan plastik sesuai dengan permintaan para pembelinya, ada yang minta 5 ribuan adapula yang minta 10 ribuan.



Awalnya yang mengantri cuman sedikit, tapi lama - kelamaan banyak juga. Sebenarnya antrian yang panjang tak masalah bila setiap orangnya beli satu atau dua bungkus. Tapi yang menjadi masalah adalah per orangnya tak hanya beli satu atau dua bungkus saja namun lebih dari itu bahkan ada yang pesan sampai 7 bungkus, Gilaaakkk. Ane sendiri hanya beli 3 bungkus saja, dan setiap bungkusnya di hargai 5k saja.
Ada sebuah cerita nieh sob, cerita lucu sekaligus menjengkelkan bagi kita sebagai pembeli yang sudah lama nunggu antrian. Ada seorang ibu - ibu yang langsung aja "ngesuk - ngesuk" di tengah - tengah kerumunan para pengunjung yang lain. Ibu ini bawa seorang anak yang masih kecil, ew dengan PeDenya minta didahulukan daripada pengunjung yang lainnya. Alasannya tahu tidak sob, apa? karena anaknya menangis. Lho setahu kita sebelum datang tuh anak sudah menangis, lakok disini dijadikan modus. Ah nggak bener ini, tapi bapaknya cukup adil dengan entengnya bapaknya bilang kalau kita yang sedang mengantri juga inginnya cepat - cepat dan minta didahulukan. Ane salut dengan bapaknya, prinsipnya siapa yang datang duluan, dialah yang akan segera mendapatkannya. Ane mah hanya tersenyum kecil saja, soalnya tuh pengunjung ibu - ibu reseh sieh, hahaha.


Walaupun pembelinya banyak, hanya seorang dirilah bapaknya melayani para pembelinya. Tampak cucuran keringat membasahi wajahnya. Dengan lihainya beliau membungkusnya satu - persatu, Sebelum dimasukkan kedalam plastik, cilok yang ada di wadah direbus dulu sekitar 5 menit. Bangga rasanya bisa mendapatkan cilok yang Ane inginkan, seperti menjadi pemenang. bagaimana tidak bangga, lawong diantara berpuluh - puluh orang, Ane termasuk salah satu yang mendapatkannya dan tak perlu mengantri lama pula hanya sekitar 30 menitan saja.


Kayak antri sembako
Setelah mendapatkannya, selanjutnya Ane rasakan donk. Bagaimanakah dengan rasanya? hmmm, menurut Ane biasa aja sob sama seperti rasa cilok kebanyakan. Tapi ada rasa yang membuat Ane berbeda yakni rasa pedas sambalnya yang cukup mantab. Mungkin bumbu dari cilok inilah para pembeli rela untuk mengantri.


Ada yang mau?
Jam buka Cilok Gajahan ini dari jam 3 hingga 6 sore. Tutupnya bukan karena apa - apa ya sob, tetapi karena dalam waktu 3 jam biasanya cilok ini sudah ludes habis terjual, padahal bapaknya bawa banyak. Bila sobat penasaran dengan cilok ini, sobat bisa langsung menuju ke Alun - alun Selatan Kota Jogja dan biasanya cilok ini mangkal di salah satu sudut kawasan Alun - alun dekat dengan gapura. Saking enaknya untuk menemukan cilok ini, untuk kali ini Ane tak menyertakan gambaran rutenya ya sob.



Kalau sudah ketemu, selamat mengantri. Sampai jumpa!
Let's Go

Kamis, 26 Mei 2016

Warung Tongseng Ayam Kampung Moro Seneng Bantul

Biasanya kan yang namanya tongseng berasal dari daging kambing ya sob, tapi bagaiamana jikalau tongseng tersebut berasal dari daging ayam kampung? Nah, inilah sob yang membuat Ane penasaran dengan adanya tongseng ayam kampung. Warung yang menjual tongseng ayam kampung tersebut bernama Warung Gule/Tongseng Ayam Kampung Moro Seneng yang terletak di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Jujur sob, sebenarnya yang namanya tongseng Ane kurang suka, yang membuat Ane kurang suka itu karena rasa kuahnya kaya akan rempah tetapi manis. Maka dari itulah Ane mencoba sajian masakan tongseng ini siapa tahu berbeda dengan masakan tongseng dari daging kambing dan Ane menyukainya.



Pada tanggal 8 Mei 2016 kemarin akhirnya Ane jadi juga menyambanginya. Berikut rute menuju kesana, Dari Kota Yogyakarta tepatnya di perempatan lampu merah Plengkung Gading, Ane arahkan kuda hijau Ane menuju ke arah barat (belok kanan bila dari Alun - alun Selatan) melalui Jl. MT. Haryono hingga perempatan lampu merah Pojok Beteng Kulon. Beloklah Ane ke kiri (selatan) melalui Jl. Bantul hingga bertemu perempatan lampu merah Dongkelan. Masih lurus lagi ke arah selatan melewati sebuah perempatan lampu merah dan pertigaan lampu merah hingga memasuki Gapura "Selamat Datang di Kabupaten Bantul". Lurus sedikit ketemu Perempatan Lampu Merah Klodran. Masih lurus lagi melewati Masjid Agung Manunggal Bantul dan Pasar Bantul hingga menemukan perempatan lampu merah. Kemudian beloklah Ane ke kanan (barat) searah dengan menuju Kantor Bupati Bantul. Di sebelah kanan (timur) Kantor ini ada jalan yang mengarah ke utara/ke belakang (Jl. Wolter Monginsidi). Ane ikuti jalan tersebut hingga sejauh kurang lebih 100 meter sampailah Ane di tempat yang Ane maksud. Warungnya terletak di sebelah kanan (timur) jalan.


Warung Gule / Tongseng Ayam Kampung Moro Seneng tampak dari depan
Gambaran rute menuju lokasi
Warungnya cukup sederhana dengan sebagian dindingnya terbuat dari anyaman bambu. Beberapa meja dan kursi juga telah terpasang dengan rapi. Bagi yang mau lesehan, juga ada tempat untuk itu.
"Mau makan apa mas?", tanya Sang Penjual kepada Ane begitu memasuki warungnya.
"Tongseng ayam kampung aja bu, 1 porsi", jawab Ane dengan singkat.
"Minumnya?", tanya beliau kembali.
"Selain teh dan jeruk, ada apalagi Bu?", tanya Ane kembali
"Adanya ya cuman itu ew mas!", timpal beliau dengan nada yang merendah.
"Yasudah Bu, es jeruk saja", jawab Ane karena malas ribet mikir lagi.
"Baik mas!", balas beliau.
Begitu Ane memesannya, Sang Penjual pun segera memasaknya untuk Ane. Kebetulan pas Ane kesana warungnya cukup sepi sob sehingga tak perlu nunggu terlalu lama pesanan yang Ane pesan.


Foto bagian dalam warung
Menu hari ini yang siap Ane sikat habis
Sekilas tak ada bedanya tongseng ayam kampung ini dengan tongseng kambing. Sepiring tongseng berisi potongan daging ayam kampung, irisan tomat, cincangan cabai segar, dan kuah yang berwarna cokelat muda. Rasanya? hemmm ternyata cocok di lidah sob, kuahnya cukup gurih dan tak begitu manis, dagingnya juga terasa lembut di mulut dan bahkan tak pernah sekalipun Ane merasakan alotnya daging ayam tersebut. Lengkap sudah dengan adanya cincangan cabai rawit yang membuat tongsengnya sedikit pedas. Pokoknya dua kata deh sob untuk tongseng ayam kampung ini,"Wuenak tenan, Le leduk". Saking enaknya juga berhubung lapar Ane memutuskan untuk menambah seporsi nasi lagi.


Kondisi tongseng yang masih belum di makan
Kondisi tongseng yang sudah di makan, begitupula sepiring nasi dan segelas es jeruk
Soal harga ternyata masih sangat bersahabat kok sob, untuk semuanya hanya dibanderol dengan harga 14k saja dengan rincian seporsi tongseng 8k, nasi putih 2 porsi 4k, dan segelas es jeruk 2k.
Berdasarkan informasi yang Ane dapatkan dari Sang Penjual, Warung Tongseng/Gule Ayam Kampung Moro Seneng ini buka dari jam 8 pagi hingga 4 sore.
Let's Go

Rabu, 25 Mei 2016

Warung Makan Mbah Juri Kulonprogo Yogyakarta

Tempatnya yang cukup jauh dari Kota Jogja membuat Ane tak menyerah begitu saja sob. Ya, pagi ini warung makan yang Ane datangi adalah Warung Makan Mbah Juri yang terletak di Dusun Slanden, Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta. Menurut kabar yang beredar menu makanan yang tersedia disini semuanya enak - enak, baik itu ikan wadernya maupun beongnya.


Untuk sampai sini, perjalanan Ane terbilang lancar namun sesekali Ane tersesat dan beberapa kali bertanya. Untung saja orang - orang yang Ane tanyai semuanya ramah - ramah dan atas bantuan mereka sampailah Ane di Warung Makan mBah Juri ini.



Warungnya cukup sederhana dan menempel dengan rumahnya. Tak banyak meja dan kursi yang terpasang, hanya ada 3 buah meja saja. Di bagian sisi dindingnya terpasang berbagai macam tulisan koran, nampaknya warung ini sudah berulang kali di muat di media. Tak bisa dipungkiri lagi sob, kalau Ane sendiri tahu tempat ini juga dari situs online. Eow iya sob buat sobat yang bawa mobil pribadi, jangan khawatir warung ini bisa menampungnya. Jangankan mobil pribadi, mobil antar kota antar provinsi aja bisa masuk karena Warung Makan Mbah Juri ini memiliki lahan parkir yang cukup luas.



Dengan senyum ramahnya Mbah Juri menyapa Ane, beliau bertanya kepada Ane hendak mau makan dan minum apa. Ane yang dari kost - kostan sudah berencana makan ikan wadernya saja, langsung saja Ane menjawabnya dengan "ikan wader". Sedangkan untuk minumannya Ane lebih memilih es susu.
Untuk makanannya, Ane di suruh oleh Mbah Juri untuk mengambilnya sendiri. Nasi dan sayur - mayur diletakkan di bagian depan, ada sayur lompong, kering tempe, sayur tahu dan telor, serta mie. Katanya Ane kesini masih termasuk kepagian jadi ada sebagian sayur yang belum matang.



Ane pun balik bertanya apakah ikan wadernya sudah matang? dan beliau menjawab kalau masalah ikannya tow sudah siap untuk dinikmati. Olahan ikannya tak diletakkan di bagian depan bersama nasi dan sayurnya sob, melainkan di tempatkan di belakang bagian dapur. Ada mangut ikan beong, mangut ikan wader, dan sayur daging ayam. Selain itu ada juga sayur tahu - kentang. Beliau menjelaskan kalau biasanya pengunjung yang datang lebih suka menyantapnya di belakang ketimbang di depan, so mengapa olahan ikan tersebut diletakkan di belakang. Jangankan pengunjung ya sob, Ane sendiri pun sebenarnya lebih suka menyantapnya di belakang ketimbang di depan. Jadi Serasa makan di rumah sendiri. Tapi apa boleh buat, dapurnya masih digunakan jadi ya di depan saja Ane memakannya.


Mangut ikan beong
Sayur daging ayam
Mangut ikan wader
Sepiring nasi dan segelas es susu sudah ada di hadapan Ane, tak sabar rasanya untuk segera menyikatnya. Hmmm, rasanya tahu tidak sob apa? lezat dan enak banget. Tidak amis dan semuanya serba lunak mulai dari tubuhnya, kepalanya, ekornya bahkan duri yang biasa Ane sisakan karena nggak mungkin Ane makan, disini jadi mungkin Ane makan karena saking lunaknya. Nggak percaya?


Sepiring mangut ikan wader dan segelas es susu siap di sikat habis

Nieh buktinya
Soal harga masih sangat bersahabat kok sob, seporsi ikan wader tentunya sudah dengan nasinya semau Ane mengambilnya dan segelas es susu hanya dibanderol 20k saja.
Sehabis makan, Ane tak langsung pulang sob tetapi izin ngambil gambar dan sedikit berbincang - bincang dengan Mbah Juri tentang warung yang dikelolanya.
Ane       : Wiwit tahun pinten mbah warung ipun berdiri?
            Sejak tahun berapa Mbah warungnya berdiri?
Mbah Juri : 2008 mas
            2008 mas
Ane       : Wau kan kulo sampun maem ikan wader ipun. Kok saged
            lunak niku pripun?
            Tadi kan saya sudah makan ikan wadernya. Kok bisa
            lunak itu gimana?
Mbah Juri : Masake mas sek sui. Butuh waktu sekitar 6 jam ngge
            ngungkepe, pokoke alami mas nggak nggo opo - opo koyo
            bahan kimia.
            Masaknya mas yang lama. Perlu waktu sekitar 6 jam untuk
            ngungkepnya, pokoknya alami mas tidak pakai apa - apa
            seperti bahan kimia.
Ane       : Eow. Lajeng masak ipun ngangge kompor nopo tungku mbah?
            Eow. Kemudian masaknya dengan kompor apa tungku mbah?
Mbah Juri : Nganggo tungku mas, la niko saged di tingal ten dapur.
            Dengan tungku mas, la itu bisa di lihat di dapur.
Ternyata benar sob, setelah Ane ke belakang ternyata tak hanya satu dapur saja yang ada tetapi dua dapur. Dapur yang satu digunakan untuk meletakkan berbagai macam olahan menunya dan dimana orang bisa menyantapnya disini tapi tadi pas Ane masuk kesini masih digunakan untuk beberes dan dapur yang satunya lagi digunakan untuk proses masak - memasak. Di dalam proses masak - memasak inilah pengolahan ikan wadernya masih menggunakan tungku sebagai kompornya dan batang kayu sebagai bahan bakarnya.



Ane       : Diantara niki sedanten, ulam nopo mbah ingkan paling
            inggil regi nipun?
            Diantara ini semua, ikan apa mbah yang paling mahal
            harganya?
Mbah Juri : Iwak Beong. Bagian kepala mawon dugi 40 ribu, Soale mas
            stoke yo angel.
            Ikan Beong. Bagian kepala saja sampai 40 ribu, soalnya
            mas stoknya ya sulit.
Ane       : Eow. Bikak warung ipun saking jam pinten dugi jam
            pinten?
            Eow. Buka warungnya dari jam berapa sampai jam berapa?
Mbah Juri : saking jam 6 isuk dugi jam 6 sore.
            Dari jam 6 pagi sampai jam 6 sore.
Ane       : Sampun nggeh mbah, kulo ajeng pamit wangsul.
            Sudah ya mbah, saya mau pamit pulang.
Mbah Juri : Nggeh mas, monggo! Ojo kapok yow mas, kapan - kapan rene
            meneh.
            Iya mas, silahkan! jangan kapok ya mas, kapan - kapan
            kesini lagi.
Ane       : Nggeh boten mbah, Kapan - kapan Insya Allah saged meriki
            maleh.
            Ya tidak mbah, kapan - kapan Insya Allah bisa kesini
            lagi.
Gimana sob, tertarikkah untuk mencobanya?
Bagi yang tertarik dan belum tahu lokasi persisnya, berikut gambaran rutenya.



Dari Tugu Jogja, bergeraklah ke arah barat melalui Jl. Pangeran Diponegoro, Jl. Kyai Mojo, dan Jl. Godean hingga perempatan besar lampu merah (pertemuan antara Jl. Ringroad Barat dengan Jl. Godean). Masih lurus lagi ke arah barat melewati Pasar Godean dan Sungai Progo hingga menemukan perempatan lampu merah Kenteng. Beloklah ke arah kanan (utara) dan ikuti jalan ini hingga menemukan perempatan lampu merah lagi yakni perempatan lampu merah Dekso. Dari sini masih lurus lagi hingga kurang lebih 9 Km lagi sobat akan menjumpai Kantor Desa Banjaroya yang terletak di sebelah kanan (utara) jalan. Tepat di seberangnya terdapat pertigaan jalan yang mengarah ke kiri. Tenang saja sob, disini sudah ada papan petunjuknya.


Nieh papan petunjuknya
Beloklah ke arah kiri dan kurang lebih 200 meter sampailah sobat di Warung Makan Mbah Juri ini. Warungnya terletak di sebelah kanan jalan.
Let's Go

Selasa, 24 Mei 2016

Soto Babat Bu Mulyono, Kuliner Soto Babat di Selatan Kota Jogja

Sudah tak terhitung berapa kali Ane lewat Jalan Bantul ini sob. Setiap kali Ane pulang ke Bantul karena posisi saya sekarang ada di kost - kostan Kota Jogja, Ane selalu saja melewatinya. Banyak berjajar warung makan yang berdiri disini, namun ada sebuah tempat yang berhasil menarik perhatian Ane yakni Warung Soto Babat Bu Mulyono yang terletak di Jl. Bantul Km. 9, Piringan, Pendowo Harjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.



Saat Ane lewat ada saja motor dan mobil pribadi yang terparkir di depan warungnya. Lama - kelamaan Ane semakin penasaran saja, Nah barulah pada tanggal 10 Mei 2016 kemarin Ane berhasil menyambanginya. Letaknya yang cukup jauh dari kost Ane menyebabkan waktu yang Ane perlukan cukup banyak sekitar 35 menitan.



Sama seperti sebelumnya sob, terlihat sudah ada banyak pengunjung saja yang datang memadatinya. Warungnya cukup sederhana namun bersih dan rapi. Meja dan kursi terpasang membujur dari timur ke barat. Sebuah backdrop berisi daftar harga menu terpasang di bagian depan ruangan.



Ada beragam menu makanan yang dapat Ane pilih diantaranya ada soto kuah, soto pisah, dan soto campur. Kalau soto kuah disajikan tanpa nasi, soto pisah disajikan terpisah antara soto dengan nasinya, sedangkan soto campur baik nasi maupun sotonya di campur. Sedangkan minumannya pun cukup beragam ada jeruk dan teh yang biasa Ane jumpai, kopi, minuman botolan, dan es tape. Bila Ane menginginkan gorengan, babat maupun iso juga tersedia.


Daftar harga Menu Soto Babat Bu Mulyono
"Mau pesan apa mas?', tanya salah seorang pegawai begitu Ane baru saja masuk kedalamnya.
"Soto campur aja bu", balas Ane dengan cepat.
"Minumannya mas?", jawab Sang penjual lagi.
"Es tape saja Bu", timpal Ane karena sudah lama juga Ane tak menikmati yang namanya es tape.
Begitu Sang Penjual masuk, tak lama kemudian datanglah semua pesanan yang Ane pesan.


Semangkok soto babat dan segelas es tape hijau siap di sikat habis
Mantabbb!
Seporsi soto babat campur ini berisi nasi putih, irisan buah tomat, potongan daging babat, kol/kobis, tauge (kecambah), taburan daun seledri dan bawang goreng, serta mempunyai kuah bening khas soto Yogyakarta. Agar lebih mantab Ane tambahkan sedikit kecap, perasan buah jeruk, dan sambal. Tak hanya itu dua biji bakwan goreng pun Ane tambahkan kedalamnya.



Rasanya gurih dan terasa segar, namun menurut Ane sedikit mengandung gajih (lemak) sob pada kuahnya. Dagingnya terasa lembut sehingga ramah di mulut. Satu kata untuk soto ini deh sob,"Wuenak tenan".
Soal harga masih bersahabat dengan kantong kok sob untuk semuanya uang yang harus Ane keluarkan sebesar 15k saja dengan rincian semangkok soto babat campur 10k, segelas es tape hijau 3k, dan dua biji bakwan goreng 2k.



Gambaran menuju lokasinya:
Dari Alun - alun Selatan Kota Jogja, bergeraklah ke arah barat melalui Jl. MT. Haryono hingga menemukan perempatan lampu merah Pojok Beteng Kulon. Beloklah ke arah kiri (selatan) melalui Jl. Bantul lurus terus hingga menemukan perempatan lampu merah yang kedua di Perempatan Dongkelan. Masih lurus lagi ke selatan melewati Pasar Niten Bantul dan sebuah jembatan hingga menemukan perempatan lampu merah Desa Wisata Kasongan. Masih lurus lagi ke arah selatan melewati dua buah POM Bensin hingga bertemu pertigaan lampu merah Cepit. Lurus lagi sedikit sekitar 125 meter dan sampailah sobat di Warung Soto Babat Bu Mulyono ini.



Bila naik bus, bisa. Naiklah bus dari Perempatan Pojok Beteng Kulon maupun Wetan, Perempatan Dongkelan maupun Terminal Bus Giwangan. Cari bus jurusan Bantul (Kode N untuk jurusan Samas dan Kode B untuk jurusan Srandakan). Bilang saja turun 100 meter setelah pertigaan lampu merah Cepit, Bantul. Sampai dah.
Warungnya terletak di sebelah kiri (timur) jalan.
Jam buka: Setiap hari pukul 06.30 - 15.30 WIB. 
Let's Go

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me