Yogyakarta selain terkenal dengan Kota Budaya, Kota Pendidikan, Kota Gudeg, juga kota angkringan lho sob. Pasalnya banyak angkringan yang dapat kita temui dengan mudah disini dan tersebar hampir di sudut kota. By the way tahu tidak sob, apa itu angkringan? Menurut Wikipedia.org, yang dimaksud dengan Angkringan adalah sebuah gerobak dorong yang menjual berbagai makanan dan minuman yang biasa terdapat di pinggir jalan. Di Solo di sebut juga dengan Hik. Gerobak ini biasa ditutupi dengan kain terpal plastik dan bisa memuat sekitar 8 orang pembeli. Beroperasi mulai sore hari, mengandalkan lampu senthir dan juga di bantu oleh penerangan lampu jalan.
Sekarang mah sudah ada modifikasi sob, tak harus mengikuti aturan yang baku. Angkringane JAC misalnya, angkringan ini menempati sebuah pendopo nDalem, Angkringan Nganggo Suwe Lek Adi yang menempati sebuah bangunan mirip dengan warung burjo, dan masih banyak lagi lainnya. Nah kali ini angkringan yang Ane datangi adalah Angkringan Gareng Petruk yang terletak di Jl. Margo Utomo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sudah beberapa kali sieh sob Ane nongkrong disini, namun ketika itu tak pernah mengambil gambar sekalipun dan kali ini Ane sempatkan untuk memfotonya agar bisa menjadi bahan buat ngeblog dan arsip pribadi, hehehe. Setiap kali Ane kesini maupun sekedar lewat didepannya saja, tak pernah sekalipun angkringan ini sepi dari pengunjung. Secara geografis tempatnya memang sangatlah strategis sob karena dekat dengan Tugu Kota Jogja. Dari Tugu Kota Jogja, tinggal jalan kaki ke selatan (ke arah Malioboro) kurang lebih 260 meter, atau dari Stasiun Tugu Jogja tinggal jalan kaki ke arah utara kurang lebih 450 meter dan tak lama lagi sampai dah.
Angkringannya terletak di teras depan Kantor Kedaulatan Rakyat, bila dari Tugu Jogja angkringannya ada di sebelah kiri (timur) jalan. Sedangkan kalau dari Stasiun Tugu, angkringannya terletak di sebelah kanan.
Selepas dari Sellie Coffee, kita langsung menuju kesini sob, tapi di tengah jalan kita harus mengalami adegan hujan rintik - rintik dan lama - kelamaan menjadi besar - besar. Kita menepi dulu dong buat memakai jas hujan. Begitu jas sudah dipakai dan jalan lagi, ew lama - kelamaan hujan pun reda. Tepat di perempatan lampu merah Ane buka tuh jas, habis menitannya lama banget sekitar 2 menit ya Ane manfaatkan dengan sebaik - baiknya.
Singkat cerita sampailah kita di TeKaPe. Sama seperti sebelum - sebelumnya, angkringannya tetap ramai dan penuh. Kebanyakan pengunjung yang datang dari anak muda. Beruntung masih ada tempat yang kosong buat kita duduki. Seperti pada umumnya sebuah angkringan pastilah menjual yang namanya nasi kucing, Namun Angkringan Gareng Petruk ini bisa di bilang berbeda sob karena banyak beragam menu yang tersedia yang dapat kita pilih. Ada nasi rica - rica ayam, nasi oseng ati rempela, nasi ayam bumbu bali, nasi tongseng ikan pedas, nasi megono plus teri khas Pekalongan, dll.
Beragam Sate dan juga lauk - pauk tersedia disini sob mulai dari menu yang kebanyakan di jual di angkringan pada umumnya atau tidak diantaranya ada sate telur puyuh, sate keong, sate usus, sate rempela, kepala ayam, baceman ceker, udang, lumpia, tahu, dan masih banyak lagi lainnya. Sedangkan untuk minumannya ada teh dan jeruk.
Konsep yang ada di angkringan ini begitu datang langsung ambil, kemudian bayar langsung makan. Setelah bingung hendak mau makan apa kita ini, akhirnya Ane putuskan untuk makan nasi kucing 3 buah, sate 3 biji dan ceker sebiji, serta minumannya es jeruk. Sedangkan sahabat Ane nasi 2 buah, sate 4 biji, jajanan 2 biji, serta minumannya sama dengan Ane sob yakni es jeruk. Untuk semuanya dihargai sebesar 38,5k saja. Menurut Ane harga tersebut terbilang mahal bila dibandingkan dengan angkringan - angkringan pada umumnya.
Kalau mau menikmati dalam bentuk pemanggangan, setiap pembeli disuruh memanggangnya sendiri. Tapi sayang, api yang digunakan bukan berasal dari arang melainkan dari gas. Ane berfikir kalau pemanggangan berasal dari tabung gas, citarasa yang dihasilkan akan berkurang. Tak hanya itu proses pemanggangannya pun terbilang lama karena api yang dihasilkannya terbilang kecil, begitu baru sebentar memanggangnya Ane mulai putus asa sob dan akhirnya Ane langsung saja menuju tempat duduk yang masih kosong menyusul sahabat Ane, Hanna.
Hanya ada tempat duduk berupa lesehan saja yang bisa kita duduki. Banyak orang berseliweran sana - sini mulai dari pengemis, peminta sumbangan, menawarkan jasa gambar foto, hingga seniman jalanan. Bahkan sebelumnya Ane pernah menemui mbak - mbak waria yang sempat membuat Ane kaget karena kedatangannya secara tiba - tiba. Pokoknya kalau kesini siapin aja uang receh deh sob. Terserah sobat!
Oke saatnya Ane menyikatnya, mulai dari nasi kucingnya. Hmmm menurut Ane citarasa yang ditawarkan biasa - biasa aja sob. Lanjut ke sate - satenya, ah sama saja dengan nasi kucingnya yang terasa biasa - biasa aja. Mungkin tempat ini ramai karena tempatnya yang cukup tepat dan cocok buat nongkrong ya sob dan banyak varian menu yang dapat di pilih oleh pengunjung. 40 menit kemudian
Lama ya sob? ya iyalah lawong makannya saja sambil berbincang - bincang dengan sahabat Ane, hahaha.
Sekarang mah sudah ada modifikasi sob, tak harus mengikuti aturan yang baku. Angkringane JAC misalnya, angkringan ini menempati sebuah pendopo nDalem, Angkringan Nganggo Suwe Lek Adi yang menempati sebuah bangunan mirip dengan warung burjo, dan masih banyak lagi lainnya. Nah kali ini angkringan yang Ane datangi adalah Angkringan Gareng Petruk yang terletak di Jl. Margo Utomo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sudah beberapa kali sieh sob Ane nongkrong disini, namun ketika itu tak pernah mengambil gambar sekalipun dan kali ini Ane sempatkan untuk memfotonya agar bisa menjadi bahan buat ngeblog dan arsip pribadi, hehehe. Setiap kali Ane kesini maupun sekedar lewat didepannya saja, tak pernah sekalipun angkringan ini sepi dari pengunjung. Secara geografis tempatnya memang sangatlah strategis sob karena dekat dengan Tugu Kota Jogja. Dari Tugu Kota Jogja, tinggal jalan kaki ke selatan (ke arah Malioboro) kurang lebih 260 meter, atau dari Stasiun Tugu Jogja tinggal jalan kaki ke arah utara kurang lebih 450 meter dan tak lama lagi sampai dah.
Angkringannya terletak di teras depan Kantor Kedaulatan Rakyat, bila dari Tugu Jogja angkringannya ada di sebelah kiri (timur) jalan. Sedangkan kalau dari Stasiun Tugu, angkringannya terletak di sebelah kanan.
Selepas dari Sellie Coffee, kita langsung menuju kesini sob, tapi di tengah jalan kita harus mengalami adegan hujan rintik - rintik dan lama - kelamaan menjadi besar - besar. Kita menepi dulu dong buat memakai jas hujan. Begitu jas sudah dipakai dan jalan lagi, ew lama - kelamaan hujan pun reda. Tepat di perempatan lampu merah Ane buka tuh jas, habis menitannya lama banget sekitar 2 menit ya Ane manfaatkan dengan sebaik - baiknya.
Singkat cerita sampailah kita di TeKaPe. Sama seperti sebelum - sebelumnya, angkringannya tetap ramai dan penuh. Kebanyakan pengunjung yang datang dari anak muda. Beruntung masih ada tempat yang kosong buat kita duduki. Seperti pada umumnya sebuah angkringan pastilah menjual yang namanya nasi kucing, Namun Angkringan Gareng Petruk ini bisa di bilang berbeda sob karena banyak beragam menu yang tersedia yang dapat kita pilih. Ada nasi rica - rica ayam, nasi oseng ati rempela, nasi ayam bumbu bali, nasi tongseng ikan pedas, nasi megono plus teri khas Pekalongan, dll.
|
|
Konsep yang ada di angkringan ini begitu datang langsung ambil, kemudian bayar langsung makan. Setelah bingung hendak mau makan apa kita ini, akhirnya Ane putuskan untuk makan nasi kucing 3 buah, sate 3 biji dan ceker sebiji, serta minumannya es jeruk. Sedangkan sahabat Ane nasi 2 buah, sate 4 biji, jajanan 2 biji, serta minumannya sama dengan Ane sob yakni es jeruk. Untuk semuanya dihargai sebesar 38,5k saja. Menurut Ane harga tersebut terbilang mahal bila dibandingkan dengan angkringan - angkringan pada umumnya.
Kalau mau menikmati dalam bentuk pemanggangan, setiap pembeli disuruh memanggangnya sendiri. Tapi sayang, api yang digunakan bukan berasal dari arang melainkan dari gas. Ane berfikir kalau pemanggangan berasal dari tabung gas, citarasa yang dihasilkan akan berkurang. Tak hanya itu proses pemanggangannya pun terbilang lama karena api yang dihasilkannya terbilang kecil, begitu baru sebentar memanggangnya Ane mulai putus asa sob dan akhirnya Ane langsung saja menuju tempat duduk yang masih kosong menyusul sahabat Ane, Hanna.
Hanya ada tempat duduk berupa lesehan saja yang bisa kita duduki. Banyak orang berseliweran sana - sini mulai dari pengemis, peminta sumbangan, menawarkan jasa gambar foto, hingga seniman jalanan. Bahkan sebelumnya Ane pernah menemui mbak - mbak waria yang sempat membuat Ane kaget karena kedatangannya secara tiba - tiba. Pokoknya kalau kesini siapin aja uang receh deh sob. Terserah sobat!
Menu makanan malam ini yang siap untuk dihabisin |
Ada yang mau? |
Habis sudah semuanya |
OH..kalau di solo itu HIK ya mas? Apa itu ada singkatanya?
BalasHapusIya mas,,,, ada. Hidangan Istimewa Kampung
Hapushe eh mas, lama...butuh waktu 40 menit buat menghabiskannya, karena rasanya biasa aja trus pake ngobrol sih ya, he he he
BalasHapusHahahaha,,,, iya mbak Monica, bener banget,,,
HapusBanyak ngobrolnya soalya, hehehe
hahaha.. biasa ya mas.. ygaku suka dr tempatangkringan model gini, itukrn varian nasi kucingnya aja sih... aku pasti milih yg pake sambel pedes.. di solo biasanya dikasih nama nasi granat ;p..
BalasHapusIya ya mbak ya? semakin banyak pilihan semakin enak mau makan apa kita ini,,,, Di Jogja nggak ada yang namanya nasi granat kalau Bakso Granat ada mbak,,, hehehe
HapusArtikelnya bagus kayaknya lengkap, tapi font pilihannya bikin sakot mata klo boleh jujur. Bisa diganti font biasa aja ndak ya? Makasih
BalasHapusTerimakasih atas masukannya kak,,, mungkin suatu saat nanti kak penggantiannya soalnya sudah terlanjur dari awal,,, begitu
HapusKalau mau masukin produk
BalasHapusWedang uwuh bagaimana kak
Wah ma'af saya kurang tahu Pak/Bu. Coba Bapak/Ibu silahkan datang langsung ke yang bersangkutan. Terimakasih
Hapus