Bagi sobat yang merupakan orang jawa pasti sudah tahu donk apa itu "sor talok?", tapi bagaiamana kalau sobat bukan orang jawa?. Hmmm, jadi gini sob, "sor talok" sendiri bila diartikan kedalam bahasa Indonesia akan berarti "bawah talok", itu artinya bila warung itu bernama "Sate Kambing Sor Talok", maka akan mempunyai arti sate kambing bawah pohon talok.
Nggak tahu kenapa malam - malam itu Ane pingin banget buat nyobain yang namanya sate kambing. Kondisi santai, Ane iseng - iseng buka laptop dan searching sana - searching sini tentu yang berkaitan dengan kuliner - kuliner yang ada di Jogja. Eh ndilalah Ane nggak sengaja nemuin tuh artikel tentang sate kambing, konon katanya sate kambingnya enak banget sampai - sampai Pak Bondan pun sudah pernah datang kesana. Ane pastinya penasaran donk, sehubung warung satenya buka dari pagi jam 7 pagi hingga siang hari maka nggak mungkin kan malam - malam itu langsung mendatanginya. Tanpa fikir panjang, Anepun langsung mengagendakan untuk pergi kesana besok pagi sepagi mungkin.
Rencana tinggallah rencana, yang awalnya Ane pergi kesana sepagi mungkin sekitar jam setengah 7 pagi akhirnya jam 9 pagi barulah berangkat menuju kesana. Kalau di bilang "bangkong sieh nggak lah ya", Nggak salah maksudnya, hahaha. Waktu itu Ane bangun jam setengah 5 pagi tapi apa daya mata masih ngantuk akhirnya lanjut lagi deh tidurnya, eh nggak tahunya bangun - bangun kok sudah siang aja, ya jadi gitu deh jam 9 pagi baru berangkat.
Warung Sate Kambing Sor Talok ini berada di Jl. Ringroad Timur Bantul, Yogyakarta (ingat lho sob Ringroad Bantul, bukan Ringroad Kota Jogja). Jaraknya yang cukup jauh dari kost Ane membuat perjalanan Ane lumayan agak lama, ya sekitar 35 menitan.
Warungnya cukup sederhana dengan meja dan kursi yang terpasang di bagian ruang depan dan teras rumah. Ya, warungnya sendiri menurut Ane bukanlah berbentuk seperti warung pada umumnya, tetapi lebih menyerupai bagian depan dan teras rumah. Hal yang pertama Ane perhatikan dari warung ini adalah keberadaan pohon taloknya itu sendiri sob, ternyata eh ternyata pohon taloknya jauh dari bayangan Ane sebelumnya yang mempunyai bentuk yang besar dan mengayomi warungnya, nggak tahunya kecil dan cenderung berada di samping warungnya. Nggak mau pusing memikirkannya lebih jauh masuklah Ane kedalam.
Ternyata benar kalau Pak Bondan pernah datang kesini, di salah satu sisi dindingnya terpampang dengan jelas 2 buah foto Pak Bondan yang sedang menikmati sajiannya. Anepun menanyakan kepada Sang Penjualnya kapan Pak Bondan kesininya? dan beliau menjawab sudah dari tahun 2007. Selain satenya itu sendiri, sebenarnya disini juga terdapat berbagai pilihan menu lainnya sob seperti tongseng, gulai, dan kambing guling. Namun karena warungnya sendiri bernama warung sate kambing ya jadinya Ane pesan sate kambingnya saja. Untuk minumnya Ane pesan segelas air es dingin.
Ane kira dalam pemanggangannya sate tersebut di panggang dengan cara yang biasa menggunakan tusuk bambu, ternyata tidak sob sate tersebut di panggang menggunakan tusuk jeruji besi seperti yang dilakukan dalam pemanggangan Sate Klathak Pak pong maupun Sate Klathak Pak Bari sehingga tidak lain tidak bukan supaya proses pemasakannya sempurna, panasnya merata hingga ke bagian yang terdalam. Enak deh di santap!
Di sela - sela proses pembakarannya, Ane sempat berbincang - bincang dengan penjualnya. Dari obrolan kita ini setidaknya Ane ketahui kalau warung ini sudah lama berdiri dan pohon taloknya sudah sampai 3 kali roboh termakan usia. Kapan persisnya warung ini berdiri beliau tak ingat secara pasti yang jelas warung ini sudah berdiri sekitar 30 tahunan.
Tak terasa sate yang di panggang sudah matang, berbeda dengan sate pada umumnya, sate ini disajikan menggunakan piring tanpa tusuk. Seporsi sate disajikan bersama sambal kecap, irisan buah tomat, irisan berambang mentah, irisan kobis, mentimun dan bagi penyuka rasa pedas disediakan pula lombok hijau.
Ini nieh sob yang Ane suka, Ane makan semau Ane karena nasi putihnya disajikan bukan menggunakan piring, melainkan bakul yang isinya cukup banyak, selain itu potongan dagingnya terbilang cukup besar sehingga Ane disini di jamin kenyang.
Soal rasa, hmmm gimana ya sob ternyata cukup jauh dari bayangan Ane sebelumnya yang enak dan lezat. Diantara daging kambing tersebut ada yang berupa daging kambing bukan murni artinya semua daging kambing yang disajikan bukanlah daging kambing super. soal lembut sieh iya, rasanya memang lembut di mulut, tetapi sesekali Ane merasakan daging kambingnya yang cukup alot sehingga menimbulkan fikiran Ane kalau sate ini bukanlah sate kambing yang terbaik yang pernah Ane rasakan. Walaupun begitu dengan susah payahnya Ane tetap saja habiskan semuanya, sayang kan kalau sudah bayar tetapi tidak dihabiskan?
Tak hanya citarasanya saja yang membuat Ane syok sob, namun juga soal harga yang menurut Ane sangat tidak bersahabat untuk seporsi sate dan segelas air es standar Jogja. Untuk semuanya dibanderol dengan harga 40k.
Nggak percaya? kalau begitu sobat bisa membuktikannya sendiri. Bagi yang belum tahu lokasi persisnya, berikut gambaran rutenya:
Dari perempatan lampu merah Plengkung Gading, bergeraklah ke arah timur melalui Jl. Mayjend. Sutoyo hingga perempatan lampu merah Pojok Beteng Kulon. Dari sini beloklah ke arah kanan (selatan) melalui Jl. Parangtritis hingga perempatan lampu merah besar pertemuan antara Jl. Parangtritis dengan Jl. Ringroad Selatan. Masih lurus lagi ke arah selatan hingga sobat menemukan perempatan Lampu Merah Manding. Dari sini beloklah ke arah kanan (barat) hingga menemukan perempatan lampu merah lagi. Kemudian beloklah ke arah kanan (utara) hingga kurang lebih 250 meter sampailah sobat di warung yang sobat maksud. Warungnya terletak di sebelah kanan (timur) jalan.
Warung Sate Kambing Sor Talok ini buka dari jam 7 pagi hingga habis dan biasanya habis pada saat siang hari.
*Selamat menikmati, soal rasa boleh beda bukan?*
Rencana tinggallah rencana, yang awalnya Ane pergi kesana sepagi mungkin sekitar jam setengah 7 pagi akhirnya jam 9 pagi barulah berangkat menuju kesana. Kalau di bilang "bangkong sieh nggak lah ya", Nggak salah maksudnya, hahaha. Waktu itu Ane bangun jam setengah 5 pagi tapi apa daya mata masih ngantuk akhirnya lanjut lagi deh tidurnya, eh nggak tahunya bangun - bangun kok sudah siang aja, ya jadi gitu deh jam 9 pagi baru berangkat.
Warung Sate Kambing Sor Talok ini berada di Jl. Ringroad Timur Bantul, Yogyakarta (ingat lho sob Ringroad Bantul, bukan Ringroad Kota Jogja). Jaraknya yang cukup jauh dari kost Ane membuat perjalanan Ane lumayan agak lama, ya sekitar 35 menitan.
Warungnya cukup sederhana dengan meja dan kursi yang terpasang di bagian ruang depan dan teras rumah. Ya, warungnya sendiri menurut Ane bukanlah berbentuk seperti warung pada umumnya, tetapi lebih menyerupai bagian depan dan teras rumah. Hal yang pertama Ane perhatikan dari warung ini adalah keberadaan pohon taloknya itu sendiri sob, ternyata eh ternyata pohon taloknya jauh dari bayangan Ane sebelumnya yang mempunyai bentuk yang besar dan mengayomi warungnya, nggak tahunya kecil dan cenderung berada di samping warungnya. Nggak mau pusing memikirkannya lebih jauh masuklah Ane kedalam.
Ternyata benar kalau Pak Bondan pernah datang kesini, di salah satu sisi dindingnya terpampang dengan jelas 2 buah foto Pak Bondan yang sedang menikmati sajiannya. Anepun menanyakan kepada Sang Penjualnya kapan Pak Bondan kesininya? dan beliau menjawab sudah dari tahun 2007. Selain satenya itu sendiri, sebenarnya disini juga terdapat berbagai pilihan menu lainnya sob seperti tongseng, gulai, dan kambing guling. Namun karena warungnya sendiri bernama warung sate kambing ya jadinya Ane pesan sate kambingnya saja. Untuk minumnya Ane pesan segelas air es dingin.
Ane kira dalam pemanggangannya sate tersebut di panggang dengan cara yang biasa menggunakan tusuk bambu, ternyata tidak sob sate tersebut di panggang menggunakan tusuk jeruji besi seperti yang dilakukan dalam pemanggangan Sate Klathak Pak pong maupun Sate Klathak Pak Bari sehingga tidak lain tidak bukan supaya proses pemasakannya sempurna, panasnya merata hingga ke bagian yang terdalam. Enak deh di santap!
Di sela - sela proses pembakarannya, Ane sempat berbincang - bincang dengan penjualnya. Dari obrolan kita ini setidaknya Ane ketahui kalau warung ini sudah lama berdiri dan pohon taloknya sudah sampai 3 kali roboh termakan usia. Kapan persisnya warung ini berdiri beliau tak ingat secara pasti yang jelas warung ini sudah berdiri sekitar 30 tahunan.
Tak terasa sate yang di panggang sudah matang, berbeda dengan sate pada umumnya, sate ini disajikan menggunakan piring tanpa tusuk. Seporsi sate disajikan bersama sambal kecap, irisan buah tomat, irisan berambang mentah, irisan kobis, mentimun dan bagi penyuka rasa pedas disediakan pula lombok hijau.
Ini nieh sob yang Ane suka, Ane makan semau Ane karena nasi putihnya disajikan bukan menggunakan piring, melainkan bakul yang isinya cukup banyak, selain itu potongan dagingnya terbilang cukup besar sehingga Ane disini di jamin kenyang.
Yang udah siap di santap |
Masih butuh proses pengolahan agar bisa di santap |
Tak hanya citarasanya saja yang membuat Ane syok sob, namun juga soal harga yang menurut Ane sangat tidak bersahabat untuk seporsi sate dan segelas air es standar Jogja. Untuk semuanya dibanderol dengan harga 40k.
Nggak percaya? kalau begitu sobat bisa membuktikannya sendiri. Bagi yang belum tahu lokasi persisnya, berikut gambaran rutenya:
Dari perempatan lampu merah Plengkung Gading, bergeraklah ke arah timur melalui Jl. Mayjend. Sutoyo hingga perempatan lampu merah Pojok Beteng Kulon. Dari sini beloklah ke arah kanan (selatan) melalui Jl. Parangtritis hingga perempatan lampu merah besar pertemuan antara Jl. Parangtritis dengan Jl. Ringroad Selatan. Masih lurus lagi ke arah selatan hingga sobat menemukan perempatan Lampu Merah Manding. Dari sini beloklah ke arah kanan (barat) hingga menemukan perempatan lampu merah lagi. Kemudian beloklah ke arah kanan (utara) hingga kurang lebih 250 meter sampailah sobat di warung yang sobat maksud. Warungnya terletak di sebelah kanan (timur) jalan.
Warung Sate Kambing Sor Talok ini buka dari jam 7 pagi hingga habis dan biasanya habis pada saat siang hari.
*Selamat menikmati, soal rasa boleh beda bukan?*
kalo mampir ke sini tuh bakal makin ngiler hehe foto"nya makin ajib mas anis makin real menggoda hehe....
BalasHapusIya mas, beraarti nggak usah sering - sering mampir kesini ya? hahaha
Hapusdari gambarnya keliatan enak mas....
BalasHapusoalah ternyata mahal ya harganya....wakakak...ada yang syok....
Yo'a mbak,,, la harganya segitu, jauh dari perkiraan jadi syok deh, hahaha
HapusWaw pasti rasanya enak nih, hmm jadi pengen coba nih.
BalasHapusSilahkan!
Hapustermasuk mahal ya... sama kyk sate kambing jakarta mas :D..
BalasHapuseh, kalo sausnya sendiri ada yg saus kacang ga? aku biasanya kalo mesen sate kambing slalu ama saus kacang.. pake kecap ga gitu doyan :D
Ya gitu mbak, satenya termasuk mahal untuk sekelas Jogja, hehehe
HapusKayaknya sieh nggak ada mbak saus kacang, lawong begitu matang terus disajikan begitu saja. Jadi terima sudah jadi...
Eow, sampean ki nggak begitu suka tow mbak dengan yang namanya kecap? :-)
sate kambing mbah so kotagede saja murah, pakai bakul jg, empuk dagingnya, seporsi sm es jeruk cm 25 rb
BalasHapusIya ya gan ya? Hmmmm jadi kepingin nyoba, :-)
HapusTengklengnya enk sekali mestipun rada mlh tp soal rasa enk sekali��
BalasHapusAbis makan disana ama temen2 sekantor, pesen sate+nasi+jeruk anget perorang jatohnya 47.000 �� sedangkan sekitaran situ biasanya harga 30-35rb saja.
BalasHapusWah, rupanya sekarang tambah mahal ya mas harganya,,,
Hapus