Rabu, 30 November 2016

Lapangan Puputan Badung Bali, Tempat Asyik Buat Nongkrong

Selepas dari Museum Le Mayeur Ane sempat bingung mau menuju kemana lagi. Pasalnya hari masih pagi dan sayang bila Ane langsung menuju ke penginapan. Dengan fikiran yang jernih Ane putuskan untuk keliling-keliling Kota Denpasar saja. Alasannya cukup simpel sob, selain ingin menghapal jalan juga mencari tempat-tempat yang enak buat nongkrong.
Saat Ane mengendarai kuda hijau Ane, Ane sempat dibingungkan dengan jalan-jalan yang ada di Kota Denpasar ini, soalnya banyak jalan searah yang terdapat disini. Ntah bagaimana caranya tiba-tiba Ane bertemu dengan sebuah lapangan yang cukup hijau nan tenang. Lapangan tersebut bernama Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung.



Tanpa berfikir panjang langsung saja Ane parkirkan kuda hijau Ane di pinggir jalan. Kesan pertama saat Ane menginjakkan kaki disini adalah tempat yang sangat tenang, bersih dan sejuk. Nampaknya lapangan ini sudah terkelola dengan baik, bagaimana tidak di pinggir lapangan sudah dibuat jalan setapak yang terbuat dari semen dengan disamping kanan dan kirinya berdiri dengan kokoh pohon-pohon besar yang cukup rimbun.


Selain itu banyak terdapat kursi-kursi yang terbuat dari kayu maupun semen berjajar dengan rapi memanjakan pengunjung. Dibagian sisi barat terdapat areal bermain anak-anak lengkap dengan fasilitasnya, ada permainan ayunan, prosotan, dan lain sebagainya. Bahkan saking seriusnya dikelola, dibagian sisi timur lapangan ada sebuah papan catur raksasa yang cukup menarik perhatian Ane. Tapi sobat jangan berfikiran untuk memainkannya ya sob ya, soalnya terlalu besar ukurannya dan bila sobat ingin bermain disini tinggal bawa papan catur aja dari rumah. Wokey?

Kursi-kursi yang terbuat dari kayu
Kursi-kursi yang terbuat dari semen
Areal bermain anak-anak
Layaknya sebuah lapangan yang biasanya terletak di tempat yang sangat setrategis, Lapangan Puputan Badung ini pun juga letaknya sangat strategis di jantung kota. Sebelah timur lapangan terdapat Museum Bali dan Pura Agung Jagatnatha, sebelah barat lapangan terdapat Kantor Walikota Denpasar, dan di sebelah barat laut berdiri kokoh Patung Catur Muka Denpasar. Tak heran bila disinilah terdapatnya tapal batas kota yang bertanda nol kilometer Denpasar.

Di jalan ini terdapat Museum Bali dan Pura Agung Jagatnatha
Kantor Walikota Denpasar
Patung Catur Muka Denpasar
Melihat sebuah Patung Catur Muka, Ane sempat teringat dengan beberapa bacaan yang telah Ane baca waktu lalu. Diberi nama Patung Catur Muka karena patung ini memiliki empat wajah yang menggambarkan Dewa Brahma yang dipercaya sebagai Sang Pencipta. Posisinya sendiri menghadap ke empat penjuru mata angin yakni timur, selatan, barat, dan utara. Ada filosofi yang tersemat didalamnya. Empat muka disimbolkan sebagai kekuasaan Tuhan, wajah pertama menyimbolkan bahwa Tuhan itu Maha Besar. Wajah kedua menyimbolkan bahwa Tuhan itu adalah Raja dari raja-raja yang ada di dunia ini. Wajah ketiga menyimbolkan bahwa Tuhan itu sampai kapanpun bekerja, dan Wajah Keempat menyimbolkan bahwa Tuhan itu Maha menciptakan.


Dibagian agak tengah lapangan terdapat sebuah monumen dengan tiga buah patung yang berdiri membawa senjata terdiri dari sebuah patung laki-laki membawa keris dan tombak, sebuah patung perempuan membawa keris, dan sebuah patung anak-anak membawa tombak. Mungkin inilah sob mengapa monumen ini dibuat, kata puputan sendiri mempunyai arti habis-habisan. Jadi monumen ini dibuat sebagai bentuk peringatan dan penghormatan terhadap rakyat bali yang telah habis-habisan perang melawan penjajah demi membela kehormatan dan harga diri.
Berdasarkan informasi yang Ane kutip dari situs denpasarkota.go.id, bahwa perang ini terjadi pada tahun 1906 dan saat itu tak kurang dari 4 ribu orang termasuk keluarga raja Denpasar tewas. Sedangkan pemberian nama "Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung", karena saat itu I Gusti Ngurah Made Agung merupakan tokoh sentral dalam perang.


Sebenaranya ada sebuah patung lagi yang ada disini sob, yakni patung sebuah pohon yang digelayuti oleh beberapa ekor kera. Sepertinya patung ini hanya sebagai hiasan saja mempercantik lapangan dan tak ada filosofi yang tersemat didalamnya. Maklum di Bali, jadi hewan kera kerap Ane temui disini.


Dahulu digunakan sebagai tempat untuk berperang, kini tempat ini dijadikan sebagai tempat untuk berekreasi menikmati sejuknya udara Badung, bermain bola, jogging mengelilingi lapangan, atau bahkan sekedar duduk-duduk saja sambil bercengkrama dengan sahabat, saudara maupun keluarga.




Bagi sobat yang ingin kesini tenang saja sob nggak perlu bayar tiket masuk, cuman sobat akan dikenai uang parkir saja bila sobat membawa kendaraan bermotor. Ane sendiri hanya dikenai 2k saja sob untuk parkir kuda hijau Ane.
Habis mengeksplorer lapangan ini, perjalanan Ane lanjutkan kembali memasuki sebuah museum yang sangat terkenal di Bali yaitu  Museum Bali. Bagaimanakah lanjutan ceritanya? tunggu saja ya sob cerita Ane selanjutnya disini. Sampai jumpa!
Let's Go

Selasa, 29 November 2016

Museum Le Mayeur Sanur Bali, Lukisan - Lukisannya Tak Sehot yang Ada di

Berawal dari tak berhasilnya Ane mengunjungi museum ini kemarin sore, pagi ini Ane kembali mengunjunginya karena rasa penasaran yang ada. Setelah sarapan pagi di Warung Nasi Campur Ayam Men Weti Ane bergerak kearah utara menuju Pantai Sanur. Untuk menuju kesana, Ane harus menyusuri jalan setapak di pinggir pantai dengan disamping kanannya berupa Pantai Sanur yang sangat luas dan disamping kirinya berdiri hotel-hotel maupun restoran-restoran mewah. Banyak wisatawan terutama wisatawan mancanegara yang berlalu-lalang kesana-kemari. Ada yang menggunakan sepeda ontel dan adapula yang hanya berjalan kaki saja. Dijalan ini tidak banyak toko-toko penjual souvernir yang berdiri, namun berbeda saat Ane mulai mendekati area museumnya. Banyak terdapat toko-toko penjual souvernir yang berdiri, ada yang menjual pakaian, hasil kerajinan tangan, maupun pernak-pernik khas Bali.



Iya, museum ini tak akan terlihat dari kawasan pantai karena letaknya yang berada di balik toko penjual souvernir. Begitu masuk kedalam, keadaan sangat sepi Ane tak melihat seorang pun yang sedang berkunjung kesini. Ane dapat melihat keseluruhan bangunan yang ada, disebelah kanan pintu masuk terdapat sebuah pos tempat pembelian tiket masuk. Disitu tertera dengan lengkap jam buka museum dan besaran harga yang harus dibayarkan oleh pengunjung bila ingin masuk kedalam.


Museum buka setiap hari dari pukul 8 pagi hingga setengah 4 sore Wita, kecuali hari Jumat dari pukul setengah 9 pagi hingga setengah 1 siang Wita. Sementara untuk hari libur resmi museum ini tutup. Sedangkan besaran tiket yang harus dibayarkan oleh setiap para pengunjung terbagi menjadi beberapa kategori umur dan jenis.
- Wisatawan mancanegara (dewasa)      Rp. 20k/orang;
- Wisatawan mancanegara (anak-anak)   Rp. 10k/orang;
- Wisatawan domestik    (dewasa)      Rp. 10k/orang;
- Wisatawan domestik    (anak-anak)   Rp.  5k/orang;
- Mahasiswa                           Rp.  3k/orang; dan
- Pelajar                             Rp.  2k/orang.

Jam buka dan besaran harga tiket masuk museum
Narsis dulu ah
Setelah membayar tiket masuk sebesar 10k, Ane mulai menjelajahi isi museum. Ruang pertama yang Ane masuki adalah bekas ruang tamu. Disini berbagai macam jenis lukisan terpasang dan sebagian besar lukisannya bertelanjang dada. Dibagian tengah ruangan terdapat sebuah tulisan sejarah singkat yang menerangkan tentang museum ini.


Nama museum ini diambil dari nama bekas pemiliknya "Adrien Jean Le Mayeur de Merpres" yang berasal dari Belgia. Dia datang ke Bali pada tahun 1932 melalui Pelabuhan Buleleng Singaraja dan selanjutnya menuju Denpasar. Di Denpasar beliau menyewa sebuah rumah di Banjar Kelandis dan bertemu dengan seorang penari legong keraton berumur 15 tahun bernama Ni Nyoman Pollok yang kemudian dijadikan model lukisannya.
Lukisan-lukisannya dengan model Ni Nyoman Pollok dipamerkan di Singapura dengan hasil yang sangat memuaskan dan nama Le Mayeur menjadi semakin dikenal. Selesai pameran Le Mayeur kembali datang ke Bali dan membeli sebidang tanah kemudian mendirikan rumah di Pantai Sanur lokasi museum sekarang. Disini Ni Nyoman Pollok, setiap hari bekerja sebagai model lukisan bersama dua orang temannya. Karena kecantikan dan keindahan tubuh Ni Nyoman Pollok membuat Le Mayeur semakin betah tinggal di Bali dan pada akhirnya kedua insan tersebut menikah pada tahun 1935.
Pada tahun 1956 ketika Bapak Bahder Djohan selaku Menteri Pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan datang mengunjungi rumah Le Mayeur sangat terkesan dan minta kepada Le Mayeur agar rumahnya dijadikan museum. Ide itu disambut dengan senang hati dan mulai saat itu Le Mayeur terus berkarya untuk meningkatkan mutu lukisannya.


Kemudian pada tanggal 28 Agustus 1957 impiannya itu menjadi kenyataan. Tetapi pada tahun 1958 Le Mayeur menderita sakit kanker telinga yang sangat ganas, dan dengan ditemani Ni Pollok pergi ke Belgia untuk berobat. Setelah dua bulan berobat di Belgia, pada bulan Mei 1958 Le Mayeur meninggal dunia dalam usia 78 tahun dan dikubur disana. Ni Nyoman Pollok kembali ke Bali untuk mengurus rumah tangganya yang telah menjadi museum sampai meninggal dunia pada tanggal 28 Juli 1985 dalam usia 68 tahun.
Memasuki ruang yang kedua yaitu ruang tempat menyimpan buku-buku bacaan pribadi. Selain itu juga dipakai untuk menerima keluarga atau teman dekat yang datang dari jauh dan menginap untuk sementara waktu.


Di Ruang yang Ketiga, lebih luas dibandingkan dengan ruangan-ruangan sebelumnya. Ruangan ini adalah bekas studio tempat Le Mayeur melukis Ni Pollok sebagai model lukisannya. Ruangan ini sering digunakan untuk melengkapi koleksi lukisan yang dianggap kurang untuk dijadikan museum.


Ruangan terakhir yang Ane masuki adalah ruang tempat tidur Ni Pollok dan Le Mayeur. Mereka sangat senang tidur disini dan tak pernah pindah hingga Le Mayeur berbaring menunggu hari keberangkatannya ke Belgia untuk berobat. Selepas Le Mayeur wafat, Ni Pollok tetap menempati kamar ini hingga akhir hayatnya.


Lukisan Le Mayeur memang kebanyakan mengangkat Ni Pollok sebagai model lukisannya sob, namun selain itu juga menggunakan wanita-wanita Bali lain. Ada wanita-wanita yang sedang menari, melaksanakan upacara adat dan agama, sedang bermain-main di Pantai Sanur, serta beragam kehidupan dalam suasana senang.
Kalau dipikir-pikir lukisan-lukisan yang ada di museum ini mirip dengan yang ada di Museum Antonio Blanco sob, sama-sama menggunakan isterinya sebagai model lukisannya namun lukisan-lukisannya tak sehot yang ada di Museum Antonio Blanco, hehehe.
Let's Go

Senin, 28 November 2016

Sarapan Nasi Campur Ayam Men Weti di Pagi Hari

Setelah kemarin berkunjung ke Kabupaten Karangasem, dihari yang ketujuh ini Ane berencana hanya main-main di sekitar Kota Denpasar saja sob. Kan nggak afdol kalau sudah ke Bali tapi tak sedikitpun Ane menyempatkan diri main-main di pusat kota, ya nggak sob? Sebelum main-main di pusat kota Ane mencari warung makan terlebih dahulu buat sarapan. Warung Makan pagi ini yang akan Ane kunjungi adalah Warung Makan Men Weti yang terletak di Jl. Pantai Segara Ayu, Sanur.


Untuk menuju kesini, Ane dari penginapan berangkat melalui Jl. Gatot Subroto Timur dan bersambung ke Jl. Bypass Ngurah Rai hingga menemukan McDonals Sanur yang ada di perempatan jalan. Dari sini Ane belok kearah kiri (timur) hingga mentok. Sebelum sampai di warungnya Ane ditarikin uang parkir sebesar 1k. Hanya untuk memastikan saja, Ane bertanya lagi kepada tukang parkir apakah benar jalan ini menuju Warung Makan Men Weti dan ternyata beliau menjawab,"benar". Benar saja tak lama kemudian sampailah Ane di lokasi warungnya. Warungnya ada disebelah kanan (selatan) jalan.


Warungnya cukup sederhana, cukup kecil dengan meja dan kursi terpasang di bagian depan luar warung. Disebelah kanan warung terdapat teras yang dimanfaatkan untuk dapur. Sudah banyak para pengunjung yang datang memadati warungnya, ada yang sedang makan dan adapula yang sedang mengantri. Agar tak kesiangan, Ane segera melangkahkan kaki menuju warungnya dan ikut mengantri.

Ramai kan sob?
Teras yang dimanfaatkan untuk dapur
Semua menunya diletakkan didepan warung sehingga setiap para pengunjung yang datang bisa melihatnya. Ada sayur tempe, tahu, telur, sate lilit, dan lain sebagainya. Saat giliran Ane datang, Ane ditanya apakah nasinya mau dibungkus atau dimakan di tempat. Dengan cepatnya Ane langsung menjawab dimakan ditempat saja. Ane nggak perlu memesan menu apa yang hendak Ane pesan sob, karena hanya nasi campur ayam saja yang tersedia disini. Sedangkan untuk minumannya Ane memesan sebotol air aqua saja.

Menu-menunya
Ini juga
Dengan gesitnya Sang Pelayan pun melayani pesanan Ane. Setelah menerima sepiring nasi campur, selanjutnya Ane mencari tempat duduk yang masih kosong. Beruntung masih ada tempat duduk yang kosong buat Ane yakni dekat dengan dimana diletakkan semua menunya tersebut sehingga Ane dengan leluasa dapat memandangi menu-menu tersebut.

Seorang Pelayan yang sedang melayani pesanan para pengunjungnya
Sepiring nasi campur dan sebotol air aqua sudah ada dihadapan Ane
Seporsi nasi campur ayam terdiri dari nasi putih, telur rebus setengah potong, kacang tanah yang disangrai, sayur urap Bali, ayam suwir, kulit ayam goreng, dan sambal berwarna merah.


Lalu bagaimanakah dengan rasanya? hmmm cukup enak, kulit ayam gorengnya cukup renyah, begitupula sayur urap Bali yang rasanya mirip dengan rasa urap yang orang jawa buat. Namun sayang saat Ane mencicipi sambalnya, rasa sambalnya nggak begitu pedas. Secara keseluruhan makanan ini dapat Ane katakan "Wuenak tenan", untuk itu

Tak habiskan semuanya
Seporsi nasi campur dan sebotol air aqua hanya dibanderol dengan harga 19k saja. Gimana, harga yang cukup bersahabat bukan? Pokoknya sobat kalau datang ke Pantai Sanur, jangan lupa deh sob buat mampir kesini. Apalagi habis main di pantai yang cantik ini dan merasa lapar, cocok kan kalau mampir kesini? atau malah sebelum main ke Pantai Sanur mampirnya, boleh kok sob.

Suasana Pantai Sanur pagi itu
Sungguh tenang dan damai
Jam buka warungnya dari jam 7 pagi hingga jam makan siang.
Jika sobat datang kesorean bisa kok sob, sobat datang ke tempat makan lainnya yang ada di Pantai Sanur ini. Apalagi kalau bukan Warung Mak Beng yang sudah Ane kunjungi kemarin sore.
Sampai jumpa!
Let's Go

Sabtu, 26 November 2016

Pantai Sanur dengan Segala Pesonanya

Siapa yang tak kenal dengan pantai yang satu ini, pantai yang dangkal dengan ombak yang tenang nan indah dipandang mata serta ada yang bilang kalau belum ke Bali namanya jika belum pernah berkunjung kesini. Yapz, pantai tersebut bernama Pantai Sanur. Sehabis makan sore di Warung Mak Beng, Ane sempatkan sejenak berjalan-jalan menyusuri pinggir pantai ini. Rugi kan sob kalau sudah berada di Kawasan Pantai Sanur tetapi tidak mampir ketempatnya?


Sebenarnya kalau kesini saat matahari terbenam salah juga sob, soalnya pantai ini terkenal dengan Pantai Matahari Terbit karena pantainya yang menghadap ke timur. Nggak apa-apalah yang penting ngepantai! memasuki Pantai Sanur Ane dihadapkan sebuah patung putri duyung bertelanjang dada. Duh gemes jadinya, hahaha.


Disebelah kiri jalan terpasang dengan jelas informasi mengenai tarif naik boat ke Pulau Nusa Lembongan maupun ke Nusa Penida. Tak ada niatan Ane untuk menyeberangnya, so Ane abaikan saja informasi tersebut. Sementara disebelah kanannya terdapat pintu masuk pantai sanur, hal ini ditandai dengan adanya dua buah patung kecil yang seolah-olah menyapa setiap para pengunjung yang datang.

Tarif naik boat ke Pulau Nusa Lembongan maupun ke Nusa Penida

Pintu masuk Pantai Sanur
Ini bukanlah kali pertama Ane menginjakkan kaki disini sob, pertama kali Ane menginjakkan kaki disini saat study tour SMA pada tahun 2008 kemarin. Sesuatu yang paling Ane ingat saat itu adalah pantainya yang masih sepi pengunjung dan terdapat banyak batu-batu di sekitar pantainya. Namun kini sudah berbeda, pengunjungnya sudah sangat ramai sekali serta batu-batu tersebut kini sudah tak sebanyak dulu lagi.




Yang ada hanyalah beberapa gazebo di pinggir pantai yang sudah menjadi icon dari pantai ini. Ane fikir pantai ini kurang cocok untuk berselancar karena ombaknya yang begitu tenang, namun hal itu rupanya tak menyurutkan niatan para pelaku wisata yang tetap menyediakan papan selancar bagi yang menginginkannya.



Sebelumnya Ane telah mendapatkan informasi kalau di Sanur ini ada sebuah museum yang cukup menarik untuk dikunjungi, museum tersebut bernama Museum Le Mayeur. Untuk itu sambil menyusuri jalan yang ada dengan disamping kanan dan kirinya terdapat para penjual yang sedang memperjualkan barang dagangannya Ane cari museum tersebut dan ternyata museumnya sudah tutup. Museumnya ada di sebelah kanan (barat) jalan. "Kalau begitu lain kali aja dah mungkin besok", fikirku.
Ane lanjutkan lagi penelusuran Ane. Ane telusuri jalan tersebut kearah selatan. Jalan yang awalnya terdapat banyak para penjual, kini berganti hanya jalan setapak saja, tetapi sudah terbuat dari semen. Sebagai kawasan wisata yang sudah sangat terkenal tak heran bila di pinggir pantai sudah dibangun jalan setapak berupa track tempat berlalu lalangnya para wisatawan. Hingga akhirnya sampailah Ane di sebuah tempat seperti tempat untuk helikopter mendarat.


Landasan tersebut berbentuk bulat dan ditengahnya tertulis huruf "H". Disini Ane berhenti cukup lama, sambil beristirahat Ane melihat-lihat keadaan sekitar. Tempat ini berada di belakang sebuah hotel berbintang, disamping kanannya terdapat lapangan semacam lapangan untuk bermain bola voli. Mungkin voli pantai ya sob ya? Sedangkan disebelah kirinya banyak terdapat kapal-kapal kecil yang bersandar, ada semacam kapal kecil untuk para nelayan mencari ikan, dan adapula kapal jenis boat yang menunggu para penumpangnya untuk disewa.




Puas beristirahat disini Ane jalan menuju pulang karena hari semakin sore. Inilah Bali dengan segala pesonanya, saat perjalanan pulang Ane menjumpai seseorang yang sedang menabur bunga ke laut lepas, sajen ada dimana-mana dan banyak anjing yang berkeliaran kesana-kemari, namun ada juga sedang bersantai ria dengan cara tiduran. Bahkan ada seseorang yang sedang bermain-main dengan anjing-anjingnya, seseorang tersebut melemparkan sesuatu benda ke laut, anjing-anjingnya berlomba-lomba mengambil benda tersebut, setelah dapat benda tersebut diberikan lagi kepada pemiliknya. Begitu seterusnya dan seterusnya.


Bubuk yang tenang ya
Seseorang yang sedang bermain dengan kedua ekor anjingnya
Selain itu ada banyak hal yang dapat Ane lihat disini sob diantaranya ada yang sedang berenang, santai-santai di pinggir pantai sambil berpacaran *upss*, memancing, dan juga ada yang hanya jalan-jalan santai seperti yang Ane lakukan saat ini. Inilah Pantai Sanur dengan segala pesonanya.


Mengunjungi pantai ini mengingatkan Ane pada masa dahulu saat Ane masih sekolah di SMA. *Duh jadi teringat masa muda sob*.
Let's Go

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me