Minggu, 29 November 2015

Bakmi Kadin Jogja Rasanya Maknyusss


Musim hujan gini enaknya ngapain yaw? kayaknya enak nieh kalau berburu yang hangat - hangat. Bagaimana kalau kulineran? enak nieh sepertinya berburu kuliner yang berkuah misalnya saja soto, bakso, soup atau mie jawa. Nah fikiran seperti itu tiba - tiba muncul di benak Ane. Langsung saja googling sana sini di internet dan akhirnya Ane memutuskan untuk mencoba kulineran bakmi jawa saja. Bakmi jawa yang akan Ane coba kali adalah Bakmi Jawa Kadin yang ada di Jl. Bintaran Kulon No.6 Yogyakarta. Sebenarnya Ane datang kesini tidak hanya menikmati bakminya, tetapi juga berkunjung ke Black Market Museum yang masih selokasi dan hanya buka selama 1 bulan 10 hari saja.


Sesampainya di sini, Ane didatangi oleh seorang pegawai yang menanyakan pesanan apa yang ingin Ane pesan. Ane meminta daftar menunya namun tak tersedia. Ane pun balik bertanya menu apa saja yang ada disini. "Bakmi goreng, bakmi kuah, dan bakmi nyemek" jawab sang pegawai. Karena keunikan nama dan terasa asing bagi Ane maka pesanlah Ane seporsi bakmi nyemek. "Untuk minumannya?" tanya Ane. "Minumannya ada es teh, es jeruk, dan tape hijau", jawab beliau lagi sambil menulis pesanan Ane. Sehubungan Ane suka tape dan belum sempat pesan ketika kulineran di Soto Pak Marto, maka es tape hijau lah sebagai pilihan minumannya.
Sambil menunggu pesanan, penglihatan Ane tertuju pada sebuah gambar yang ada di dinding sebelah selatan. Nampaknya kedai bakmi ini sudah sangat populer terbukti sudah ada beberapa para pesohor negeri ini yang berkunjung. Sebut saja Bapak Wiranto, mantan Menpora RM. Roy Suryo, dan Mbak Tutut. Tak hanya itu, para pesohor lokal pun ikut meramaikan kedai bakmi jawa ini sebut saja Gusti Prabu, mantan walikota Jogja Bpk. Herry Zudianto, maupun walikota Jogja yang saat ini sedang menjabat Bpk. Haryadi Suyuti.



Konon katanya kedai ini selalu ramai dipadati oleh para pengunjung bila malam tiba. Hal ini terbukti dengan terdapatnya 6 buah gerobak dengan peralatan yang ada yang siap melayani para tamunya. Alunan musik akan setia menemani setiap pengunjung yang ada. Benar saja pada waktu siang hari ketika Ane datang tak seorang pengunjung pun yang datang. Ane lebih suka suasana sepi memang karena bisa mengambil gambar sepuasnya dan tanpa rasa malu - malu, hehehe. Biasanya malah malu - maluin.

Suasana kedai di siang itu
Nggak ada pengunjung selain Ane bukan?
Bener - bener nggak ada pengunjung yang datang selain Ane
Berbicara menganai sejarahnya. Kedai Bakmi Kadin ini dahulunya didirikan oleh Bapak Karto Kasidin. Ntah kebetulan atau tidak Nama "Kadin" ini dipilih karena kependekan dari nama beliau dan juga kedai ini terletak tidak jauh dari Kantor Kamar Dagang Industri (Kadin). Kedai ini melayani para pelanggannya sejak tahun 1947. Sudah lama sekali bukan?.


Minuman yang Ane pesan sudah datang namun belum pada bakminya. Agak lama menunggu memang karena dalam memasak bakmi bukan menggunakan kompor melainkan menggunakan anglo yang terbuat dari tanah liat dan sebagai bahan bakarnya menggunakan arang, jadi tingkat pemanasan yang dihasilkan akan benar - benar pas untuk memasak masakan jawa. Es tapenya terlihat sederhana, tape hijau tenggelam dalam air dan es batu dengan sedikit gula. Setelah Ane rasakan agak sedikit berbeda sih di lidah Ane, menurut Ane kurang manis dan kurang terasa rasa tapenya. Ah yawsudahlah nggak apa - apa, yang penting bakminya.


Dan 20 menit kemudian, jreng jreng, pesanan Ane sudah datang yakni seporsi bakmi nyemek. Porsi bakminya jangan ditanya lagi, banyak banget dan pasti kenyang di perut. Kini es tapenya sudah tidak galau lagi karena sudah menemukan jodoh yang tepat.



Lalu bagaimana dengan yang membaca  menulis ini? hehe. Duh jadi galau nieh Ane. Daripada galau yuk makan dulu merasakan seperti apa nikmatnya bakmi jawa kadin ini. eits, sebelumnya narsis dulu biar keren. satu, dua, tiga, cekrek.


Tak banyak pilihan lauk yang tersedia di meja, hanya ada lauk berupa kerupuk saja. So, kali ini Ane murni merasakan apa yang benar - benar ingin Ane rasakan.


Dari strukturnya, bakmi jawa ini terdiri dari daging ayam kampung, telur bebek, dan tentu bakmi itu sendiri serta ada potongan kecil - kecil seperti menyerupai bakso namun terasa empuk di lidah, potongan kubis, timun, wortel, irisan daun bawang, tomat, sledri dan ditaburi dengan berambang goreng. Udah kebayang kan enaknya gimana?
Bener banget enaknya sampai - sampai Ane sendiri tak bisa membayangkan. Rasanya Maknyusss, wuenak tenan. Bakminya kenyal, kuahnya sedikit karena memang bakmi nyemek terasa pas di lidah. Tidak asin, manis ataupun pahit. Suwiran ayamnya terbilang cukup banyak dan sangatlah empuh dan bahkan tak satupun suwiran ayam yang Ane rasa alot. Bener - bener memang joss gandosss. Bgi sobat yang suka pedas, tenang saja karena di meja ini terdapat semangkok kecil yang berisi lombok rawit. Jadi pas bila musim hujan yang dingin ini dinikmati dengan makan - makanan yang hangat - hangat lagi nan pedas. Tak mau rugi, Ane pun menghabiskan makanan dan minuman yang ada.

Habis bis bis bis
Uang yang harus Ane keluarkan untuk seporsi bakmi nyemek dan segelas es tape hijau yakni sebesar 24k saja. Harganya memang terbilang mahal bagi Ane sebagai anak kost, namun  hal itu sebanding dengan apa yang Ane rasakan.
Masih penasaran? buktikan sendiri ke maknyusssan dari Bakmi Kadin ini. FYI, berdasarkan informasi yang Ane dapatkan dari salah satu pegawainya, bahwa kedai Bakmi Kadin ini buka dari pagi jam 10 sampai tengah malam jam 12.


Lokasi Bakmi Kadin ini sendiri mudah di cari. Dari Nol Kilometer bergeraklah ke arah timur (ke kanan) bila dari arah Malioboro, sampai menemukan perempatan lampu merah. Dari sini masih lurus lagi melewati jembatan Sayidan hingga menemukan perempatan lampu merah lagi. Dari sini beloklah ke arah kanan (selatan). Tidak jauh dari perempatan lampu merah tersebut Sekitar 50 meter sampailah sobat di Kedai Bakmi Jawa ini. Kedai ini terletak di sebelah kanan jalan berjejer dengan Kantor Kamar Dagang Industri (Kadin) atau berseberangan dengan super Indo. Tenang saja di depan kedai sudah terpasang papan namanya yang cukup besar, jadi tak perlu khawatir tersesat. Ayo tunggu apalagi. Selamat Menikmati
Let's Go

Sabtu, 28 November 2015

Jalan - jalan ke Black Market Museum, Sebuah Karya Seni dari Sampah


Hai sob gimana nieh kabarnya? semoga baik - baik saja yaw. Kali ini Ane mau bercerita mengenai petualangan Ane di salah satu museum yang ada di Jogja dan hanya buka selama 1 bulan 10 hari dari tanggal 2 November - 10 Desember 2015. Museum Apa itu? yaitu Black Market Museum.
Sebenarnya Ane mau menceritakan tentang kulineran Ane terlebih dahulu di Bakmi Kadin Mbah Hj. Karto, tapi sehubungan ini lebih mendesak jadi Ane mau berbagi info kepada sobat - sobat semua mengenai museum ini terlebih dahulu. Black Market Museum terletak selokasi dengan Bakmi Kadin Mbah Hj. Karto yakni di Jl. Bintaran Kulon No.6 Yogyakarta dan menempati sebuah rumah tua yang sangat tidak terawat. Untuk Bakmi Kadin akan Ane ceritakan besok yaw.
Berawal dari beberapa situs internet yang memberitakan mengenai museum ini dan semakin penasaran saja Ane dibuatnya. Untuk menjawab rasa penasaran Ane berangkatlah ke lokasi Bakmi Kadin dimana lokasi ini selokasi dengan Black Market Museum. Kenapa begitu? karena Setelah kulineran di Bakmi Kadin ini Ane berencana langsung saja berkunjung ke museumnya. Ane sebelumnya tidak tahu sob dimana tepatnya museum ini berada dan akhirnya tanyalah Ane pada salah satu karyawan Bakmi Kadin dan Ia menunjuk ke sebuah pintu untuk menuju kesana dan baru Ane ketahui kemudian lewat pintu belakang museum. Sebenarnya pintu utama masuk museum terletak di sebelah utara.
Apa yang pertama kali terlintas di benak sobat ketika pertama kali mendengar kata museum? Membosankan, pemandangannya gitu - gitu aja, nggak menarik, dll. Tapi anggapan itu menurut Ane tidak berlaku di museum ini. kenapa? karena barang - barang yang ada disini menawarkan pemandangan yang berbeda. Semua barang - barang yang ada dihasilkan dari sampah. Ingin tahu ceritanya? Cekidaut


Pintu masuk museum
Bila sobat memasuki museum ini lewat pintu depan, maka pertama kali sobat akan menjumpai banyak plastik yang digantung dan diisi dengan cairan yang berwarna - warni. Di kiri dan kanan pintu masuk terpasang duah buah bendera yakni Bendera Merah Putih dan Bendera Nigeria. Loh kok bendera merah putih bersanding dengan Bendera Nigeria? Ya, karena proyek yang bernama "Black Market Museum" inilah merupakan hasil karya instalasi yang dibuat oleh seniman dari Nigeria bernama Olanrewaju Tejuoso bekerjasama dengan PAPs (Prison Art Programs) dari Indonesia yang berisikan 4 seniman yaitu Fatoni, Adhik Krisdiantoro, Titus Garu dan Doni Kabo.
Di dalam museum Ane di sambut oleh seorang penjaga yang bisa di bilang seusia dengan Ane. Dia menjelaskan panjang lebar mengenai museum ini. Pada umumnya barang - barang yang ada merupakan hasil dari sampah yang sudah tak bernilai harganya. Di tangan Olanrewaju Tejuoso dan berkolaborasi dengan para seniman Indonesia inilah sampah - sampah tersebut menjadi hasil karya seni yang sekarang dapat kita saksikan di museum ini.
Ada tiga ruangan yang digunakan dalam mengisi hasil karya seni. Ruangan bagian depan terdapat beberapa tema cerita diantaranya masalah transportasi. Dahulu orang menggunakan binatang sebagai alat transportasi. Dengan adanya perkembangan zaman sekarang orang menggunakan sistem transportasi selain binatang.

Benda yang dimaksud dengan masalah transportasi ada di depan dua penjaga museum tersebut
Ada juga tema cerita mengenai "And Us" yaitu mengenai cerita material, dahulu orang memakai material yang ramah lingkungan dan dapat teruraikan. Sekarang material yang digunakan sulit teruraikan.



Tema cerita lainnya bertemakan tentang "we all paid", bahwa apa - apa semua yang ada di dunia ini di bayar. Apa - apa yang yang dibayar tersebut sulit teruraikan dan di sini dicontohkan dengan sampah plastik.


Di ruangan bagian yang kedua menurut Ane lebih seru dan sangat menarik karena berkaitan dengan PAPs itu sendiri. Apa itu PAPs? yaitu komunitas seni yang beranggotakan residivis khusus narapidana narkoba. Jadi di ruangan ini mengusung tema penjara. Di sini kehidupan para napi yang di anggap "sampah" oleh masyarakat. Berikut beberapa gambar yang berhasil Ane abadikan.








Beralih memasuki ruangan yang ketiga, Mata Ane tertuju pada sebuah deretan meja yang panjang dengan didepannya terdapat bendera dari berbagai negara seperti Jerman, Jepang, Kanada, dll. Ternyata bendera - bendera tersebut menggambarkan adanya rapat anggota G20, menariknya di atas meja - meja tersebut bertebarkan makanan dan minuman yang terbuat dari sampah plastik seperti bungkus mie instan, permen, dan juga tempat minum seperti kendi bekas. Alih - alih memecahkan masalah ekonomi di berbagai negara berkembang, justru memperburuk keadaan.




Ada yang menarik bila sobat perhatikan di belakang kursi yakni deretan kertas warna putih dan panjang sekali. Deretan warna putih tersebut menggambarkan sebuah gorden. Benda yang lain yang ada di ruangan ini terdapatnya sebuah kursi yang beralaskan kertas berwarna putih terurai ke bawah yang terpasang di dinding bagian atas. Konon benda tersebut menggambarkan adanya sifat religius yang beketerkaitan dengan unsur Ketuhanan.



Dari sekian cerita di atas sebenarnya di dunia ini sudah tidak ada lagi yang namanya kenyamanan tak terkecuali dengan Yogyakarta. Hal ini tergambar dari berbagai gambar yang ada di Black Market Museum ini.



Nah, gimana sob? menarik bukan? sebenarnya masih ada beberapa benda lagi yang tidak Ane sebutkan dan tentunya tak kalah menariknya. Penasaran kan? segeralah kunjungi Black Market Museum yang ada di Jl. Bintaran Kulon ini yang tak jauh di sebelah timur perempatan Nol Kilometer.
Arahannya:
Dari Nol Kilometer bergeraklah ke arah timur (belok kiri bila sobat datang dari Malioboro) sampai menemukan sebuah perempatan lampu merah. Dari sini masih lurus hingga melewati sebuah Jembatan Sayidan dan sebuah pertigaan. Sebelum perempatan lampu merah, perhatikan keadaan di sebelah kanan jalan. Disini Anda akan menemukan sebuah tulisan berwarna putih di seng yakni "Black Market Museum". Masuklah sobat ke dalam pintu tersebut. Loh kok museumnya kayak gini? terlihat tak terawat. Yapz, disinilah keunikan dari museumnya memilih lokasi yang memang tidak terawat.  
Jam buka    : 10.00 - 20.00 WIB
Tiket Masuk : Rp. 0 (alias gratis)
Jangan sampai di atas tanggal 10 Desember yaw sob karena museum ini hanya ada sampai tanggal 10 Desember saja. Sampai jumpa.
Let's Go

Jumat, 27 November 2015

Soto Pak Marto, Salah Satu Soto Legendaris di Jogja


Petualangan kuliner Ane pun berlanjut setelah kemarin hari selasa menikmati Semangkok Soto Pak Sholeh Al Barokah. Satu hari setelahnya yakni hari Rabu juga Ane ingin menikmati semangkok soto lagi dan warung soto yang ingin Ane coba adalah Warung Soto Pak Marto yang beralamatkan di Jl. S. Parman No. 44 Yogyakarta. Bergerak melalui Nol kilometer ke arah barat melalui Jl. KH Ahmad Dahlan dan setelah bertemu dengan sebuah perempatan lampu merah, beloklah Ane ke arah kiri (selatan) melewati Jl. Wahid Hasyim. Sesampainya di perempatan lampu merah beloklah Ane ke kanan (barat) melalui Jl. S. Parman. Ane pelankan laju kendaraan karena lokasi Warung Soto Pak Marto tidak jauh dari perempatan tadi, yaw Kurang lebih sekitar 200 meter dan terletak di sebelah kanan jalan sebelum jembatan.


Sebenarnya Ane sudah lama mengetahui tempat ini tapi barulah sekarang kesampaian untuk mampir. Warung soto Pak Marto merupakan salah satu tempat wisata kuliner yang sangat direkomendasikan di Jogja. Ada beberapa cabang yang dimiliki oleh warung soto ini namun di Jl. S. Parman inilah sebagai pusatnya.

Narsis dulu sebelum masuk ke warung
Warungnya terbilang cukup sederhana dengan meja - meja dan kursi tertata rapi, tetapi jangan heran bahwa warung ini selalu ramai dengan pengunjung baik dari kalangan atas maupun menengah ke bawah.



Tanpa melihat daftar tarif menu makanan dan minuman, Ane langsung memilih semangkok soto daging sapi dan segelas es teh saja. Sebenarnya ada beberapa pilihan menu lainnya yang dapat dipesan disini seperti babat, jantung, ginjal, lidah dan iso. Sedangkan minumannya tersedia kopi, jeruk, tape dan susu.


Sehubungan warung ini bernama warung soto maka Ane pun memilih semangkok soto sebagai makanannya. Tapi untuk minumannya Ane sedikit menyesal karena sudah terlanjur pesan es teh dan di daftar menu terpampang tape. Padahal ingin minum tape, tapi yaw sudahlah. Pelayanannya cukup cepat, tak sampai 5 menit pesanan Ane sudah datang. Semangkok soto daging sapi dan segelas es teh dingin.

Semangkok soto dan segelas es teh manis siap di lahap, ada yang mau menemani?hehe

Aromanya sungguh menggoda, seporsi soto daging sapi yang memiliki kuah yang bening. Tak jauh berbeda dengan soto yang kemarin hari Selasa Ane coba, struktur dari soto ini yaitu terdiri dari kecambah (toge), kubis, nasi, irisan tomat dan tentu saja potongan daging sapi yang bertaburkan sedikit bawang goreng dan sledri begitu juga dengan porsinya yang bisa di bilang sedikit. Di meja pastinya sudah ada bumbu penyedapnya berupa seperangkat kecap dan sambal dan berkaitan dengan pilihan lauk, Ada beberapa pilihan lauk yang dapat kita pilih, mulai dari kerupuk, jeroan yang ditusuk, tempe goreng, dll.

Kerupuk yang di bungkus dan tempe goreng
Masih dengan kerupuk yang hanya dimasukkan dalam wadah kaleng
Lupa namanya, kayaknya sih enak
Tempe goreng
Sebagai orang indonesia yang cinta produk lokal maka jatuhlah pilihan Ane pada gorengan tempe. Halah alesan, padahal biar irit saja, hehehe. Oke gak usah di bahas, sekarang langsung saja Ane eksekusi dan menurut Ane rasa kuahnya agak sedikit manis tetapi khas dan rasa kaldunya terasa kuat di lidah. Apa mungkin manisnya ini setelah Ane kasih kecap yaw? ah nggak juga. Rasa kuahnya memang berbeda bila dibandingkan dengan kebanyakan soto pada umumnya. Mungkin karena memiliki rasa yang khas inilah tidak heran bila warung soto Pak Marto selalu dipenuhi oleh para pengunjung. Penasaran? silahkan datang saja kesini dan buktikan sendiri yaw sob kelezatannya.
Setelah semuanya beres baik beres makannya maupun minumnya, kini saatnya Ane untuk bangkit dari tempat duduk dan membayarnya. Semangkok soto dan segelas es teh serta sepotong tempe goreng uang yang harus Ane keluarkan adalah sebesar 14k saja. Cukup ekonomis dan bersahabat dengan kantong bukan???. Tak afdol rasanya bila belum melihat dapurnya secara langsung dan inilah beberapa foto yang sempat Ane bidik dengan kamera.






Silahkan sobat tafsirkan sendiri yaw sob 5 gambar terakhir di atas. Coba dan buktikan sendiri kelezatan dari Soto Pak Marto yang sudah ada sejak tahun 1960 silam. Sobat bisa menikmati soto ini mulai dari jam 6 pagi hingga habis. Biasanya sebelum waktunya makan siang soto ini sudah habis. Jadi saran Ane datanglah di waktu pagi hari saja.
Let's Go

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me