Sabtu, 30 April 2016

Mencoba Sajian Tongseng Pak Kribo

Sebenarnya Ane kurang suka sob dengan yang namanya tongseng, walaupun sama - sama berasal dari daging kambing, Ane lebih menyukai sate, tengkleng, atau gulai. Tapi apa boleh buat konon katanya ada warung tongseng yang terkenal akan kelezatannya dan warung itu adalah Warung Tongseng Pak Kribo yang terletak di depan Pasar Pakem, Jl. Kaliurang Km. 17, Pakem, Kab. Sleman, Yogyakarta.


Tetapi tujuan Ane kesini bukanlah untuk mencicipi tongsengnya, melainkan tengklengnya yang konon katanya sangat lezat sekali mengalahkan tongsengnya itu sendiri. Ane yang sudah tak bisa menahan lagi akhirnya sore tanggal 17 April 2016 berangkat juga ke TeKaPe. Jaraknya yang sekitar 17 Km an dari Kost Ane membuat perjalanan Ane agak lama sedikit, ya sekitar 30 menitan.


Warungnya sangat sederhana sekali karena hanya membuka lapak di salah satu emperan toko tepat depan Pasar Pakem. Penerangannya pun tak menggunakan lampu listrik yang biasa kita gunakan, tetapi menggunakan lampu petromax dengan minyak tanah sebagai bahan bakarnya. Sudah ada beberapa pengunjung yang nampaknya sudah hadir. Dengan sigapnya salah satu pelayannya menanyakan kepada Ane apa yang hendak di pesan. Dengan cepatnya Ane pun menjawab tengkleng saja dengan minumnya air sehat (putih). Habis adanya teh dan jeruk jadi ya air sehat aja yang Ane pesan. Tapi apa boleh buat tengklengnya sudah habis karena sudah di pesan dari Kawasan Wisata Kaliurang. Ane yang sedikit kecewa akhirnya merubah dengan pilihan menu lainnya yaitu tongsengnya.


Ada yang unik sob yang terjadi pada warung ini, berbeda dengan pedagang pada umumnya yang memakai pakaian biasa, di Warung Pak Kribo ini pedagangnya justru memakai pakaian ala restoran atau kantoran. Memakai kemeja lengan panjang berwarna hitam, berkaos kaki dan bersepatukan berbahan kulit. Tak ketinggalan juga dasi yang menempel di lehernya. Pokoknya necis abis.

Sekali - kali ambil foto orang dari belakang ya sob!
Tak butuh waktu lama pesanan pun kini datang. Seporsi tongseng, seporsi nasi putih, dan segelas air putih siap menemani Ane. Secara penampilan, sepiring tongseng ini berisi daging kambing, irisan buah tomat dan mempunyai kuah yang cukup kental berwarna cokelat tua. Lalu bagaimanakah dengan rasanya?


Hmmm, ternyata sob, selain kuahnya yang pekat juga berbumbu yang sangat kuat terasa di lidah. Rasa kuahnya yang manis dan sedikit berkaldu membuat Ane terasa agak eneg dan "mblengeri". Daging kambingnya juga terasa agak alot, tapi apa boleh buat walaupun begitu Ane tetap saja menghabiskannya. Rugi donk sebagai anak kost kok nggak menghabiskan makanan yang ada, hehehe.


Soal harga masih cukup bersahabat kok sob, untuk semuanya uang yang harus Ane keluarkan sebesar 24k saja. Gimana, nggak menarik untuk mencobanya? soal rasa kita kan bisa beda sob, mungkin menurut Ane enak, tetapi sebaliknya menurut sobat nggak enak. Begitupula sebaliknya, menurut Ane nggak enak, eh menurut sobat malah enak. Pendapat di atas sesuai dengan apa yang Ane rasakan, siapa tahu pas kebagian sobat - sobat semua dapat enaknya dan daging kambingnya pas tidak alot.
Cara menuju Warung Tongseng Pak Kribo:


Dari Tugu Jogja, bergeraklah ke arah utara hingga menemukan perempatan besar lampu merah di Jalan Ringroad Utara yang di sebelah barat lautnya terdapat sebuah bangunan yang mirip tumpeng. Ya, bangunan tersebut adalah Monumen Yogya Kembali (Monjali). Dari sini beloklah ke arah kanan (timur) melalui Jl. Ringroad Utara hingga menemukan perempatan lampu merah lagi. Kemudian beloklah ke arah kiri (utara) melalui Jalan Kaliurang lurus terus melewati Kampus UII yang terletak di sebelah kiri (barat) jalan di Km. 14, hingga sobat menjumpai perempatan lampu merah lagi. Dari sini masih lurus lagi ke arah Pasar Pakem dan tepat di depan pintu pasar tersebut warung inilah berada. Warung ini ada di sebelah kiri (barat) jalan.


Jam buka Warung Tongseng Pak Kribo berdasarkan informasi yang Ane dapatkan dari salah satu pegawainya dari jam 4 sore hingga 10 malam. Selain tongseng nya itu sendiri, menu yang tersedia diantaranya ada tengkleng dan gulai kambing.
Let's Go

Jumat, 29 April 2016

Mangut Lele Bu Is Bikin Perut Kenyang

Awalnya Ane mengira kalau warung makan yang menjual mangut lele di Kota Jogja yang enak ya hanya di Warung Makan Mangut Lele Mbah Marto Nggeneng saja sob, tapi ternyata dugaan Ane salah, tak hanya di tempat Mbah Marto saja yang menjual menu makanan tersebut tetapi juga di Warung Makan Mangut Lele Bu Is. Konon katanya mangut lele nya enak sekali dan bisa membuat orang ketagihan untuk datang lagi. Apakah benar begitu? untuk membuktikannya sendiri berangkatlah Ane langsung ke TeKaPe.



Ane kesini saat hari masih pagi, Ane sengaja pilih pagi hari karena selain sarapan pagi juga bisa menikmati perjalanan dengan udara yang masih fresh dan menyegarkan. Betul?
Warung Makan Mangut Lele Bu Is ini terletak di Jl. Imogiri Barat Km.12, Sumber Agung, Kec. Jetis, Kab. Bantul, Yogyakarta. Letaknya yang lumayan jauh dari kost Ane membuat perjalanan Ane agak lama sedikit, ya sekitar 35 menitan lah.



Sesampainya disini ternyata sudah ada pengunjung yang datang. Warungnya cukup sederhana namun cukup bersih dan rapi. Ada dua jenis tempat duduk yang dapat Ane pilih yakni sistem lesehan yang beralaskan karpet biru dan berada di dalam warung serta sistem meja dan kursi dengan kursinya berupa kursi lincak yang terbuat dari bambu dan berada di luar ruangan tepatnya di teras warung.


Sistem lesehan
Sistem meja dan kursi
Ane sendiri memilih sistem lesehan saja, selain karena di kursi lincak masih ditempati oleh para pengunjung lainnya juga terkesan lebih santai. Nampaknya warung ini benar - benar sangat direkomendasikan sekali sob soalnya di salah satu bagian dindingnya telah terpasang foto beberapa artis yang sepertinya sudah pernah mampir kesini. Ingin tahu siapa saja mereka? salah duanya Pak Bondan dan Benu Buloe.


Tuh Pak Bondan
Kalau ini Benu Buloe
Kalau Pak Bondan mah Ane sudah tahu, la kalau Benu Buloe itu siapa ya? ternyata setelah tak cari - cari di internet kalau Benu Buloe adalah seorang host yang pernah membawakan acara dalam dunia perkulineran. Woke, tanpa berfikir lama - lama Ane memesan seporsi mangut lele dan untuk minumannya air es saja. Habis, selain jeruk dan teh tak ada lagi pilihan minuman lainnya. Sembari memesan, Ane menanyakan tentang kapan Pak Bondan pernah kesini dan apa jawaban dari salah satu pegawainya sob? bahwa Pak Bondan sudah bolak - balik makan disini dan sudah terhitung 4 kali beliau mengunjunginya. Busyettt, hal ini menambah rasa penasaran Ane tentang citarasa yang ditawarkan mangut lelenya.



Tak butuh waktu lama pesanan yang Ane pesan pun sudah datang. Pesanan kali ini benar - benar membuat Ane kaget dan syok sob, baru kali ini Ane melihat cara penyajiannya yang sangat berbeda dengan warung makan yang lainnya. Bagaimana tidak selain mangut lelenya itu sendiri, juga terdapat potongan buah mentimun, oseng - oseng lombok hijau, daun pepaya,  kecambah, daun kemangi, daun kenikir, sambal terasi dan urap. Masih ada lagi yakni nasi putih yang disajikan dengan menggunakan baskom kecil, wijikan untuk mencuci tangan, dan piring kosong sebagai tempat makannya. Semua disajikan di hadapan Ane dalam satu tempat. Sudah kebayang kan betapa banyaknya menu makanan yang ada di meja tersebut?


Yapz, ini dia. Yuk sob, kita habiskan bersama!
Ini bukan rumput, tapi daun kenikir
sambal terasi
Kurap terbuat dari bahan utama kelapa
Secara penampilan, mangut lele ini mempunyai kuah yang berwarna krem. Hal ini berbeda dengan mangut lele mbah marto yang cenderung disajikan tidak menggunakan kuah. Lalu bagaimanakah dengan rasanya? Hmmm rasanya lezat banget sob, semuanya serba pas di lidah. Bumbu rempah - rempahnya terasa kuat, gurih berpadu dengan rasa pedas dan tidak membuat enek. Selain itu sambal terasi dan bumbu kurapnya terasa mantap, pokoknya benar - benar mantab. Lengkap sudah mangut ini disajikan dengan beraneka macam sayur yang terasa segar di mulut. Kalau boleh bilang sob, Ane lebih menyukai mangut lele Bu Is ini daripada Mangut Lele Mbah Marto. Rasanya benar - benar nagih dan dua kata untuk ini semua,"Wuenak tenan, le leduk". Untuk itu,


Tak kasih jempol
Kali ini tidak habis semua, disinilah Ane menyerah!
Soal harga ternyata masih sangat bersahabat sob, untuk semuanya uang yang harus Ane bayarkan sebesar 18k saja. Gimana tertarikkah untuk mencobanya? sebaiknya kalau datang kesini dalam keadaan lapar sob, selain enak juga isi seporsi yang kamu dapatkan semau kamu. Nasi yang disajikan pun berisi sangat banyak. Mau habis sedikit atau banyak, tetap saja harganya sama.
Sudah tahu belum lokasi warungnya? kalau belum tahu, berikut gambaran rute menuju lokasinya:
Dari Kota Yogyakarta tepatnya di Perempatan Lampu Merah Pojok Beteng Wetan, bergeraklah ke arah selatan melalui Jl. Parangtritis hingga bertemu perempatan jalan antara Jl. Parangtritis dengan Jl. Ringroad Selatan. Dari sini masih lurus lagi ke arah selatan melalui Jl. Parangtritis dan melewati sebuah pertigaan lampu merah hingga bertemu perempatan lampu merah Manding. Dari sini beloklah ke arah kiri (timur) melalui Jl. Manding - Imogiri hingga bertemu perempatan lampu merah lagi. Nah, Mangut lele Bu Is ini berada tepat di sebelah utara dari perempatan lampu merah ini.



Letaknya yang strategis membuat Warung Makan Mangut Lele Bu Is ini mudah untuk ditemukan.
Jam buka Mangut Lele Bu Is berdasarkan informasi yang Ane dapatkan dari salah satu pegawainya: Dari jam 7 pagi hingga jam 8 malam.
Let's Go

Kamis, 28 April 2016

Enaknya Bakmi Jawa Pak Rebo Jogja

Rasa - rasanya sudah lama sob Ane tak merasakan lezatnya Bakmi Jawa yang ada di Kota Jogja ini. Padahal banyak banget penjual bakmi jawa yang tersebar di suduk kota, ada Bakmi Jawa Mbah Mo, Bakmi Jawa Pak Pele, Bakmi Jawa Kadin, dan masih banyak lagi lainnya. Tapi sob sehubungan bakmi jawa - bakmi jawa tersebut sudah pernah Ane datangi maka kali ini Ane akan mencoba makan bakmi jawa di tempat lain yang konon katanya tak kalah enaknya dengan bakmi jawa itu. Bakmi Jawa apakah itu? Woke kali ini yang Ane datangi adalah Bakmi Jawa Pak Rebo yang terletak di Jl. Brigjend. Katamso Yogyakarta, tepat sebelah selatan SD Negeri Kintelan I.


Berdasarkan informasi yang Ane dapatkan dari internet kalau Warung Bakmi Jawa Pak Rebo ini buka dari jam 4 sore hingga 10 malam, tapi apa yang terjadi sob? setelah Ane datang tepat jam 4 sore warung ini belumlah buka dan yang terlihat hanyalah Sang Penjual yang sedang sibuk menyiapkan keperluan yang harus mereka siapkan. Karena Ane penasaran sama bakmi nya maka Ane pun dengan sabar menunggunya. Kebetulan di warung ini tersedia juga sebuah koran maka sembari menunggu warungnya buka Ane habiskan untuk sekedar membaca - baca koran yang ada. Sesekali Ane pun bercakap - cakap dengan Sang Penjual yang setelahnya Ane ketahui kalau Bakmi Jawa Pak Rebo ini sudah di pegang oleh generasi ke-3.


Warungnya cukup luas dengan meja dan kursi tersusun rapi membujur dari depan ke belakang. Di salah satu sisi dindingnya terpasang sebuah backdrop yang menggambarkan kapan warung ini berdiri dan siapa pendirinya. Di situ tertulis kalau Bakmi Jawa Pak Rebo ini berdiri tahun 1940 dan didirikan oleh Pak Rebo sendiri. Rupanya Bakmi Jawa Pak Rebo ini menyediakan 3 varian menu yang dapat di pesan oleh pengunjungnya, ada bakmi goreng, bakmi nyemek dan bakmi rebus. Hal ini terlihat di backdrop di bagian dinding lainnya.


Sedangkan untuk daftar harga menunya, letaknya terpisah dari daftar menu itu sendiri dan menempel pada salah satu bagian tubuh dari gerobaknya. Untuk bakmi goreng, nyemek dan rebus biasa hanya dibanderol dengan harga 18k, sedangkan bila pengunjung menginginkan yang spesial maka ada tambahan bagian tubuh ayam seperti kepala, sayap, paha, brutu dan uritan yang dibanderol dengan harga 7k saja.


"Mau pesan apa mas?", suara terdengar dari Sang Penjual yang nampaknya sudah siap melayani Ane sebagai orang pembeli pertama di warungnya.
"Bakmi rebus yang spesial ya Pak dan minumannya jahe hangat aja", balas Ane dengan cepat karena sebelumnya Ane sudah memikirkannya.
"Baik mas, tunggu sebentar lagi ya mas?", timpal beliau.
"Baik Pak", jawab Ane.
Nah inilah sob yang Ane suka dari Bakmi jawa, yaitu pada proses pemasakannya. Bakmi jawa di masak satu persatu dan jelas tujuannya untuk menjaga citarasa bakmi jawa tersebut. Sehubungan Ane datangnya paling awal, maka Ane tak perlu menunggu terlalu lama lagi dan kini seporsi bakmi jawa rebus spesial dan wedang jahe sudah ada di depan mata Ane.



Seperti pada bakmi jawa pada umumnya, bakmi jawa ini disajikan dengan menggunakan piring. sepiring bakmi jawa godok terdiri dari kubis (kol), telur bebek, seledri, bawang goreng, suwiran daging ayam kampung dan bakminya itu sendiri serta mempunyai kuah yang agak keruh. Menurut Ane sob, secara visual mie yang digunakan strukturnya lebih kecil bila dibandingkan dengan mie pada Bakmi Kadin, berhubung Ane pesannya yang spesial tambah paha maka tak heran bila bakmi jawa godog ini penuh dengan suwiran daging ayam. Duh semakin nggak sabar saja Ane untuk segera mencicipinya.



Hemmmm, ternyata soal rasa tak perlu diragukan lagi secara warung bakmi ini ada sebelum proklamasi kemerdekaan, rasa kuahnya gurih banget dan pas di lidah, nggak amis walaupun telur bebeknya di ublek menjadi satu didalamnya, kelembutan mienya terasa di mulut, tapi ada yang Ane sayangkan sob yakni pada daging ayamnya yang ntah ini kebetulan atau tidak, kalau masalah enak sieh nggak perlu di tanya lagi secara inikan ayam kampung, cuman kok ya merasa agak alot saja saat Ane memakannya. Ah ntahlah, secara keseluruhan Bakmi jawa godog spesial ini Wuenak tenan, tak kalah dengan bakmi jawa Mbah Gito atau Pak Pele.


Josss
Habis juga akhirnya
Soal harga cukup bersahabat kok sob sama seperti pada bakmi jawa umumnya yang di jual di Kota Jogja ini yakni 18k untuk bakmi biasa, sehubung Ane memesan yang spesial maka uang yang harus Ane keluarkan sebesar 25k saja. Plus 4k untuk wedang jahenya.
Gambaran rute menuju Warung Bakmi Jawa Pak Rebo:
Dari Titik Nol Kilometer Jogja, bergeraklah ke arah timur (ke arah kiri bila dari arah Malioboro) melalui Jl. Senopati hingga perempatan lampu merah. Kemudian beloklah ke arah kanan (selatan) melalui Jl. Brigjend. Katamso melewati pertigaan lampu merah, Jogjatronik, dan Purawisata hingga kurang lebih 120 meter sebelum perempatan lampu merah pojok beteng wetan sobat akan menjumpai warung yang sobat maksud. Warung ini terletak di sebelah kiri (timur) jalan.



Akan mudah lagi bila sobat dari arah Alun - alun selatan Kota Jogja, dari sini ambil jalan ke arah timur melalui Jl. Mayjend. Sutoyo hingga perempatan lampu merah Pojok Beteng Wetan. Kemudian beloklah ke arah kiri (utara) hingga kurang lebih 120 meter sobat akan menjumpai warung yang sobat maksud. Warung ini terletak di sebelah kanan (timur) jalan.
Berdasarkan informasi yang Ane dapatkan dari penjualnya, Warung bakmi jawa Pak Rebo ini buka dari Jam setengah 5 sore hingga 10 malam.
Let's Go

Selasa, 26 April 2016

Lengketnya Nasi Goreng Pliket Pak Dakir


Sore ini mau makan dimana ya? setelah tadi pagi ngerasain Es Pisang Ijo dan Coto Makassar, rasanya ingin cari tempat yang baru lagi buat kulineran. Entah mengapa sob Ane kalau lagi malas - malasnya untuk keluar, ya paling cari tempat makan di sekitar kostan aja, tapi kalau lagi semangat - semangatnya dalam satu hari bisa mendatangi 2 atau 3 tempat sekaligus buat tempat makan. Maklum, di Jogja sendiri banyak sekali tempat - tempat makan yang bisa dikunjungi. Nah berhubung sekarang lagi semangat - semangatnya untuk keluar maka setelah tadi pagi mendatangi La Capila, sekarang mendatangi Warung Sate Pak dakir yang terletak di Jl. HOS Cokroaminoto 75 Jogja.



Tapi sob disini bukan satenya yang akan Ane coba, melainkan menu lainnya yaitu Nasi Goreng Pliket yang konon katanya mempunyai rasa yang nikmat dan enak sekali. Apakah benar begitu? Ntahlah, Ane sendiri tidak tahu karena sebelumnya Ane belum pernah mencobanya. Maka dari itu untuk membuktikannya Ane menyambangi warung ini di sore hari.




Sesampainya disini warung dalam keadaan sepi, hanya ada beberapa pengunjung saja yang sedang menikmati pesanannya. Warungnya cukup sederhana dengan meja dan kursi yang tertata secara rapi. Di bagian dinding warungnya tertempel daftar menu yang dapat Ane pesan. Namun ada yang unik sob, yakni terjadi pada menu nasi goreng pliketnya. Selama ini Ane hanya mengenal nasi goreng pliket saja tetapi begitu sampai disini Ane baru tahu kalau nasi goreng ini juga disebut dengan nasi goreng Butet. Konon katanya nasi goreng ini dinamakan demikian karena setiap kali Butet kesini, nasi goreng inilah yang beliau pesan. Ow gitu tow.



ternyata tak hanya Butet saja yang pernah kesini, tetapi pecinta kuliner nusantara pun pernah menyambangi tempat ini. Siapa lagi kalau bukan Pak Bondan, lalu Ane yang dirundung penasaran dan kebetulan Ane duduk tak jauh dari para pegawainya bekerja, bertanyalah Ane kepada mereka tentang kapan Pak Bondan berkunjung kesini dan salah satu dari mereka menjawab kalau Pak Bondan pernah mampir kesini tahun 2007. Waow, sudah lumayan lama juga ya.



Sang Pegawai tersebutpun tak lupa menanyakan tentang pesanan apa yang hendak Ane pesan. Dengan gesitnya Ane langsung menjawab Nasi Goreng Pliket untuk makanannya dan es tape hijau untuk minumannya. Pelayanannya pun terbilang cukup cepat, tak sampai 10 menit pesanan yang Ane pesan kini sudah ada di hadapan Ane.



Secara penampilan tak ada yang istimewa sob pada nasi goreng pliket ini, sama seperti nasi goreng pada umumnya terdapat potongan buah tomat, kubis (kol), dan taburan bawang goreng. Lalu dimana letak keistimewaannya? ternyata setelah tak aduk - aduk, Nasi goreng ini di masak dengan mencampurkan potongan daging kambing bagian lemak dan sumsumnya.



Lalu bagaimanakah dengan rasanya? Hmmm, untuk rasanya sendiri memang benar - benar lezat, semuanya serba pas di lidah, tak asin, tak juga manis serta memang nasi goreng ini terasa pliket di mulut. Ow iya sob kata "pliket" sendiri dalam bahasa Indonesia berarti lengket. Jadi ya kalau diartikan dalam bahasa Indonesia berarti Nasi goreng lengket. Eh nggak boleh dink, lawong nama kok diartikan. Jadi yang menjadikan nasi goreng ini pliket karena adanya campuran lemak dan sumsum daging kambingnya. Dua kata untuk ini," Wuenak tenan, Le leduk", bedalah dengan rasa nasi goreng - nasi goreng pada umumnya. Saking lahapnya kurang dari 12 menit


Habis sudah semuanya
Soal harga, tenang aja sob masih tergolong cukup bersahabat dengan kantong kita. Untuk semuanya dibanderol dengan harga 19k saja dengan rincian nasi goreng pliket 17k dan es tape hijau 2k. Sehubungan orangnya ramah Ane pun memutuskan untuk sedikit berbincang - bincang kepada Pak Dakirnya sendiri sambil Ane membayarnya,
Ane       : Ini dengan Pak Dakirnya sendiri bukan ya Pak?
Pak Dakir : Iya mas, saya Pak Dakirnya sendiri
Ane       : Wah, kebetulan Pak kalau begitu bisa ngobrol - ngobrol
            sedikit tentang warung bapak. Sudah lama ya pak warung 
            bapak ini berdiri?
Pak dakir : Iya mas, dari tahun 1966
Ane       : Bukanya dari jam berapa sampai jam berapa Pak?
Pak dakir : Saya itu buka dari jam setengah 5 kadang - kadang ya
            jam 4 sore hingga jam 10 malam. Itu saja sudah bisa
            menghidupi 10 karyawan mas termasuk saya sendiri. Jadi
            ya itu walaupun untung sedikit tapi merata
Ane       : Berkah berarti Pak
Pak Dakir : Ya itu mas maksud saya yang penting berkah.
Ane       : Benar Pak, benar. Kalau boleh tahu resep nasi goreng
            pliket ini darimana Pak? apakah dari percobaan bapak
            sendiri atau bagaimana?
Pak dakir : Ini dari resep orang tua saya mas.
Ane       : Eow, 
Sehubungan ada beberapa pengunjung yang datang lagi maka Ane segera meminta izin untuk pamit pulang dan beliau pun mempersilahkannya.
Berikut gambaran rute menuju Warung Sate Pak Dakir:



Dari Titik Nol Kilometer Jogja, bergeraklah ke arah barat (belok kanan bila dari arah Malioboro) hingga menemukan pertigaan lampu merah RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, masih lurus terus hingga menemukan perempatan lampu merah. Masih lurus lagi ke arah barat melalui Jalan Wirobrajan dan melewati jembatan hingga menemukan perempatan lampu merah lagi. Dari sini beloklah ke arah kanan (utara) hingga Jl. HOS Cokroaminoto 75 atau kurang lebih 20 meter sesudah Pasar Klithikan Pakuncen.



Warungnya berada tepat di sebelah barat laut dari Pasar Klithikan. 
Let's Go

Senin, 25 April 2016

La Capila, Tempatnya Makan Kuliner Khas Makassar di Jogja


Siapa sieh yang tak kenal dengan makanan khas Makassar terutama Coto Makassar dan Pisang Ijonya? pasti tahu donk dengan makanan yang satu ini. Nah gini sob, Ane sendiri sudah lama tahu tentang makanan - makanan tersebut dan Ane pun cukup penasaran dengannya. Tapi apa boleh buat, karena disibukkan dengan tugas - tugas kuliah akhirnya baru kemarin tanggal 14 April 2016 Ane berhasil kesampaian untuk nyicipinnya. Di Makassar? oh no, untuk mencicipinya tak harus terbang ke Makassar sob, di Jogja sendiri ada sebuah warung makan yang sangat rekomended buat didatangi dan warung tersebut adalah La Capila yang beralamatkan di Jl. Krasak, No. 5 Kotabaru, Yogyakarta. Warung La Capila ini berada tepat di depan Asrama Mahasiswa Provinsi Sulawesi Selatan. jadi berangkat dengan rasa penasaran itulah akhirnya Ane mendatanginya.



Kali ini Ane tak sendiri, Ane ditemani oleh seorang sahabat Ane Hurin yang mana dari dialah Ane tak perlu susah - susah buat mencari warung ini karena dia sudah pernah datang kesini sebelumnya. Sebelum sampai ke warungnya, dia bilang kalau warungnya selalu saja ramai dan bahkan saking ramainya kita bisa saja tak kebagian tempat duduk. Ane pun mengatakan kalau itu tak menjadi masalah, toh misal kita harus menunggu tempat duduk yang kosong terlebih dahulu itu tetap saja tak masalah.
Tanpa fikir panjang kita pun akhirnya berangkat menuju TeKaPe. Benar saja, sesampainya disini tempat duduk yang kosong cuman tinggal 1 meja. Warungnya cukup sederhana dengan meja dan kursi hanya ada beberapa saja. Sebuah daftar menu terlihat dengan jelas di salah satu sisi dinding warungnya. Jelas menu makanan yang di jual disini bukanlah gudeg khas Jogja, Pempek khas Palembang atau mendoan khas Banyumas, tapi menu makanan yang khas dari Sulawesi Selatan. Menu makanan tersebut diantaranya ada Coto Makassar, pisang ijo, barongko, es palu buntung, dan lain sebagainya.



"Mau pesan pisang ijo atau Coto mas?", tanya salah satu pegawainya kepada kita saat kita baru saja masuk kedalam warungnya.
"Saya pesan dua - duanya ya Bu", jawab Ane sambil meletakkan tas Ane di salah satu kursinya.
Sebenarnya Ane ingin sekali nyobain semua menu makanan yang ada, tapi apa boleh buat pastinya perut tak mampu menampung kesemuanya itu. Sesuai dengan tujuan awal Ane kesini, Ane pesan Coto Makassar dan es pisang ijo aja. Secara, ini pengalaman pertama Ane nyicipin makanan khas makassar tersebut dan tentunya yang paling dikenal dahulu yang Ane cicipin.
"Masnya?", tanya Sang Pegawai tersebut kepada Hurin.
"Es pisang Ijo aja Bu", jawab sahabat Ane karena memang tujuan awal dia kesini ingin merasakan Es Pisang Ijonya.
"Baik Mas", balas Sang Pegawai tersebut dengan cepat.
Pelayanannya terbilang sangat cepat sob, tak sampai 3 menit pesanan yang kita pesan pun kini sudah datang.



Owalah begini tow yang namanya Coto Makassar dan Es Pisang ijo itu, di satu sisi Ane sangat terpesona sob dan sekaligus heran dengan penampilan Es Pisang Ijonya tetapi di sisi lain Ane sangat terkejut dengan penampilan Coto Makassarnya. Terpesona karena penampilan es pisang Ijonya itu sungguh menarik, menggoda, dan sekaligus mengherankan kok bisa ya pisangnya di balut dengan balutan kulit yang berwarna hijau dan bisa di makan pula. Sepiring Es Pisang Ijo, selain pisangnya itu sendiri juga disajikan dengan bubur sumsum, kuah santan, dan diberi sirup berwarna merah.



Terkejut dengan Coto Makassarnya karena sejauh mata memandang yang terlihat hanya berupa kuah saja yang kental dan berwarna krem, tentu dengan potongan daging di dalamnya. Tak ada bahan lain yang dicampurkan seperti bihun, kol kedalmnya.
"Ini yang namanya Coto Makassar Rin?", tanya Ane kepada sahabat Ane dengan penuh keheranan.
"Iya Nis, ya itu Cotonya", Balas Hurin yang cukup meyakinkan kepada Ane kalau itulah yang dinamakan Coto Makassar.
"Nggak ada tambahan lain lagi pow?", timpal Ane lagi.
"Nggak ada, ya itu aja Nis", timpal dia yang membuat Ane yakin kalau seperti inilah yang dinamakan Coto Makassar itu.
"Cuman kalau mau ditambahkan kupatnya, ya itu tinggal ambil aja di piring", timpal dia lagi yang membuat Ane ngeh kalau memang cocok coto ini ditambahkan kupatnya.



Okelah kalau begitu, yuk sob langsung saja kita eksekusi bersama. Pertama untuk pisang ijonya, hmmm tak hanya pada penampilannya saja yang menarik dan menggoda, tetapi juga es pisang ijo ini mempunyai rasa yang enak nan lezat. Apa - apanya enak sob, mulai dari pisangnya yang terasa manis dan pas di lidah, balutan kulit dan bubur sumsumnya yang terasa lembut di mulut, hingga kuah santannya yang ditambahkan dengan pemanis berupa sirup berwarna merah yang benar - benar menyegarkan. Lengkap sudah dengan hadirnya es batu yang pas di santap di pagi hari menjelang siang ini. satu kata untuk ini, "Wuenak tenan, le leduk", tak kasih


Jempol
Sekarang pindah ke bagian Coto Makassarnya, biar mengenyangkan Ane tambahkan 2 potong ketupat kedalamnya. Hmmm rasanya enak juga dengan rasa bumbu rempahnya terasa kuat di lidah, agak gurih. Tapi kok Ane kurang suka ya sob masakan yang seperti ini, jadi ya nggak bisa menilai begitu saja. Mungkin bagi orang penyuka makanan yang berkuah kental dengan bumbu rempahnya yang kuat makanan ini termasuk makanan yang lezat. So, soal rasa kita boleh beda bukan?


Walaupun begitu, tetap habis donk
Soal harga cukup bersahabat kok sob, untuk semuanya hanya di banderol sebesar 23,5k saja dengan rincian semangkok Coto Makassar 14k, 2 buah ketupat yang masing - masing seharga 1k, dan sepiring es pisang ijo 7,5k.



Gambaran rute menuju La Capila:
Dari Jl. Malioboro, beloklah ke arah kanan (timur) menuju ke arah Stadion Kridosono melalui Jl. Abu Bakar Ali. Tepat setelah Gereja dan sebelum Stadion Kridosono, ada sebuah perempatan jalan. Dari sini beloklah ke arah kanan (selatan) melalui Jl. Krasak. Tak lama lagi sobat akan menjumpai warung yang sobat maksud.



Nah, Warung La Capila ini terletak di sebelah kiri (timur) jalan.
Warung ini buka setiap hari dari pukul 9 pagi hingga 4 sore.
Let's Go

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me