Di ruangan utama ini terutama yang terletak di sebelah barat terdapat dua buah kereta yang dikeramatkan dan di istimewakan, yaitu Kareta Kyai Garuda Yeksa dan Kareta Kanjeng Nyai Jimad. Sedangkan dua kereta lainnya yang tak kalah pentingnya adalah Kareta Kyai Manik Retno dan Kareta Kyai Harsunaba. Sudah membaca postingan Ane di bagian ke satu yang berjudul Mengintip Koleksi Museum Kereta Keraton Yogyakarta belum sob? Nah kalau belum silahkan di baca terlebih dahulu ya sob biar ceritanya nyambung.
Kereta yang pertama akan Ane ceritakan adalah Kareta Kyai Garuda Yeksa. Kereta tersebut di buat pada tahun 1861 di Belanda dan digunakan untuk penobatan seorang sultan.
Mungkin sobat pernah bercanda atau bergurau dengan orang lain kalau nanti meninggal dunia dinaikkan ke kereta kencana? Yapz, nama asli kereta kencana tersebut tak lain dan tak bukan adalah Kareta Kyai Garuda Yeksa. Pantas saja kereta ini biasa digunakan bahan candaan bagi kebanyakan orang karena sungguh mewahnya kereta ini dengan hiasan yang ada di kereta ini di lapisi emas 18 karat. Selain itu kaca yang menghiasi sebagian besar kereta terbuat dari kristal.
Menururt berbagai sumber yang Ane dapatkan, Kereta ini merupakan salah satu kereta yang dikeramatkan. Dilakukan upacara pemandian setiap setahun sekali di bulan Syuro. Ada satu hal yang unik dari kereta tersebut yaitu apabila pintu kereta di buka maka akan ada tangga turun secara otomatis dengan sendirinya. Wah hebat ya!!! berikut gambar keretanya.
Di sebelah timur dari Kareta Kyai Garuda Yeksa terdapat Kareta Kyai Manik Retno. Kereta yang di buat di Belanda pada tahun 1815 ini dipergunakan untuk pesiar Sultan bersama Permaisuri.
Keluar dari ruangan utama yang terletak di sebelah barat, Ane tidak sadar dan luput dari perhatian kalau di luar ruangan utama terdapat penjelasan mengenai kereta - kereta yang ada di dalamnya. Ane tak habis fikir mengapa penjelasan - penjelasan mengenai kereta tersebut tidak di taruh saja di dekat kereta yang bersangkutan yaw? sehingga penjelasan - penjelasan tersebut tidak terlewatkan secara kasat mata oleh para wisatawan yang datang. Kalau begini keadaannya kan bisa sia - sia saja tidak ada yang membacanya. Inilah gambarnya.
Semua jenis kereta mempunyai kesamaan yakni sama - sama mempunyai roda yang dibalut karet mati tanpa angin.
Dengan mengetahui kebudayaan dan sejarah melaui museum - museum yang dimiliki oleh Kota Yogyakarta ini, Ane semakin bangga dan cinta terhadap Yogyakarta. Yuk mari belajar kebudayaan maupun sejarah melalui museum - museum yang ada.
Begitulah kira - kira cerita petualangan Ane di Museum Kereta Keraton ini, semoga sedikit catatan Ane ini bisa memberikan sedikit manfaat bagi yang membacanya. Sampai jumpa.
Mungkin sobat pernah bercanda atau bergurau dengan orang lain kalau nanti meninggal dunia dinaikkan ke kereta kencana? Yapz, nama asli kereta kencana tersebut tak lain dan tak bukan adalah Kareta Kyai Garuda Yeksa. Pantas saja kereta ini biasa digunakan bahan candaan bagi kebanyakan orang karena sungguh mewahnya kereta ini dengan hiasan yang ada di kereta ini di lapisi emas 18 karat. Selain itu kaca yang menghiasi sebagian besar kereta terbuat dari kristal.
Menururt berbagai sumber yang Ane dapatkan, Kereta ini merupakan salah satu kereta yang dikeramatkan. Dilakukan upacara pemandian setiap setahun sekali di bulan Syuro. Ada satu hal yang unik dari kereta tersebut yaitu apabila pintu kereta di buka maka akan ada tangga turun secara otomatis dengan sendirinya. Wah hebat ya!!! berikut gambar keretanya.
Gambar Kareta Kyai Garuda Yeksa tampak depan |
Gambar Kareta Kyai Garuda Yeksa tampak belakang |
Di ruangan ini juga terdapat Kareta Kyai Harsunaba yang digunakan sebagai sarana transportasi sehari - hari oleh Sultan.
Ada yang aneh dengan nama kereta yang satu ini. Bagaimana tidak, kebanyakan kereta yang ada di museum tersemat di nama depan dengan kata "Kyai" sehingga terkesan maskulin tetapi tidak pada kereta ini. Kareta Kanjeng Nyai Jimad, itulah namanya. Kereta yang di buat di Belanda ini dahulunya digunakan pada upacara penobatan pada zaman Sri Sultan Hamengku Buwono I - Sri Sultan Hamengku Buwono III. Kereta ini merupakan salah satu kereta yang dikeramatkan sehingga setahun sekali pada bulan syuro dilakukan upacara pemandian.
Secara tidak sengaja Ane mendengar seorang pemandu wisata yang sedang menjelaskan mengenai kereta tersebut kepada rombongan para wisatawan, seorang pemandu tersebut menjelaskan kalau Kareta Kanjeng Nyai Jimad ini merupakan pusaka keraton dan kereta tertua yang dimiliki oleh Kesultanan Yogyakarta. Jika memang benar begitu adanya berarti kereta tersebut bisa di bilang nenek moyangnya kereta yang ada di Museum Kareta Karaton Ngayogyakarta. Wow.
Memasuki ruangan utama di sebelah timur / depan, Ane melihat beberapa kereta yang tersedia di antaranya sebagai berikut.
Kalau kebanyakan kereta di buat di negara Eropa, berbeda dengan kereta yang satu ini. Kareta Roto Praloyo lah namanya, kereta yang di buat tahun 1938 dan merupakan kereta asli buatan Yogyakarta yang digunakan untuk membawa jenazah Sultan dari Keraton menuju pemakaman raja - raja di Imogiri.
Selain itu terdapat juga kereta yang di buat asli di Yogyakarta yaitu Kareta Kyai Jetayu. Kereta yang di buat pada tahun 1931 ini diperuntukkan untuk alat transportasi puteri - puteri Sultan yang masih remaja.
Masih dalam ruangan yang sama terdapat Kareta Kyai Wimono Putro yang dibeli oleh Sri Sultan HB VI tahun 1860 dan digunakan pada saat upacara pengangkatan putera mahkota. Kondisinya masih asli berwarna menyerupai kayu.
Sebelum meninggalkan museum, inilah narsis terakhir Ane bersama kereta - kereta yang berjajar secara rapi sebelah selatan bagian dalam Museum, hehehe.
Di sudut bagian tenggara dalam museum terdapat pakaian yang sepertinya digunakan oleh para abdi dalem ketika sedang mengemudikan kereta dalam acara atau hajatan yang diselenggarakan oleh Keraton Kasultanan Yogyakarta.
Sambil duduk Ane berfikir ternyata eh ternyata banyak juga koleksi kereta yang dimiliki oleh Keraton Kesultanan Yogyakarta ini. Menurut pengamatan Ane dari semua kereta yang ada setidaknya ada tiga bentuk atau model kereta kuda.
Pertama: Kereta kuda roda dua tanpa atap,
Kedua : Kereta kuda roda empat tanpa atap, dan
Ketiga : Kereta kuda roda empat dengan atap.
Dengan mengetahui kebudayaan dan sejarah melaui museum - museum yang dimiliki oleh Kota Yogyakarta ini, Ane semakin bangga dan cinta terhadap Yogyakarta. Yuk mari belajar kebudayaan maupun sejarah melalui museum - museum yang ada.
Begitulah kira - kira cerita petualangan Ane di Museum Kereta Keraton ini, semoga sedikit catatan Ane ini bisa memberikan sedikit manfaat bagi yang membacanya. Sampai jumpa.