Jumat, 27 Februari 2015

Mengintip Koleksi Museum Kereta Keraton Yogyakarta (Part 2)

Di ruangan utama ini terutama yang terletak di sebelah barat terdapat dua buah kereta yang dikeramatkan dan di istimewakan, yaitu Kareta Kyai Garuda Yeksa dan Kareta Kanjeng Nyai Jimad. Sedangkan dua kereta lainnya yang tak kalah pentingnya adalah Kareta Kyai Manik Retno dan Kareta Kyai Harsunaba. Sudah membaca postingan Ane di bagian ke satu yang berjudul Mengintip Koleksi Museum Kereta Keraton Yogyakarta belum sob? Nah kalau belum silahkan di baca terlebih dahulu ya sob biar ceritanya nyambung.


Kereta yang pertama akan Ane ceritakan adalah Kareta Kyai Garuda Yeksa. Kereta tersebut di buat pada tahun 1861 di Belanda dan digunakan untuk penobatan seorang sultan.
Mungkin sobat pernah bercanda atau bergurau dengan orang lain kalau nanti meninggal dunia dinaikkan ke kereta kencana? Yapz, nama asli kereta kencana tersebut tak lain dan tak bukan adalah Kareta Kyai Garuda Yeksa. Pantas saja kereta ini biasa digunakan bahan candaan bagi kebanyakan orang karena sungguh mewahnya kereta ini dengan hiasan yang ada di kereta ini di lapisi emas 18 karat. Selain itu kaca yang menghiasi sebagian besar kereta terbuat dari kristal.
Menururt berbagai sumber yang Ane dapatkan, Kereta ini merupakan salah satu kereta yang dikeramatkan. Dilakukan upacara pemandian setiap setahun sekali di bulan Syuro. Ada satu hal yang unik dari kereta tersebut yaitu apabila pintu kereta di buka maka akan ada tangga turun secara otomatis dengan sendirinya. Wah hebat ya!!! berikut gambar keretanya.


Gambar Kareta Kyai Garuda Yeksa tampak depan
Gambar Kareta Kyai Garuda Yeksa tampak belakang
Di sebelah timur dari Kareta Kyai Garuda Yeksa terdapat Kareta Kyai Manik Retno. Kereta yang di buat di Belanda pada tahun 1815 ini dipergunakan untuk pesiar Sultan bersama Permaisuri.



Di ruangan ini juga terdapat Kareta Kyai Harsunaba yang digunakan sebagai sarana transportasi sehari - hari oleh Sultan.


Ada yang aneh dengan nama kereta yang satu ini. Bagaimana tidak, kebanyakan kereta yang ada di museum tersemat di nama depan dengan kata "Kyai" sehingga terkesan maskulin tetapi tidak pada kereta ini. Kareta Kanjeng Nyai Jimad, itulah namanya. Kereta yang di buat di Belanda ini dahulunya digunakan pada upacara penobatan pada zaman Sri Sultan Hamengku Buwono I - Sri Sultan Hamengku Buwono III. Kereta ini merupakan salah satu kereta yang dikeramatkan sehingga setahun sekali pada bulan syuro dilakukan upacara pemandian.
Secara tidak sengaja Ane mendengar seorang pemandu wisata yang sedang menjelaskan mengenai kereta tersebut kepada rombongan para wisatawan, seorang pemandu tersebut menjelaskan kalau Kareta Kanjeng Nyai Jimad ini merupakan pusaka keraton dan kereta tertua yang dimiliki oleh Kesultanan Yogyakarta. Jika memang benar begitu adanya berarti kereta tersebut bisa di bilang nenek moyangnya kereta yang ada di Museum Kareta Karaton Ngayogyakarta. Wow.


Keluar dari ruangan utama yang terletak di sebelah barat, Ane tidak sadar dan luput dari perhatian kalau di luar ruangan utama terdapat penjelasan mengenai kereta - kereta yang ada di dalamnya. Ane tak habis fikir mengapa penjelasan - penjelasan mengenai kereta tersebut tidak di taruh saja di dekat kereta yang bersangkutan yaw? sehingga penjelasan - penjelasan tersebut tidak terlewatkan secara kasat mata oleh para wisatawan yang datang. Kalau begini keadaannya kan bisa sia - sia saja tidak ada yang membacanya. Inilah gambarnya.



Memasuki ruangan utama di sebelah timur / depan, Ane melihat beberapa kereta yang tersedia di antaranya sebagai berikut.
Kalau kebanyakan kereta di buat di negara Eropa, berbeda dengan kereta yang satu ini. Kareta Roto Praloyo lah namanya, kereta yang di buat tahun 1938 dan merupakan kereta asli buatan Yogyakarta yang digunakan untuk membawa jenazah Sultan dari Keraton menuju pemakaman raja - raja di Imogiri.


Selain itu terdapat juga kereta yang di buat asli di Yogyakarta yaitu Kareta Kyai Jetayu. Kereta yang di buat pada tahun 1931 ini diperuntukkan untuk alat transportasi puteri - puteri Sultan yang masih remaja.


Masih dalam ruangan yang sama terdapat Kareta Kyai Wimono Putro yang dibeli oleh Sri Sultan HB VI tahun 1860 dan digunakan pada saat upacara pengangkatan putera mahkota. Kondisinya masih asli berwarna menyerupai kayu.


Sebelum meninggalkan museum, inilah narsis terakhir Ane bersama kereta - kereta yang berjajar secara rapi sebelah selatan bagian dalam Museum, hehehe.


Di sudut bagian tenggara dalam museum terdapat pakaian yang sepertinya digunakan oleh para abdi dalem ketika sedang mengemudikan kereta dalam acara atau hajatan yang diselenggarakan oleh Keraton Kasultanan Yogyakarta.
Sambil duduk Ane berfikir ternyata eh ternyata banyak juga koleksi kereta yang dimiliki oleh Keraton Kesultanan Yogyakarta ini. Menurut pengamatan Ane dari semua kereta yang ada setidaknya ada tiga bentuk atau model kereta kuda. 
Pertama: Kereta kuda roda dua tanpa atap,
Kedua  : Kereta kuda roda empat tanpa atap, dan
Ketiga : Kereta kuda roda empat dengan atap.


Semua jenis kereta mempunyai kesamaan yakni sama - sama mempunyai roda yang dibalut karet mati tanpa angin.
Dengan mengetahui kebudayaan dan sejarah melaui museum - museum yang dimiliki oleh Kota Yogyakarta ini, Ane semakin bangga dan cinta terhadap Yogyakarta. Yuk mari belajar kebudayaan maupun sejarah melalui museum - museum yang ada.
Begitulah kira - kira cerita petualangan Ane di Museum Kereta Keraton ini, semoga sedikit catatan Ane ini bisa memberikan sedikit manfaat bagi yang membacanya. Sampai jumpa.
Let's Go

Kamis, 26 Februari 2015

Mengintip Koleksi Museum Kereta Keraton Yogyakarta

Beranjak dari Museum Sonobudoyo, Museum Koleksi Barang Seni Kebudayaan (Part 3), Ane menuju ke Museum Kereta Keraton Yogyakarta. Ane sebenarnya masih bingung dengan penamaan Museum ini. Nama museum yang benar itu Museum Kareta Karaton Ngayogyakarta atau Museum Kereta Keraton Ngayogyakarta? jelas kalau Ngayogyakarta itu adalah nama asli yang biasa orang menyebutnya dengan Yogyakarta. Nah yang dua huruf "kareta karaton" itu loh yang membuat Ane bingung.
Namun Ane ada yang lupa rupanya bahwa bahasa jawa dengan bahasa indonesia itu tidak jauh berbeda, kata "kareta karaton" di sini mungkin versi bahasa jawanya sedangkan dalam versi bahasa indonesia yakni kereta keraton.


Jarak antara Museum Sonobudoyo dengan Museum Kereta Keraton Yogyakarta tidaklah jauh hanya terpaut kurang lebih 150 meter saja karena masih berada dalam satu kompleks. Museum ini beralamat di Jl. Rotowijayan, tepat di sebelah barat bangunan keraton Yogyakarta. Bangunan museumnya tidaklah begitu luas namun memiliki nilai seni yang tinggi di bagian arsitektur bangunannya. Disinilah berbagai macam koleksi kereta kuda milik kesultanan Yogyakarta di simpan. Untuk memasukinya Ane dikenakan tarif tiket seharga 7K (biaya tersebut sudah termasuk biaya parkir dan ijin foto). Murah bukan?



Ada fasilitas guide lokal yang disediakan di sini bagi para pengunjung jika ingin menggunakannya. Saran Ane jika sobat datang kesini, gunakanlah jasa guide tersebut agar tidak hanya mengetahui koleksi kereta yang ada tetapi juga mengetahui lebih jauh cerita dan latar belakang kereta.
Di dalam gedung bagian depan disambutlah Ane oleh sebuah kereta yang bernama Kareta Kyai Jongwiyat. Kereta yang di buat oleh Belanda pada tahun 1880 ini dahulu biasa di pakai sebagai kendaraan komandan prajurit.


Di sebelah utara dalam gedung terdapat kereta yang berjajar - jajar dengan rapi nampaknya kereta - kereta yang ada di sini terawat dengan baik.



Lalu apa saja kereta yang ada di sebelah utara ini? berikut ulasannya. Di bagian depan terdapat Kareta Kyai Jolodoro. Kereta ini di buat pada tahun 1815 di Belanda yang berfungsi sebagai kereta pengendali.



Di sebelah barat Kareta Kyai Jolodoro terdapat Kareta Kyai Roto Biru. Kereta Roto Biru di buat tahun 1901 dan dipergunakan untuk manggala yudha bagi panglima perang. Mungkin karena warna yang mendominasi kereta ini adalah berwarna biru maka kereta tersebut dinamakan Kyai Roto Biru.


Di sebelah barat dari Kareta Kyai Roto Biru terdapat Kareta Kyai Rejo Pawoko. Kereta yang berwarna cokelat ini di buat tahun 1901 yang diperuntukkan sebagai sarana transportasi adik - adik sultan.


Berdasarkan fakta di atas dapat kita ketahui bersama bahwa kereta di sini memiliki nama dan fungsinya masing - masing sesuai dengan keperuntukannya. Selain itu kebanyakan kereta di datangkan dari Eropa. Di setiap kereta terdapat tulisan yang melarang pengunjung untuk menaiki kereta tersebut. Mungkin hal ini mempunyai maksud agar kereta yang ada tetap terjaga dengan baik. Coba bayangkan saja kalau setiap pengunjung yang datang diperbolehkan menaiki kereta tersebut, tentunya akan beresiko mengalami kerusakan lebih besar dan kalu sudah rusak tentunya tidak bisa dinikmati oleh generasi yang akan datang. Sayang kan?
Di sebelah barat Kareta Kyai Rejo Pawoko terdapat Kareta Landower Ngabean.


Sebelah barat Kareta Kyai Rejo Pawoko terdapat Kareta Premili. Konon kabarnya kereta ini di buat di semarang pada tahun 1925, namun spare-part nya didatangkan dari negara kincir angin. Kegunaan kereta ini adalah untuk menjemput penari - penari keraton.


Bergerak ke arah barat lagi Ane bertemu dengan Kareta Kus No: 10. Sama seperti kereta - kereta sebelumnya, kereta ini di buat di negara kincir angin pada tahun 1901.


Perlu diketahui juga sob ternyata sebagian besar kereta di sini masih digunakan oleh keraton ketika Kasultanan Yogyakarta mempunyai hajatan atau acara dalam gelaran - gelaran budaya lo. Selain itu sebagian kereta yang ada di sini sudah mengalami perbaikan, misalnya saja warna cat.
Di bagian barat laut dalam museum ini terdapat juga accessoris prajurit keraton yang di simpan di dalam sebuah buffet yang cukup besar. Mungkin accesoris inilah yang biasa digunakan dalam acara misalnya grebeg mulud, dan lain sebagainya.



Adapun di bagian sebelah selatan dalam gedung terdapat beberapa kereta, diantaranya Kareta Kyai Kutha Kaharjo, Kareta Kus Gading, Kareta Kyai Puspoko Manik, dll.
Berbeda dengan kereta yang lainnya yang di buat di Amsterdam, Kareta Kyai Kutha Kaharjo ini di buat di Berlin pada tahun 1927. Kegunaan kereta ini adalah untuk mengiringi acara - acara yang diselenggarakan oleh keraton.


Di sebelah timur Kareta Kutha Kaharjo terdapat Kareta Kus Gading yang di buat di Amsterdam.


Di sebelah timur Kareta Kus Gading terdapat Kareta Kyai Puspoko Manik. Kereta ini di buat di Belanda dan digunakan sebagai pengiring acara - acara yang diselenggarakan oleh keraton.


Puas mengeksplorer bagian luar ruangan utama karena memang di Museum Kareta Karaton ini terdapat dua ruangan utama, Ane bergerak masuk ke dalam ruangan utama yang digunakan untuk menyimpan beberapa kereta yang dikeramatkan.
Pasti sobat penasaran kan mengenai lanjutan ceritanya? silahkan di lanjut: 
Mengintip Koleksi Museum Kereta Keraton Yogyakarta Part 2
Let's Go

Rabu, 25 Februari 2015

Museum Sonobudoyo, Museum Koleksi Barang Seni Kebudayaan (Part 3)

Puas menikmati Ruang Topeng Ane bergerak menuju Ruang Jawa Tengah yang merupakan ruang yang ketujuh dari sebelas ruang yang ada di museum. Sudah membaca postingan Ane sebelumnya yang berjudul Museum Sonobudoyo, Museum Koleksi Barang Seni Kebudayaan (Part 2) belum sob? bila belum silahkan membacanya terlebih dahulu ya supaya ceritanya nyambung.
Dahulunya Museum Sonobudoyo berada di bawah naungan Java Institute yang merupakan sebuah yayasan yang bergerak di bidang kebudayaan Jawa, Madura, Bali, dan Lombok. Tak heran bila koleksi yang ada di museum ini mencerminkan kebudayaan yang dimiliki oleh daerah - daerah tersebut. Salah satu yang terdapat di Ruang Jawa tengah ini adalah corak ukiran kayu yang terkenal dari Jawa Tengah, contohnya ukiran kayu seperangkat meja dan kursi dari Jepara. Selain itu terdapat juga miniatur Candi Borobudur dan jenis barang lainnya.

Corak ukiran kayu dari Jepara
Miniatur Candi Borobudur
Meninggalkan Ruang Jawa Tengah bergerak ke ruang yang ke delapan yaitu Ruang Emas. Barang - barang yang ditampilkan di sini kebanyakan terbuat dari kuningan, tembaga, dan perak.


Salah satu contoh yang terbuat dari kuningan adalah ceret. Ceret yang terbuat dari kuningan ini menggunakan teknik tempa. Ceret merupakan wadah/tempat untuk memasak air dengan cara di rebus, tetapi tidak jarang pula ceret digunakan sebagai wadah untuk memasak sekaligus menyimpan air. Pada beberapa kelompok masyarakat ceret juga dapat digunakan sebagai tempat untuk memasak ramuan obat - obatan atau jamu tradisional.



Sedangkan salah satu contoh barang yang terbuat dari perak adalah perkakas makan. Berbeda dengan perkakas makan yang biasa kita miliki pada umumnya polos, perkakas makan di sini terdapat ukiran - ukiran yang sepertinya berupa motif batik.


Keluar dari Ruang Emas Ane dihadapkan pada sebuah latar terbuka yang tidak begitu luas namun terdapat sebuah bale yang baru Ane ketahui namanya kalau bale tersebut adalah Bale Banjar dan sebuah gapura yang bercorak bali. Bale Banjar tersebut biasanya berada di dalam Kompleks Candi Bentar, sebagai tempat upacara daur hidup dan untuk bermusyawarah. Lelah sudah Ane dalam menikmati museum Sonobudoyo ini, istirahat sebentar di bale ini sambil menikmati suasana Bali yang begitu kental terasa di sini.

Gapura bercorak Bali
Bale Banjar
Ane kira petualangan Ane sudah berakhir sampai di sini, ternyata eh ternyata masih ada beberapa ruangan lagi yang harus Ane lewati. Beranjak dari bale menuju ke ruang yang ke sembilan yaitu Ruang Keris.


Ruangannya cukup kecil sehingga hanya terdapat beberapa macam saja yang ditampilkan di sini. Konon katanya di Museum Sonobudoyo ini banyak mempunyai koleksi keris ntah kenapa hanya beberapa saja yang ditampilkan di sini. Mungkin tempatnya yang tidak memungkinkan atau dengan menampilkan beberapa keris saja sudah mewakili semuanya. Tidak hanya menampilkan kerisnya saja, terdapat juga cara pembuatan keris yang ternyata tidak mudah dalam proses pembuatannya dan memakan waktu yang berbulan - bulan.

Proses pembuatan keris
"Cublak - cublak suweng, suwenge teng gelenter, mambu ketudhung gudel, pak empong orong - orong, mBok sir - sir bom - bok bok sir kate. Sir sir plek/plong dele kaplak / gosong ora enak".
Bunyi lagu di atas mengingatkan Ane akan masa bahagia kecil Ane. Tahu tidak sobat lagu tersebut? yap, lagu Permainan Cublak - cublak Suweng. Lagu di atas terdapat di ruang permainan tradisional yang terletak di sebelah selatan dari ruang keris. Selain itu terdapat juga lagu Permainan Jamuran dan Permainan Ancak - ancak Alis.
Oke deh Ane kasih satu lagi lagu yang cukup populer yaitu Lagu Permainan Jamuran. Beginilah bunyinya," Jamuran, jamuran ya ge ge thok, jamur apa ya ge ge thok, jamur, gajih mrecicil. Sak ara - ara, Semprat - semprit jamur apa?".
Sesudah bernyanyi, anak - anak bertanya pada pihak yang kalah: "Ayo, jamur apa?" 
Menarik bukan? namun sayang berbeda dengan masa kecil terdahulu, pada zaman sekarang sudah jarang dijumpai mainan - mainan tradisional tersebut. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya arus globalisasi dan kemajuan teknologi sehingga permainan yang ada sekarang relatif baru atau modern. Padahal permainan - permainan tradisional tersebut selain mengasah otak di kalangan Anak juga sebagai media belajar berkomunikasi antar anak.



Puas mengingat masa lalu perjalanan selanjuntnya menuju ke Ruang terakhir yaitu Ruang Bali. Sebelum bercerita lebih jauh, ijinkan Ane mengikuti gaya sebuah patung terlebih dahulu ya sob, hehe.


Hayo main tebak - tebakan sob, gambar di atas menggambarkan seseorang lagi melakukan apa? hayo.
Oke deh, Ane kasih tahu jawabannya: bukan sedang galau atau sedih di putusin sang pacar ya, hehe, melainkan patung tersebut menggambarkan salah satu gerakan tarian seorang penari yang mana penari tersebut tidak sadar melakukannya. 
Di ruang Bali ini Ane disuguhi berbagai kebudayaan Bali mengenai Yadnya (upacara) maupun bentuk seni pahat atau seni lukisnya. Inilah beberapa gambar yang berhasil Ane abadikan.




Puas sudah Ane dalam mengeksplorer museum ini, sebenarnya masih ada satu ruangan lagi yang bisa dikunjungi yaitu Ruangan perpustakaan yang mengoleksi berbagai literatur jawa kuno. Ane tidak mempir ke ruangan tersebut dan memilih melanjutkan perjalanan ke Mengintip Koleksi Museum Kereta Keraton Yogyakarta.

Pintu keluar museum
Bagi sobat yang kebetulan datang ke mari dan merasa lapar atau haus, jangan khawatir karena Museum Sonobudoyo ini terletak tepat di sebelah utara Alun - alun Kota Yogyakarta yang tentunya banyak tersedia warung - warung penjual makanan atau minuman. Sampai jumpa.
Let's Go

Selasa, 24 Februari 2015

Museum Sonobudoyo, Museum Koleksi Barang Seni Kebudayaan (Part 2)

Setelah puas menikmati ruang yang ke tiga ini, Ane langkahkan kaki menuju ruang yang ke empat yaitu Ruang Batik. Namun sebelumnya silahkan di baca terlebih dahulu postingan Ane yang berjudul Museum Sonobudoyo, Museum Koleksi Barang Seni Kebudayaan ya sob supaya nyambung ceritanya.
Kita tentunya sudah mengetahui kalau batik sudah menjadi warisan dunia yang berasal dari negara kita tercinta, tetapi apakah sobat sudah mengetahui peralatan apa saja yang biasa digunakan untuk membatik? nah kalau belum berikut bisa sobat cermati peralatan apa saja yang biasa digunakan untuk membatik.

Ane di depan peralatan membatik
Gambar yang menjelaskan gambar di atas
Tidak hanya itu saja, di ruang batik ini juga terdapat motif - motif batik dan hasil batik yang siap di pakai.

Motif - motif batik
Hasil kain batik yang sudah jadi
Hasil pakaian batik yang sudah digunakan
Berbeda dengan apa yang ditampilkan di ruang empat, di ruang lima ini menampilkan berbagai koleksi macam wayang yang menggambarkan berbagai jenis cerita.
Bagi sobat yang hobi dengan wayang kulit tentunya sudah tidak asing lagi dengan cerita tentang adegan gara - gara yang memperlihatkan Semar dan ketiga puteranya (Gareng, Petruk, dan Bagong). Nah disini Semar dan ketiga puteranya dimasukkan dalam Simpingan Wayang Kulit Purwa dimana satu simpingan lengkap wayang kulit purwa secara umum terdiri dari kurang lebih 144 wayang. Berikut gambarnya.




Bagi sobat semua tentunya juga tidak asing lagi dengan cerita dari dongeng kancil bukan? misalnya cerita antara kancil dengan buaya dimana si kancil menipu buaya yang akan memakannya. Namun dengan kecerdikannya si Kancil tersebut berhasil terhindar dari ganasnya mulut buaya. Dari cerita dongeng kancil inilah wayang kancil di buat dengan menggunakan bahan kulit kerbau dan teknik yang digunakan adalah teknik tatah dan sungging.


Waaaaw, Ekspresi Ane di depan Wayang Kancil
Selain kedua macam wayang di atas, terdapat juga Wayang Sadat dan Wayang Wahyu serta masih banyak lagi lainnya.

Wayang Sadat
Wayang Wahyu
Bergerak ke arah barat selanjutnya Ane memasuki ruang yang ke enam yaitu Ruang Topeng yang menampilkan berbagai jenis topeng dari berbagai daerah. Misalnya topeng dari Yogyakarta cerita tentang panji, topeng dari Cirebon cerita tentang Mahabharata, topeng dari Bali cerita tentang Ramayana, dan lain sebagainya.





Selain berbagai jenis topeng dari berbagai daerah tersebut, Ada yang menurut Ane menarik untuk di cermati di dalam museum ini khususnya di ruang topeng yaitu terdapat topeng figur manusia yang menggambarkan perwatakan manusia dilihat dari raut mukanya. Ada figur seram, lucu, cacat mulut, cacat mulut dan mata, serta cacat cacar.
Masih semangat kan sob untuk mengikuti cerita Ane selanjutnya? cekidot silahkan di klik di bawah ini
Museum Sonobudoyo, Museum Koleksi Barang Seni Kebudayaan (Part 3)
Let's Go

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me