Bermula dari searching - searching di internet tentang gudeg - gudeg yang ada di Yogyakarta, ntah kenapa timbul penasaran Ane mengenai salah satu macam gudeg yaitu Gudeg Pawon. Konon menurut informasi yang Ane dapat bahwa untuk merasakan gudeg ini harus pada tengah malam karena mulai buka pada pukul setengah 11 sampai dengan 2 pagi dan makannya langsung di pawon.
Nah, Pada sore hari itu Ane langsung kepingin banget merasakan seperti apa sieh rasanya Gudeg Pawon yang sudah menjadi salah satu kuliner yang wajib di coba ketika di Yogyakarta ini. Pada saat itu juga Ane memutuskan untuk berencana mencicipinya nanti malam.
Pada awalnya Ane mengajak seorang teman Ane, tapi akhirnya dia tidak jadi ikud. Ya sudah tak apalah, pukul setengah 11 malam berangkatlah Ane seorang diri menuju ke Gudeg Pawon ini. Tidak butuh waktu lama untuk sampai kesini dari tempat tinggal Ane, hanya sekitar kurang lebih 10 menit saja.
Ane kaget setelah sampai di sini, ternyata sudah banyak sekali yang makan di sini. Hal ini ditandai dengan banyaknya kendaraan bermotor baik berupa sepeda motor maupun mobil. Ane lalu bertanya kepada sorang tukang parkir jam berapakah Gudeg Pawon ini buka. Dia menjawab jam 10 malam mas.
Papan nama Gudeg Pawon yang terletak di depan lokasi |
Sontak Ane kaget, sebelumnya Ane mengumpulkan berbagai informasi tentang Gudeg Pawon ini dan Ane peroleh salah satunya pembukaan Gudeg Pawon ini jam setengah 11 malam. Ew, ternyata itu salah dan yang benar jam buka nya jam 10 malam. Mungkin itu data yang dahulu dan pada tahun 2015 ini belum di update. Kenapa Ane mempermasalahkan jam buka ini? inilah jawabannya.
Takut kehabisan. Bisakah di terima alasan ane? Oke, dari parkiran motor Ane berjalan kaki memasuki gang yang cukup kecil untuk sampai ke tempatnya. Benar bahwa Ane harus rela mengantri lumayan panjang untuk dapat menikmatinya.
Antrian Panjang di Pawonnya |
Jangan membayangkan kalau Ane mengantri di sebuah restoran atau warung makan yang terlihat bagus sob, justru Ane mengantri di sebuah pawon. Ada yang tahu tidak pawon itu apa? Ada yang tahu?. Bagi yang belum tahu okelah Ane kasih tahu sedikit, kalau pawon itu istilah dalam bahasa jawanya sedangkan dalam bahasa indonesianya di sebut dengan dapur. Dapur? iya dapur yaitu tempat memasak berbagai macam makanan yang biasa dilakukan oleh seorang ibu pada umumnya.
Inilah salah satu bukti nyata yang dapat Ane kasih, yaitu terdapat luweng (dalam bahasa indonesia yang berarti lubang) dan berbagai peralatan memasak. Dahulu Luweng inilah yang biasa digunakan untuk memasak layaknya seperti kompor yang sudah kita kenal sekarang ini. Luweng dan peralatan memasak ini terletak di sebelah utara dari Pawon ini.
Luweng dan berbagai peralatan masak di Pawon |
Disinilah keunikan dari Gudeg Pawon ini yaitu menikmati gudegnya langsung dari pawon jadi serasa di rumah sendiri. Tetapi, jangan ngaku - ngaku kalau gudeg ini milikmu yaw sob, ntar mentang - mentang makan di pawon dan sudah menganggap ini sebagai rumah kamu sendiri ujung - ujungnya gak mau membayar, hahaha (piss).
Cukup lama sudah Ane mengantri dan kini Ane sudah semakin dekat dengan gudegnya. Tentunya terdapat gudeg itu sendiri, krecek dilengkapi dengan lombok hijau, dan tersedia juga telur dan daging ayam sebagai lauknya. So, tinggal pilih mana yang sobat suka jika datang ke gudeg pawon ini.
Gudeg Pawon, Krecek, dan Telor yang tersedia |
Terdapat juga daging ayam |
Ane sempat bingung mau pakai apa lauknya, tapi setelah di timang - timang dan di fikir - fikir lagi jatuhlah pilihan Ane pada telor dikarenakan yang paling penting kan merasakan gudegnya, iya kan?(edisi ngeles), hehe. Setelah lama mengantri akhirnya dapat juga nasi gudegnya (hore sambil jingkrak - jingkrak, nggak jadi ding jingkrak - jingkraknya ntar malah gak jadi makan karena nasinya tumpah), hahaha.
Narsis bersama Gudeg Pawon |
Sehubungan ini temanya Gudeg Pawon, maka Ane memutuskan untuk makan di pawon saja biar mendapatkan suasananya terasa di rumah sendiri. Kali ini Ane mau makan gudeg pawon ditemani dengan segelas es teh.
Gudeg Pawon lagi berpacaran dengan Es Teh |
Eow iya, Ane lupa kalau Ane sebelumnya sudah menyiapkan tulisan yang menerangkan kalau ini Gudeg Pawon. Okelaha Ane keluarkan tulisannya. Ew, Ane tak sadar kalau ternyata ada dua orang pengunjung yang terlihat menertawakan kelakuan Ane namun Ane tak ambil pusing dan tak memperdulikannya yang penting happy dan selama tidak merugikan orang lain, kenapa harus malu? Iya kan?hehe. Ting tong
Tidak usah Ane namai, sudah tahu kan itu apa? |
Oke, saatnya Ane menyantap hidangan ini. Dari rasanya memang pas di lidah para wisatawan yang berasal dari luar kota Yogyakarta yaitu gurih dan tidak terlalu manis yang terjadi pada gudeg pada umumnya. Pokoknya rasanya pecah abis. Sehabis Ane mengantri kebetulan pengunjung lagi sepi dan nasib baik pun menghinggapi Ane, dalam menyantap hidangan secara tidak sengaja Ane ditemani pak wanto yang merupakan anak kedua Mbah Prapto yang ternyata generasi pertama mewarisi usaha ini. Dia duduk di samping kiri Ane. Sambil makan gudeg, Ane berbincang - bincang dengan beliau. Sebenarnya ini gak boleh dilakukan oleh orang jawa, tapi gak apa - apalah kali ini saja. Jangan di tiru yaw sob, istilah dalam bahasa jawanya saru (ora ilok).
Pak Wanto : Masnya darimana?
Ane : Dari Bantul pak.
Pak Wanto : Bantulnya mana?
Ane : Kretek
Pak Wanto : Ow Kretek tow.
Dalam pembicaraan kita ternyata Pak Wanto ini banyak tahu tentang tempat Ane tinggal. Pembicaraan kita semakin hangat dan Pak Wanto sambil menunggu pembeli datang.
Ane : Mbah Praptonya masih ada pak?
Pak Wanto : Sudah tidak ada mas
Ane : Eow (kalau ada pikir Ane mau menemui beliau langsung)
Ini sudah ada sejak 1958 ya pak? apa benar?
Pak Wanto : Iya benar mas
Ternyata mengenai penjelasan Gudeg Pawon ini sudah tertera di dinding tow. Berikut gambarnya. Dibaca sendiri yaw sob, hehe.
Penjelasan mengenai Gudeg Pawon |
Ane : Sudah banyak yang menshooting tempat bapak yaw?
Pak Wanto : Sudah mas, salah satunya yang belum lama ini dari
Trans TV.
Ane : Tadi ada yang bilang kalau pesan dari para pengunjung
pawon ini tidak boleh di cat yaw pak?
Pak Wanto : (Dengan nada agak tertawa bahagia), iyaw mas betul.
Nanti kalau di cat dan di perbaiki malah terkesan
kalau Pawon kok kaya. Selain itu biar kelihatan
natural mas.
Ane : Iyaw betul itu pak, kalau begini saja kan suasananya
dapat.
Perbincangan kita berhenti lantaran mulai banyak para pengunjung yang berdatangan. Tak terasa sudah lama kita berbincang - bincang dan gudeg yang Ane santap sudah habis.
Saatnya Ane membayar Gudeg Pawon dan telor sebagai lauknya serta segelas es teh sebagai minumannya, hanya di banderol 12k saja. Menarik bukan? untuk dapat mencapai kesana, berikut arahannya.
Dari titik nol kilometer mengarahlah ke arah timur melewati Jl. Senopati dan Jl. Sultan Agung dan sampailah ke Jl. Kusumanegara. Carilah supermarket Pamela yang terletak di sebelah kiri jalan. Sebelum Pamela di sebelah kanan jalan terdapat pertigaan jalan yang mengarah ke selatan. Dari situ masuklah ke selatan menuju Jl. Janturan. Mula - mula jalannya lebar lalu berganti jalan yang agak sempit. Tidak lama melewati Jalan yang sempit tersebut, sampailah di lokasi Gudeg Pawon. Lokasinya berada tepat di sebelah kanan jalan dan biasanya dipenuhi kendaraan bermotor di parkiran karena ramainya para pengunjung. Selamat menikmati.
Aku paling sebel, kalau tinggal di India trus ada temen yang posting masakan Idonesia, kan aku kangen jadinya.Klo mbolang ke Jogya pasti makan gudeng, bukan karena gudegnya, tapi sambel kreceknya itu lho bro, huahhh pedes sedikit manis dan nonjok :)
BalasHapusHahahaha,,,, kangen masakan Indo nieh kak sist ceritanya. Kalau gitu mbuka aja Gudeg di India kak sist kan malah jadi peluang usaha,,,, Btw salam untuk shakrukkan yaw kak :-).....Jogja mah memang tempatnya gudeg, tapi aneh juga yaw kak sist, bukan gudegnya tapi kok malah sambel kreceknya yang dikangenin,,,,
Hapus