Sabtu, 25 Februari 2017

Museum Semarajaya Bali

Pintu tertutup dan agak horor, itulah kesan pertama Ane saat menginjakkan kaki kedalam Museum Semarajaya yang berada dalam satu kompleks dengan Taman Gili Kertha Gosa ini. Bagaimana tidak Ane tak melihat seorang penjaga dan pengunjung pun di dalam museum. Awalnya Ane sempat ragu-ragu Apakah Ane tetap masuk kedalam atau tidak. Fikir punya fikir jadilah Ane masuk kedalam dan melihat semua koleksi benda yang dipajang.



Begitu memasuki ruangan ini, pertama-tama yang Ane lihat adalah foto-foto keluarga kerajaan yang dipasang dibagian dinding-dinding museum. Ada foto Ida I Dewa Agung Rai (adipati agung), Foto Ida I Dewa Agung Gede Jambe pada posisi duduk, Foto Ida I Dewa Agung Gede Agung (Putra Ida I Dewa Agung Gede Jambe) sebagai putra mahkota yang turut gugur dalam puputan Klungkung pada tanggal 28 April 1908, dan adapula foto para pembesar kerajaan semasa Ida I Dewa Agung Gede Jambe.



Selain foto-foto keluarga kerajaan, ada sebuah koleksi yang menarik perhatian Ane diruangan ini yaitu terdapatnya sebuah meja dan enam buah kursi warna keemasan terukir dengan indah yang ditempatkan di sudut ruangan. Ane terheran-heran dengan sandaran tangan dibagian kursi-kursinya, ada yang berukir pahatan lembu, singa, kerbau dan bahkan naga bermahkota. Ane baca kertas penjelasannya, disitu tertulis kalau meja dan kursi tersebut biasanya dipergunakan dalam persidangan peradilan adat (Raad Kertha) di balai Kertha Gosa (1940-an).


Meja kursi peradilan adat


Alat untuk menempatkan air
Replika stempel kerajaan
Berpindah ke ruangan sebelah selatan, Ane melihat peninggalan purbakala seperti tombak, guci, peralatan yang terbuat dari batu logam, dan lain sebagainya.
Ane kembali lagi ke ruangan yang tadi dan setelah melewatinya Ane melihat berbagai macam koleksi yang cukup menarik yaitu terdapatnya berbagai macam peralatan tradisional, seperti peralatan untuk membuat keris secara tradisional hingga peralatan untuk membuat garam secara tradisional. Tak hanya peralatan saja yang dipajang, tetapi juga disertai dengan penjelasan-penjelasannya.


Perapen berfungsi sebagai alat-alat untuk membuat keris
Peralatan untuk membuat garam secara tradisional

Memasuki ruangan selanjutnya, Ane disuguhkan dengan berbagai macam lukisan yang dilukis oleh pelukis berkebangsaan Italia bernama Emilio Ambron. Beliau tinggal di Bali pada tahun 1938-1942 setelah mendapat bantuan dari Adrian Jean Le Mayeur yang juga seorang pelukis. Lukisannya menggambarkan keseharian kehidupan masyarakat Bali sebelum Jepang masuk, dan ada juga lukisan wanita Bali.
Disebelah ruangan lainnya bagian utara dari museum ini, terpajang berbagai macam koleksi diantaranya pakaian adat, maket yang menggambarkan kompleks Kertha Gosa, patung dan lukisan-lukisan. Berbeda dengan lukisan-lukisan sebelumnya, lukisan-lukisan yang ada disini berkaitan dengan Kabupaten Klungkung seperti lukisan wayang kamasan dan lukisan kontemporer puputan Klungkung.






Sementara itu dibagian paling utara terpajang barong ket yang digunakan sebagai tarian sakral, dan sebelum meninggalkan ruangan Ane baru tahu kalau Museum Semarajaya ini diresmikan pada tanggal 28 April 1992 oleh Menteri Dalam Negeri saat itu "Rudini". Hal tersebut berdasarkan pada sebuah prasasti yang Ane baca di ruangan ini.


Barong ket

Masih ada sebuah tempat lagi yang dapat Ane kunjungi disekitaran komplek Taman Gili Kertha Gosa ini yakni Monumen Puputan Klungkung. Seperti apakah lanjutan ceritanya? pokoknya simak aja terus ya sob blog ini. Sampai Jumpa!
Let's Go

Sabtu, 18 Februari 2017

Kertha Gosa, Bangunan Balenya Sungguh Unik dan Menarik

Sebagai pusat kota Kabupaten Klungkung, Kota Semarapura mempunyai beberapa obyek wisata yang dapat dikunjungi oleh para wisatawan, salah satunya Kertha Gosa. Tempat ini berada dekat dengan Patung Kanda Pat Sari disebelah timur laut, Pasar Klungkung disebelah timur, dan Monumen Puputan Klungkung disebelah utara. Selepas berfoto-foto ria didepan Patung Kanda Pat Sari, Ane langkahkan kaki masuk kedalam.



Untuk memasuki Kertha Gosa Ane diharuskan membeli tiket masuk sebesar 12k. Sesampainya didalam suasananya cukup sepi, hanya ada beberapa pengunjung saja yang terlihat. Itupun semuanya merupakan wisatawan mancanegara. Sejauh mata memandang, disini terdapat dua buah balai yang berdiri secara terpisah. Sebuah balai cukup besar berada ditengah kolam dan balai lainnya berada di pojok timur laut.


Loket dan candi bentar obyek wisata Kertha Gosa yang berada disisi timur
Harga tiket masuk Obyek Wisata Kertha Gosa

Ane bergerak kearah kanan terlebih dahulu menuju balai yang ada di pojok timur laut tersebut. Balai ini bernama Bale Kertha Gosa. Menurut Ane Kertha Gosa ini cukup unik dan menarik. Selain mempunyai arsitektur bangunan yang indah, juga mempunyai langit-langit bale yang ditutupi dengan lukisan tradisional bergaya Kamasan.



Ane tatapi lukisan-lukisan tersebut satu-persatu. Disetiap bagian langit-langit terlukis lukisan yang berbeda-beda, tentu mempunyai ceritanya masing-masing. Ane cukup lama dalam menatapnya dan lama-kelamaan akhirnya Ane sdikit tahu dengan cerita apa yang ada didalamnya. Ada yang menceritakan tentang kehidupan bahwa betapa sulitnya mencari sumber kehidupan didunia ini, dan adapula yang menceritakan tentang fase kehidupan manusia dari lahir sampai mati.





Puas melihat-lihat lukisan yang ada disini, kemudian Ane bergerak kearah barat mendekati bangunan balai yang satunya lagi. Balai tersebut bernama Bale Kambang. Bale ini letaknya ada ditengah kolam yang ditumbuhi tumbuhan teratai, sehingga untuk sampai di balenya maka Ane harus melewati jembatan yang terbuat dari batu-bata.





Ah, Ane tak bisa langsung melewatinya karena masih ada sepasang pengantin yang melakukan foto prewed disini. Iya, Ane nggak heran dengan aktifitas mereka disini karena memang tempatnya cukup indah dan menarik. Sebelum melewati jembatannya, Ane harus melewati candi bentar terlebih dahulu dan kemudian Ane terhibur dengan patung-patung yang berdiri disamping kanan dan kirinya.


Candi bentar menuju Bale Kambang
Ini patung-patung yang ada disepanjang jembatan menuju Bale Kambang
Nah, itu baru bangunan Bale Kambangnya
Sama seperti langit-langit yang ada di Bale Kertha Gosa, di Bale Kambang ini pun terdapat lukisan-lukisan tradisional bergaya Kamasan, namun dengan cerita yang berbeda. Yang Ane tangkap dari lukisan tersebut adalah diantaranya bertema peperangan dan Kisah Men Brayut yang dikaruniai 18 orang anak sehingga tak ada waktu mengurus hal-hal lainnya yang ada hanyalah mengurus anak mereka saja.






Berdasarkan informasi yang Ane peroleh dari situs www.klungkungkab.go.id bahwa Kertha Gosa yang merupakan obyek wisata andalan Kabupaten Klungkung ini dibangun pada tahun 1686 oleh Dewa Agung Jambe dan dahulu pernah berfungsi sebagai balai sidang pengadilan selama berlangsungnya birokrasi kolonial Belanda di Klungkung (1908-1942) dan sejak diangkatnya pejabat pribumi menjadi kepala daerah kerajaan di Klungkung (Ida I Dewa Agung Negara Klungkung) pada tahun 1929. Sedangkan Bale Kambang sendiri pernah berfungsi sebagai tempat bagi keluarga kerajaan untuk mengadakan upacara agama untuk ritual Manusa Yadnya seperti pernikahan dan upacara potong gigi.



Bangunan Monumen Puputan Klungkung terlihat dari Bale kambang

Sekarang Ane bergerak kearah barat. Disini Ane dapat melihat kori agung dibagian selatan dan setelah melewati tanah lapang yang tidak terlalu luas, Ane dapat memasuki sebuah bangunan museum yang sepertinya cukup penting. Museum tersebut bernama Museum Semarajaya (akan Ane bahas dalam bab tersendiri). Masuklah Ane kedalam museum tersebut.
Let's Go

Jumat, 10 Februari 2017

Patung Kanda Pat Sari (Patung Catur Muka Klungkung) dan Ikan Nila Nyat-Nyat

Selepas dari Pura Agung Besakih, Ane bergerak keselatan melalui jalan dimana yang telah Ane lalui saat berangkat tadi. Ya, tujuan Ane kali ini adalah mengeksplorer Ibukota Kabupaten Klungkung yaitu Semarapura. Jalan yang Ane lalui cukup mulus dan beraspal dengan disamping kanan dan kirinya berdiri rumah-rumah penduduk berarsitektur khas Bali. 40 menit berselang tak terasa kini Ane mulai memasuki Kota Semarapura.


Ada yang menarik dengan kota ini yaitu tampak dikejauhan terlihat sebuah bangunan mirip kubah masjid. Ane kira bangunan tersebut memang benar-benar sebuah masjid, ternyata dugaan Ane salah. Setelah Ane dekati, ternyata bangunan tersebut adalah sebuah Monumen Puputan Klungkung. Bangunan ini berada ditengah-tengah kota. Lalu bagaimanakah dengan Patung Kanda Pat Sari atau biasa disebut dengan Patung Catur Muka Klungkung?

Monumen Puputan Klungkung
Patung Kanda Pat Sari
Patung Kanda Pat Sari sendiri terletak tepat ditengah-tengah kota perempatan jalan antara Jl. Untung Surapati, Jl. Puputan, Jl. Diponegoro, dan Jl. Raya Besakih. Tapi, sebelum sampai dan berfoto-foto di patung tersebut, Ane memilih mampir dahulu disebuah warung makan untuk sarapan pagi. Maklum, perut sudah keroncongan karena dari pagi Ane memang belum makan.
Beruntung, disekitar Patung Kanda Pat Sari ini terdapat sebuah warung makan yang menurut Ane cukup halal. Ntah apa nama warungnya, Ane lupa yang jelas warung makan tersebut menyediakan menu makanan khas berupa ikan nila nyat-nyat. Merasa kurang yakin halal atau tidaknya menu ini, bertanyalah Ane kepada pedagangnya dan ternyata dugaan Ane memang benar bahwa makanan ini dijamin halal.


Setelah memesan paket nyat-nyat seharga 30k dengan mengganti minuman es teh menjadi es degan, kemudian Ane menunggunya. Cukup lama juga Ane dalam menunggu hingga akhirnya semua pesanan yang Ane pesan sudah ada dihadapan Ane. Secara penampilan, masakan ikan nila nyat-nyat ini mempunyai kuah yang kental berbumbu lengkap. Warnanya kuning kaya akan rempah-rempah.

Seporsi paket nyat-nyat dan segelas es degan
Seporsi ikan nila nyat-nyatnya
Ikan Nila Nyat-nyat ini disajikan lengkap dengan nasi putih, sambal matah, plecing kangkung, irisan tomat, dan kol. Kemudian bagaimanakah dengan rasanya? Pertama pada ikan nila nyat-nyat nya. Ikan nilanya sangat empuk sekali dengan rasanya yang tajam khas rempah-rempah sehingga pedasnya cenderung melekat lama dilidah. Kemudian pada plecing kangkungnya, kangkung yang digunakan pun terasa segar dimulut. Lengkap sudah dengan hadirnya sambal matah yang cukup pedas. Dua kata untuk ini semua, "Wuenak tenan, Le Leduk". Untuk itu

Tak habiskan semuanya
Namun sayang, lezatnya ikan nila nyat-nyat ini tidak dibarengi dengan sikap para penjualnya. Terdapat kesalahpahaman antara Ane dengan pedagangnya. Awalnya dia Ok dengan penggantian air minum es teh dengan es degan, tapi begitu Ane membayarnya dia tetap menghitung es teh dan es degannya. Katanya tak bisa es teh manis diganti dengan minuman yang lainnya, karena itu sudah satu paket. Kalau begini caranya seharusnya dia bilang dari awal. Tadi dia bilang bisa, giliran Ane bayar dia bilang tidak bisa. Hufth.
Untuk semuanya, satu paket ikan nila nyat-nyat dengan segelas es kelapa muda (degan) dihargai sebesar 37k. Setelah membayar, Ane keluar dari warungnya dan melihat-lihat Patung Kanda Pat Sari lagi. Biasanya sieh patung ini disebut juga dengan Patung Catur Muka, tapi Ane rasa penyebutan tersebut kurang tepat karena yang Ane lihat disini bukanlah empat muka yang dimiliki oleh Dewa Brahma, yaitu berpenglihatan ke empat penjuru mata angin. Tetapi lebih kepada empat patung yang cukup mirip menghadap masing-masing ke empat penjuru mata angin.

Itu patungnya
Nah, yang ini!
Oke???
Nampaknya pemerintah sendiri telah memberikan perhatian khusus terhadap patung ini, hal ini ditandai dengan adanya lampu yang terpasang dibagian bawah dan payung-payung serta kain-kain khas Bali yang mengelilinginya. Tak pelak jika patung ini merupakan icon dari Kabupaten Klungkung.
Let's Go

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me