Sabtu, 14 Maret 2020

Mengenang Mbah Maridjan Sang Juru Kunci Merapi di Petilasannya

Selepas mengunjungi Stonehenge, Ane pacu kendaraan roda dua Ane menuju obyek wisata selanjutnya yang juga masuk dalam daftar kunjungan Ane di Kawasan Cangkringan ini yaitu Petilasan Mbah Maridjan. Tak butuh waktu lama untuk sampai sini karena hanya berjarak kurang lebih 3 Km saja. Ini bukanlah kali pertama Ane mengunjunginya. Ya, saat itu petilasan ini masih berstatus sebagai rumah karena masih dihuni. Tapi kini cerita itu berbeda, rumah yang dahulu ditinggali berubah menjadi sebuah petilasan.



Ane sengaja datang kesini lagi karena Ane penasaran dengan kondisi setelah erupsi merapi yang terjadi 8 tahun silam. Sesampainya di lokasi ternyata beginilah keadaannya. Di sisi kanan sebelum memasuki area utama petilasan terdapat lahan parkir kendaraan bermotor yang tak begitu luas namun bisa digunakan oleh para pengunjungnya.
Beranjak dari lahan parkir, Ane berjalan kaki memasuki lokasi utamanya. Tak ada biaya tiket masuk yang harus Ane bayar alias gratis dan inilah penampilan Petilasan Mbah Maridjan seutuhnya. Disebelah kiri dekat pintu masuk terdapat sebuah bangunan masjid bertingkat bernama Masjid "Al-Amin" Syariah Mandiri (Masjid diatas Pasir). Dari namanya saja dapat kita duga bahwa ada kerjasama antara bank syariah mandiri dengan pengelola petilasan ini. Sedangkan disebelah kanan dekat pintu masuk kearah timur terdapat warung yang menjual berbagai macam makanan dan minuman serta souvernir yang berkaitan dengan Mbah Maridjan dan Gunung Merapi. Eow iya berhubung Ane belum shalat Dzuhur, naiklah Ane ke lantai atas masjid tersebut. Saat mengambil air wudhu, cesss cesss cesss, airnya itu loh sob terasa banget dinginnya. Suasananya pun bengitu nyaman dan damai. Ingin rasanya berlama-lama berada disini.


Suasana Petilasan Mbah Maridjan kala itu
Sebuah bangunan Joglo bernama Hargo Merapi 
Selepas shalat dzuhur, bergegas Ane kembali melihat-lihat petilasan Mbah Maridjan secara keseluruhan. Tampak dikejauhan sana (sisi timur) ada dua buah bangunan berbentuk joglo. Kedua joglo tersebut berbeda ukuran, joglo yang besar bernama Hargo Merapi sedangkan joglo yang lebih kecil ntah namanya apa yang jelas disini tertulis di papan nama yang terbuat dari kayu "Tempat Berdo'a, Omahe Mbah Maridjan". Seinget Ane memang posisi tepat rumah milik Mbah Maridjan ya disini, Jadi sesuai jika kata "Omahe" tersemat didalamnya yang bila diartikan ke dalam Bahasa Indonesia mempunyai arti "Rumahnya".
Setiap pengunjung boleh naik keatas dengan syarat alas kaki harus dilepas. Didalam Joglo ini terdapat sebuah petilasan dan beberapa foto berbagai macam ukuran dan kesemuanya itu tentang Mbah Maridjan. Inilah poin utama mengapa tempat ini dinamakan petilasan. Ane hanya berdo'a mendoakan beliau agar beliau diatas sana mendapatkan tempat yang terbaik disisiNya. Ane hanya bisa berpesan kepada sobat kalau kesini jangan berdo'a meminta sesuatu ya sob, nanti jatuhnya malah syirik/musyrik. Padahal kan Syirik/musyrik ini dalam agama dilarang, jadi sepatutnya/sewajarnya saja.


Omahe Mbah Maridjan tampak depan
Sebuah petilasan yang ada didalam Omahe Mbah Maridjan
Melangkah kearah barat, tepat disebelahnya terpampang sebuah banner yang menginformasikan saat erupsi terjadi. Setidaknya ada 3 nama korban yang meninggal di kediaman Mbah Maridjan ini yakni Mbah Maridjan Sang Juru Kunci Merapi sendiri, Tutur Priyanto (relawan PMI), dan Yuniawan Wahyu Nugroho (Wartawan Viva News). Memasuki ruangan, ada satu set peralatan gamelan Mbah Maridjan yang masih tersimpan dengan baik meskipun sebagian sudah dalam keadaan peok. Betapa dahsyatnya kekuatan erupsi merapi saat itu sampai-sampai bisa memeokkan perlatan ini.



Apalagi peralatan yang terbuat selain dari bahan besi seperti yang tersimpan di ruangan bangunan lainnya seperti barang pecah belah dan peralatan rumah tangga diantaranya ada panci, nampan, wadah nasi, teko, ceret dan lainnya tentu rusak tak berbentuk. Maka tak heran dibagian depan ruangan ini terdapat sebuah papan plank yang terbuat dari kayu bertuliskan "Omahku Tinggal Kenangan", dalam bahasa Indonesia berarti "Rumahku Tinggal Kenangan".






Lava yang dimuntahkan oleh erupsi merapi menerjang apa saja yang ada didepannya, tak pandang bulu apakah manusia, hewan, ataukah barang ntah itu murah atau mahal, sederhana atau mewah. Hal ini terlihat dari duah buah sepeda motor dan sebuah mobil evakuasi jenis APV yang hanya tinggal kerangkanya saja dalam keadaan berkarat terpampang secara jelas di salah satu ruangan.




Setelah mengunjungi 3 tempat yang ada di kawasan wisata Cangkringan ini, diantaranya:




Ane dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa kita harus selalu waspada dan berhati-hati terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh gunung berapi, karena aktivitas alam itu terjadi secara alami dan kita hanya bisa menerima saja tanpa bisa mengendalikannya. Yang terpenting sekarang adalah kita harus selalu menyayangi alam dan menjaganya tanpa merusaknya serta berdoa kepada Sang Maha Pencipta agar kita selalu berada di bawah lindungannya.
Hmmm, cukup lelah juga ternyata. Sambil beristirahat di Joglo yang besar Ane melihat kearah timur, eh ternyata ada bagian yang terlewatkan yaitu keberadaan sebuah gardu pandang yang bisa digunakan oleh para pengunjung yang ingin mengamati pemandangan gunung merapi lebih jelas. Apakah dahulu gardu pandang ini digunakan oleh Sang Juru Kunci untuk melihat aktivitas vulkanik Gunung Merapi? Ntahlah. Ane mah habis ini langsung tancap gas menuju Bunker Kaliadem agar Gunung Merapi terlihat lebih jelas lagi.
Jam buka Petilasan Mbah Maridjan:
Setiap hari Jam 8 Pagi hingga Jam 6 Sore.
Let's Go

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me