Minggu, 21 Juni 2015

Berziarah ke Makam Syeh Belabelu, Damiaking

Hai sob, bagaimana nieh kabarnya? semoga baik - baik saja yaw. Kali ini Ane mau menceritakan tentang petualangan Ane di salah satu obyek wisata religius yang ada di Yogyakarta yakni di Makam Syeh Belabelu. Cukup menarik lo cerita yang ada di balik makam ini. Ingin tahu bagaimana ceritanya? yuk kita simak bareng - bareng ceritanya.
Pada tanggal 12 Juni kemarin Ane bersama dengan saudara Ane berkunjung kesini. Untuk sobat yang ingin menuju kesini, cukup mudah karena sejalur dengan perjalanan menuju ke arah Pantai Parangtritis yang sudah Ane ceritakan sebelumnya. Jika sudah sampai di TPR (Tempat Penarikan Retribusi) dan melewati POLSEK Kretek, dengan melambatkan kendaraan dan sambil melihat ke arah kiri jalan, maka sobat akan bertemu dengan Makam yang Ane maksud. Narsis dulu sebelum masuk.


Adapun ceritanya sebagai berikut, Pada waktu itu kerajaan majapahit mengalami keruntuhan akibat perang paregreg dan islam mulai masuk membawa pengaruh. Semua rakyat Majapahit yang beragama Hindu mulai terdesak. Begitupula dengan kerabat keraton yang enggan memeluk agama islam meninggalkan istana kerajaan, tak terkecuali dengan Raden Jaka Bandem yang merupakan putra Prabu Brawijaya terakhir.
Raden Jaka Bandem dan para pengikutnya tidak tahu lari kemana. Akhirnya mereka bergerak menyusuri pantai selatan menuju ke arah barat dan pada akhirnya tibalah mereka di sebuah bukit yang terletak di kawasan parangtritis yang dikenal dengan bukit pemancingan. 
Tak heran bila Ane dan saudara Ane harus meniti tangga demi tangga untuk sampai di Pemakaman Syeh Belabelu yang terletak di atas bukit.


Mungkin sobat sempat berfikir dan dalam hati bertanya-tanya," memang apa hubungannya antara Jaka Bandem dengan Syeh Belabelu? Oke, begini ceritanya, Selang beberapa tahun kemudian datanglah seorang ulama yang diutus oleh Raden Patah untuk menyiarkan agama islam di wialayah ini, Ia adalah Syeh Maulana Maghribi. Dia berfikir,"Jika Ia berhasil mengajak Raden Jaka Bandem masuk islam, tentu para pengikut dan murid - muridnya pun akan mengikutinya".
Alhasil, akhirnya dia berhasil menarik simpati Raden Jaka Bandem dan mengangkatnya menjadi murid. Lama - kelamaan akhirnya Raden Jaka Bandem memeluk agama islam setelah mendalami ajaran islam. Jejak inipun diikuti oleh para pengikut dan murid - muridnya. Syeh Maulana Maghribi kemudian mengganti nama Raden Jaka Bandem menjadi Syeh Belabelu.
Di sela - sela kesibukannya, Syeh Belabelu mengisi waktunya dengan beratapa. Cara bertapanyapun cukup unik dan berbeda dengan orang - orang pada umumnya, yakni gemar makan dan betah untuk tidak tidur. Tak heran bila Syeh Belabelu bertambah gemuk dan seluruh atap dan dinding pondoknya dipenuhi dengan kerak nasi.
Mengetahui hal itu, Syeh Maulana Maghribi lama kelamaan menjadi jengkel dan menasehatinya. Syeh Belabelu pun tetap tidak menghiraukannya dan tetap bertapa dengan caranya sendiri. 
Syeh Maulana Maghribi pun tidak habis akal dan mengajak Syeh Belabelu untuk adu kekuatan, namun ajakan tersebut ditolak oleh Syeh Belabelu dengan alasan bahwa kekuatan hanya milik Allah SWT.
Syeh Maulana Maghribi tidak puas dengan jawaban tersebut, lalu beliau mengajak Syeh Belabelu untuk adu cepat. Tantangan tersebut akhirnya diterima oleh Syeh Belabelu. Keduanya bersepakat adu kecepatan mengikuti shalat jum'at di Mekah. 
Lalu siapakah yang paling cepat diantara keduanya? Hanya sekedar info saja, bagi sobat yang ingi ke kamar kecil ketika sedang berkunjung kesini, jangan khawatir karena di sekitar makam sudah terdapat fasilitas tersebut.

Dari sini saja pemandangan yang disajikan sungguh eksotis, apalagi sampai di atas?
Perlombaan tersebut dilaksanakan pada pekan keempat bulan depan, karena keduanya harus mengasah kekuatan mereka dengan cara bertapa dengan caranya masing - masing. Syeh Maulana Maghribi bertapa dengan tidak makan dan tidak minum, sedangkan Syeh Belabelu bertapa tetap dengan seperti biasanya.
Hari Jum'at yang di tunggu - tunggu akhirnya tiba juga. Syeh Maulana Maghribi pun bermaksud mengingatkan kepada Syeh Belabelu bahwa hari yang di tunggu - tunggu telah tiba. Syeh Belabelu pun tersenyum dan dengan nada santai dia menjawab bahwa dia tidak lupa.
Syeh Belabelu meminta Syeh Maulana Maghribi untuk berangkat terlebih dahulu bila tidak keberatan, karena Syeh Belabelu harus menunggu nasinya terlebih dahulu matang dan kemudian memakannya. Tanpa menghiraukan Syeh Belabelu, Syeh Maulana Maghribi berangkat terlebih dahulu sambil membawa bekal seperlunya. Ia merasa yakin bahwa Ia akan sampai di Mekah terlebih dahulu.
Lalu apakah yang terjadi di sana? Yapz, dia terkejut kalau Syeh Belabelu sudah sampai terlebih dahulu dibandingkan dengan dirinya. Beliau pun heran dan bertanya kepada Syeh Belabelu. Dari jawaban Syeh Belabelu terjawab sudah kalau dia berangkat ke Mekah dengan kekuatan Allah SWT, sedangkan Syeh Maulana Maghribi berangkat ke Mekah dengan kekuatan sendiri. Syeh Maulana Maghribi akhirnya menyadari kalau Ia mempunyai batas kemampuan dan mengakui keunggulan Syeh Belabelu, meskipun dia bekas muridnya.
Tak terasa perjalanan Ane bersama saudara Ane sudah hampir sampai di Makam yang kita maksud. Udara segar dan pemandangan lautan selatan yang indah selalu menemani perjalanan kita. Pantas bila selama perjalanan kita tidak pernah merasa bosan.


Tepat dibawah Makam Syeh Belabelu terdapat sebuah masjid yang tentu bisa digunakan oleh setiap para pengunjung yang datang.


Pada saat kita kesini, Makam Syeh Belabelu ini ramai dikunjungi oleh para pengunjung karena bertepatan dengan selawean (25 Sya'ban), kata orang jawa. Ada cerita yang sobat boleh percaya atau tidak, kalau ada masyarakat Yogyakarta yang percaya bahwa dengan berziarah ke makam ini, maka permohonan yang kita minta akan dikabulkan. Syaratnya dengan membawa nasi liwet yang di masak dengan santan kelapa dan dibubuhi dengan daging, setengahnya dikasihkan ke makam dan setengahnya lagi kita makan. Wallahualam.
Ane sebelumnya berprasangka kalau jumlah makam yang terdapat disini hanyalah satu yakni Makam Syeh Belabelu saja, namun ternyata prasangka tersebut salah dan yang benar jumlah makam tersebut berjumlah 2 buah Makam, yakni Makam Syeh Belabelu dan Makam Syeh Maulana Maghribi. Berikut gambar yang berhasil Ane abadikan disini.

Suasana makam saat itu
Selain berwisata ziarah, disini kita disuguhkan pemandangan yang sangat luar biasa indahnya. Besarnya gelombang dan birunya laut lepas menambah lengkapnya lukisan alam yang sungguh menakjubkan.

Sungguh eksotis bukan???
Begitulah kira - kira cerita mengenai Makam Syeh Belabelu ini. Dari cerita tersebut terselip pesan bahwa kita tidak boleh meremehkan atau merendahkan orang lain siapapun dia, bisa saja orang yang kita remehkan atau rendahkan itu lebih baik daripada kita.
Hingga kini Makam Syeh Belabelu dan Syeh Maulana Maghribi ramai dikunjungi baik dari wilayah Yogyakarta, maupun luar Yogyakarta dengan berbagai tujuan. Biasanya, petilasan ini ramai dikunjungi pada malam selasa kliwon maupun jum'at kliwon, serta malam 1 Syuro. Sampai jumpa.
Let's Go

Senin, 01 Juni 2015

Berkunjung Ke Benteng Vredeburg


Berkunjungnya kapan, ceritanya kapan. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. wuihhh, sok - sokan bijak nieh. Pada akhir 2013 lalu Ane berkunjung ke salah satu museum yang ada di Yogyakarta yaitu Benteng Vredeburg. Sebetulnya sieh Ane sudah bolak - balik berkunjung kesini soalnya letaknya yang sangat sangat sangatlah strategis yakni di Titik nol kilometer Yogyakarta.


Siapa sieh yang tidak tahu titik nol kilometer Yogyakarta? sudah pada tahu semua kan? yapz pokoknya sebelah selatannya Jalan Malioboro atau Pasar Bringharjo, sebelah utara keraton DIY, atau sebelah barat Taman Pintar atau shoping.
Setelah membayar tiket masuk sebesar 2K, selanjutnya Ane berkeliling mengelilingi bangunan museum terlebih dahulu sebelum memasuki ruang museum. Di sela - sela berjalan santai, Ane sudah disambut oleh pahlawan kita Panglima Jenderal Soedirman.

Gimana sudah mirip kan?
Tentu seorang pahlawan nasional kita ini bukanlah yang sebenarnya melainkan sebuah patung yang terpatri di sebelah kiri jalan. Bergerak menuju ke arah timur, disana Ane temui sebuah tangga naik yang tidak Ane ketahui sebelumnya. Ternyata eh ternyata berupa sebuah parit yang mengelilingi bangunan museum.


Di keempat sudut parit tersebut mempunyai menara pantau yang disebut seleka atau bastion. Dengan adanya bastion ini semakin menarik pula wajah dari Benteng Vredeburg ini.

Salah satu wajah di sudut museum, maklum sob lagi tilpunan
Begitu juga dengan ini
Benteng Vredeburg yang dibangun pada tahun 1765 ini pada awalnya bernama Rustenburg (benteng peristirahatan), namun dengan adanya gempa yang terjadi di Jogjakarta pada tahun 1867 bangunan tersebut rusak dan diperbaiki kembali dan merubah nama benteng menjadi Benteng Vrederburg (benteng perdamaian).



Puas mengelilingi bagian luar ruangan museum, kini saatnya Ane memasuki ruangan museum karena ingin mengetahui lebih jauh tentang isi museum dan ada apakah gerangan disana.




Di Benteng Vredeburg terdapat dua sisi bangunan, yakni di sebelah selatan dan utara. Di sebelah selatan, Ane menemui berbagai foto, diorama, maupun lukisan yang berkaitan dengan perjuangan rakyat Indonesia dalam meraih kemerdekaan dan mempertahankannya.



Sama seperti sebelumnya, sisi bangunan sebelah utara pun banyak dijumpai berbagai macam diorama, foto, maupun patung. Misalnya saja diorama yang menggambarkan suasana kemerdekaan di Jogjakarta pada masa itu dan sebuah patung pahlawan nasional.

Merdeka!!!

Ma'af yaw bukan bermaksud apa - apa
Jam buka museum dari Hari Selasa - Jum'at pada pukul 8 pagi sampai dengan 4 sore dan Hari Sabtu - Minggu pada pukul 8 pagi sampai dengan 5 sore. Untuk Hari Senin dan hari libur nasional tutup. Begitulah kira - kira cerita mengenai petualangan Ane di Benteng Vredeburg ini. Sampai Jumpa.
Let's Go

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me