Sabtu, 13 Februari 2016

Berkunjung ke Museum Sasmitaloka Panglima Besar (Pangsar) Jenderal Sudirman Part 2


Di bagian kedua ini, Ane bercerita tentang isi yang ada di dalam bangunan museum yang mengelilingi bangunan utama yang sudah Ane ceritakan sebelumnya disini. Pada ruangan ketujuh yakni Ruang Pemilihan Pangsar APRI, terdapat sebuah seperangkat meja kursi yang pernah dipakai oleh Letkol Isdiman ketika beliau menghadap Letjend. Urip Sumoharjo dan Pak Gatot Subroto untuk mengusulkan komandan Divisi V/Purwokerto Kolonel Sudirman dipilih dan diangkat menjadi Panglima Besar TKR. Tak banyak barang - barang yang terpajang disini.


Kondisi yang berbeda diperlihatkan pada ruangan sebelah timurnya "Ruang Palagan Ambarawa". Disini terpasang sejumlah foto termasuk Sang Kolonel Sudirman. Koleksi lainnya berupa sebuah Maket Palagan Ambarawa, sebuah Peta Palagan Ambarawa, sebuah senjata mesin berat juki, dan sebuah senjata mesin berat water matel.



Bergerak melewati sebuah musholla, Ane memasuki ruangan dimana dahulunya Pangsar Jenderal Sudirman di rawat. Tentu ruangan ini bukanlah ruangan yang aslinya ya sob. Ruang apakah itu? Ruang RS Panti - Rapih. Disini diperlihatkan Sang Pangsar tersebut dirawat mulai dari tempat tidurnya, kursi roda dan meja kecil yang digunakan olehnya, hingga meja dan kursi yang digunakan olehnya ketika sedang sakit. Mak jegragek, Ane terkejut sob. Pernah mendengar kursi malas? Ane mah jujur belum pernah. Eh Panglima Besar Jenderal Sudirman pernah duduk disini loh tahun 1948. Ane terkejut bukan karena apa - apa, tapi namanya ituloh aneh banget.


Kursi roda dan meja kecil
Kursi malas

Tak banyak yang dapat dilihat disini, di Ruang Koleksi Kendaraan hanya terdapat dua buah kendaraan saja. Namun demikian kendaraan ini bukanlah kendaraan pada umumnya, melainkan kendaraan yang sangat penting dalam melawan Kolonial Belanda.



Pertama adalah Dokar, Dokar ini pernah digunakan Pangsar Jenderal Sudirman dari Playen menuju Semanu (Kabupaten Gunungkidul) sewaktu memimpin perang gerilya melawan Kolonial Belanda. Ya, disini Ane terharu menangis akan perjuangan pahlawan kita ini bersama - sama pasukannya, Dokar ini tidaklah di tarik menggunakan kuda melainkan oleh para pengawal Jenderal Sudirman antara lain Kapten Tjokropranolo.



Sementara yang kedua adalah sebuah mobil sedan. Mobil ini pernah ditumpangi beliau ketika menuju Istana Negara Alun - alun Yogyakarta guna menerima apel/parade kemenangan perang gerilya. Parade tersebut di pimpin oleh Letkol Soeharto. Sambil mengetik sambil merinding bulu kuduk Ane sob, beneran.



Nah, udah bolak - balik nieh ya sob Ane mendengar Gunungkidul dan Desa Sobo di Pacitan. Kedua tempat tersebut ternyata pernah dilalui Sang Pangsar ketika melakukan perang gerilya melawan Belanda. Disini Ane malah semakin penasaran saja terhadap Desa Sobo, Kabupaten Pacitan tersebut. Maklum, kalau di Gunungkidul Ane mah sudah bolak - balik mengunjunginya sehingga sudah tidak penasaran lagi. Sementara di Pacitan barulah satu kali Ane berkunjung kesana dan itupun belum pernah singgah di Desa Sobo ini. Tak hanya dilalui saja, namun desa tersebut pernah digunakan sebagai markas gerilya oleh Jenderal Sudirman.



Di ruangan selanjutnya yakni Ruang Diorama, disini digambarkan saat Pangsar sedang sakit beliau tetap keukeuh untuk memimpin perang gerilya dalam menghadapi Agresi Militer Belanda Ke-2 tanggal 19-12-1948. Beliau sebenarnya telah di wanti - wanti oleh Pak Soekarno untuk istirahat di dalam istana saja. Tapi tetap saja beliau keukeuh dengan mengatakan yang sakit itu Sudirman, sedangkan Panglima Besar tidak pernah sakit. Biyuh, betapa besarnya perjuangan beliau kepada bangsa ini. Pantas saja beliau dianugerahi sebagai Panglima Besar dan tak hanya itu Pahlawan Nasional pun disandangnya.



Pada diorama yang ke-2 dan ke-3 menggambarkan situasi dan kondisi saat Pangsar Jenderal Sudirman memimpin perang gerilya. Pada diorama yang ke-2 menggambarkan perang gerilya saat di Gunung Wilis Kediri awal tahun 1949, Pak De (nama samaran Pangsar Jenderal Sudirman) senantiasa dicari, dikejar, di kepung, dan di serang oleh pasukan Belanda, namun beliau selamat dari kejaran dan serangan tentara Belanda.



Sedangkan pada diorama yang ke-3, beliau bermarkas di Desa Sobo pada tanggal 31 Maret 1949. Desa ini dipilih berdasarkan faktor keamanan, kerahasiaan, dan strategisnya. Setelah Presiden RI Soekarno meyakinkan penyelesaian politik yang telah di ambil dapat mengakhiri perang antara Indonesia - Belanda, pada bulan Juli 1949 Pangsar Jenderal Sudirman kembali ke Ibu Kota RI Yogyakarta.



Tak hanya berupa diorama saja yang dipamerkan. Diorama - diorama tersebut di atas dilengkapi juga dengan rutenya. Selain itu juga di ruangan ini ada sebuah tandu asli yang pernah dipergunakan untuk mengusung Jenderal Sudirman dalam perjalanan gerilya memimpin perjuangan tahun 1948 - 1949.




Lalu peralatan pribadi apa sajakah yang pernah dipakai dan dimiliki oleh Pak Jenderal Sudirman? nah, di Ruang Koleksi Pribadi ini dipamerkan berbagai benda yang pernah di pakai oleh beliau diantaranya Radio Merk Philips, sepatu, mantel dan pakaian.



Kalau yang satu ini tentu beliau tidak pernah memakainya. Replika pakaian PDL berpangkat jenderal besar milik Pangsar Jenderal Sudirman ketika dianugerahkan oleh pemerintah pada tahun 1997.


Di bagian ruangan yang terakhir yakni Ruang Dokumentasi. Disini terdapat sejumlah foto yang berkaitan dengan Pangsar Jenderal Sudirman. Ada foto - foto kegiatan beliau, bahkan foto - foto pemakaman ketika beliau dimakamkan tanggal 30 Januari 1950. Jangan membayangkan kalau foto - fotonya berwarna ya sob seperti sekarang ini. Foto - fotonya jelas hitam putih semua, semisal ada yang berwarna malah bisa - bisa foto tersebut diragukan. Betul?





Itulah sob koleksi - koleksi yang dimiliki oleh Museum Sasmitaloka Pangsar Jenderal Sudirman. Sudah tahu kan kalau di museum ini bercerita tentang semua yang berkaitan dengan Jenderal Sudirman. Eh btw tahu tidak sob mengapa bangunan ini dijadikan sebagai museum?
Jadi begini ceritanya, Bangunan museum didirikan pada tahun 1890. Pada awalnya museum ini berfungsi sebagai tempat tinggal pejabat keuangan Pura Pakualaman yang bernama Wijnschenk (1939 - 1942). Pada tahun 1942 - 1945 dipergunakan sebagai tempat tinggal para opsir Jepang. Setelah revolusi kemerdekaan, bangunan tersebut ditempati oleh Kompi Tukul dari Batalyon Soeharto selama 3 bulan pada tahun 1945.
Pada tanggal 18 Agustus 1945 - 19 Desember 1948 ditempati sebagai rumah dinas Panglima Besar Sudirman. Setelah penyerahan kedaulatan dari Jepang ke Republik Indonesia, gedung ini pernah digunakan untuk Komando Militer Kota Yogyakarta, Asrama Resimen Infanteri 13 dan penderita cacat, serta Museum TNI AD. Sejak tanggal 30 Agustus 1982 hingga sekarang digunakan untuk museum khusus yang berkaitan dengan Panglima Besar Jenderal Sudirman.



Sebagian besar kata - kata yang Ane tulis di atas adalah berdasarkan tulisan yang ada di masing - masing benda dalam museum. So, jangan heran ya sob kalau kata - kata Ane ini mirip dan bahkan sama dengan tulisan yang ada di museum tersebut.
Bagaimanakah dengan sobat yang ingin menuju kesini? berikut rutenya.
Letak museum ini sangatlah strategis karena dekat dengan Pura Pakualaman. Dari Titik Nol Kilometer bergeraklah ke arah timur (belok kiri jika dari arah Malioboro / Jl. Ahmad Yani) melalui Jl. Senopati hingga bertemu perempatan lampu merah. Masih lurus lagi melalui Jl. Sultan Agung melewati Jembatan Sayidan hingga sobat bertemu perempatan lampu merah lagi. Masih lurus lagi dan pelankan laju kendaraan sobat (bagi yang membawa kendaraan), karena sebelum bertemu Pura Pakualaman atau Pasar sobat akan menemui jalan ke arah kanan. Beloklah ke arah jalan tersebut dan tak lama lagi akan sampai di Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Soedirman ini.
Jam buka museum berdasarkan keterangan dari petugasnya:
Senin - jum'at   : 8 Pagi - 2 Siang
Sabtu dan minggu : Libur (kecuali ada janjian berkunjung sebelumnya)

12 komentar:

  1. wah dolanmu kie rung tau aku mas hehe... buat penggila sejarah ini pasti bikin ngeceeesss hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe,,, semoga mas, tapi walaupun bukan penggila sejarah yaw setidaknya berkunjunglah ke museum, biar tahu dikit mas museum dan ceritanya seperti apa, hehehehe

      Hapus
  2. tempat yang bagus sekali untuk mengetahui sejarah perjuangan bangsa,
    museum yang patut dikunjungi

    BalasHapus
  3. wow pokoke lengkap liputannya mas Anis...jadi ga perlu dulu ke sana....he he he...
    itu museumnya sepi2 aja ya mas...

    eh btw itu kenapa foto mas Anis nyempil gitu? trs kayaknya kaget gitu mukanya, he he he...pisss ah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha,,,, mungkin kebawa aura mistis kali mbak ama tandu yang pernah digunakan Pak Dirman, jadi ya gitu ekspresinya, hehehe.
      Tapi kalau lebih maremnya langsung berkunjung ke museumnya mbak. Ya biar tambah ramai juga museumnya :-)

      Hapus
  4. Diorama 3 keren mas ya fotonya...bisa bayangin suasananya jaman dulu. Aku suka sama koleksi barang2 di musium gini, tapi malah jarang bverkunjung :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lumayanlah mas masih jarang berkunjung daripada nggak pernah, hahaha pizzz. Iya mas, Diorama yang ketiga memang keren nggak bisa membayangkan bagaimana mencekamnya ketika itu

      Hapus
  5. megah dan sangat -sangat komplit .bukti sejarah ada semua di sana ya mas. oh yaa salam kenal dan happy bw.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Kang, khusus Pangsar Jenderal Sudirman.. Salam kenal juga Kang :-)

      Hapus
  6. panglima anis segera mengganti tampuk perjuangan pak dirman.. maju tak gentar mas anis membela yg bayar merdeka merdeka...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha,,,, membela yang benar mas,,, bukan yang bayar. Tapi kalau di bayar ya boleh juga untuk membela yang bayar dink,,, hahahaha,,, merdeka

      Hapus

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me