Jumat, 11 Maret 2016

Museum Batik Yogyakarta, Lebih Terkenal Hotelnya Dibandingkan Museumnya

Berbicara mengenai Yogyakarta pastilah fikiran kita secara otomatis mengatakan bahwa Yogyakarta adalah Kota Seni dan Budaya, Kota Pelajar, dan Kota Gudeg. Berbicara mengenai seni dan kebudayaan banyak sekali benda - benda bersejarah, tempat kerajinan seni, bahkan atraksi - atraksi budaya yang dapat kita jumpai sampai saat ini disini. Salah satu contohnya adalah Museum Batik yang terletak di Jl. Dr. Sutomo No. 13A Yogyakarta.



Siapa sieh sob yang tak kenal dengan batik yang sudah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia? Kita sebagai bangsa Indonesia pastilah bangga dengan adanya penetapan tersebut, karena dengan begitu Indonesia tak hanya dikenal di dalam kawasan Asia Tenggara atau Asia saja tetapi juga dikenal di seantero dunia ini.
Sebagai bangsa Indonesia tentu kita malu dong kalau tidak mengetahui tentang batik ini. Kita mungkin tahu batik dari pasar - pasar dengan berbagai macam motif yang ada. Ternyata setelah mengunjungi museum ini Ane baru tahu kalau di setiap daerah itu mempunyai motif batik yang berbeda - beda dan khas. Tak hanya itu saja, di museum ini juga dijelaskan tentang sejarah dan proses pembuatan batik dari awal hingga akhir. So, penasaran dengan benda (batik) yang satu ini? berikut ceritanya.



Sebenarnya Ane tahu Museum Batik ini sudah lama, namun karena berbagai aktifitas yang harus Ane kerjakan barulah pada tanggal 18 Februari kemarin Ane kesampaian kesininya. Letaknya yang tak begitu jauh dari kost Ane membuat Ane tak butuh waktu lama untuk sampai sini. Pada awalnya Ane sempat bingung sieh, Ane kira museum ini terletak persis di pinggir jalan Dr. Sutomo, eh nggak tahunya harus masuk gang terlebih dahulu.
Berikut rutenya:



Dari Titik Nol Kilometer Kota Jogja bergeraklah ke arah timur (belok kiri kalau dari arah Malioboro / Jl Margo Mulyo (dulu Jl. Ahmad Yani)) melalui Jl. Panembahan Senopati hingga bertemu perempatan lampu merah. Masih lurus lagi melalui Jl. Sultan Agung melewati Jembatan Sayidan, perempatan lampu merah lagi dan Pura Pakualaman, hingga sehabis Pura Pakualaman sobat bertemu dengan perempatan lampu merah lagi. Dari sini beloklah ke arah kiri (utara) melalui jalan searah (Jl. Suryopranoto) hingga bertemu perempatan lampu merah. Lurus lagi sedikit ke arah utara dan pelankan laju kendaraan sobat karena tak lama lagi sobat akan membaca sebuah plank yang terletak di sebelah kiri jalan yang bertuliskan "Hotel Museum Batik".



Jangan kaget ya sob kalau kesini sobat membaca "Hotel Museum Batik", karena memang menurut Ane dibandingkan dengan museum batiknya itu sendiri, museum ini malah lebih dikenal sebagai hotelnya. Di depan plank ini terdapat sebuah gang masuk ke arah kiri (barat). nah jangan ragu, masuklah kedalam gang tersebut hingga sobat menemukan sebuah plank lagi yang bertuliskan "Hotel Museum Batik".



Jangan ambil jalan yang lurus, tetapi beloklah ke arah kanan (utara) sedikit dan lihatlah ke arah kanan sobat akan membaca tulisan "Museum Batik Yogyakarta". Lalu dimanakah hotelnya? hotelnya ada di sebelah utara daripada museum ini.



Ketika itu museumnya sedang tertutup pintunya, muncullah salah seorang penjaga yang kebetulan seorang wanita dari pintu lain yang ada di sebelah utara pintu masuk utama museum.
Ane     : Permisi mbak, apa benar ini dengan Museum Batik?
Mbaknya : Iya benar mas
Ane     : saya mau masuk, apakah bisa saya memasukinya?
Mbaknya : eow, bisa mas. Lewat sini saja
Ane     : Baiklah mbak.
Sesampainya di dalam museum Ane diharuskan mengisi buku tamu terlebih dahulu dan diwajibkan membayar tiket masuk sebesar 20k saja.
Mbaknya : Masnya mau di pandu atau nggak?
Ane     : La gimana baiknya mbak, sebaiknya di pandu atau tidak?
Mbaknya : Tidak di pandu juga tidak apa - apa mas, soalnya di setiap
          benda yang dipamerkan sudah ada keterangannya. Tapi kalau
          mau di pandu yaw ada pemandunya kok mas.
Ane     : Di pandu aja deh mbak.
Mbaknya : baik mas.
Mbaknya kemudian masuk ke ruang pembatikan, karena selain menyediakan kain - kain batik yang bercorak, di Musium Batik ini juga kita bisa belajar membatik secara langsung tentu dengan tambahan biaya. Ane tidak menanyakan berapa biaya membatiknya karena Ane kesini hanya ingin mengenal tentang batik terlebih dahulu. Ew suatu saat kalau sudah kenal dan makin cinta kan bisa belajar langsung membatiknya. Ya nggak sob?
Keluarlah mbaknya tersebut bersama seorang wanita paruh baya. Ternyata wanita inilah yang akan menemani Ane dalam menjelaskan tentang apa - apa isi yang ada di dalam musium ini. Semua yang Ane ceritakan disini berdasarkan tulisan yang ada di obyeknya dan keterangan dari wanita paruh baya ini yang Ane lupa namanya (ma'af ya bu).


Proses pembuatan kain batik (1)
Proses pembuatan kain batik (2)
Proses pembuatan kain batik (3)
Di depan museum ada sebuah penjelasan mengenai sejarah dari batik itu sendiri khususnya sejarah batik Yogyakarta dan sekilas tentang Museum Batik ini. Di bagian awal Ane dijelaskan oleh Ibunya tentang sejarah batik tahun 1930, mulai dari Nglowong hingga sampai akhir. Sebelum dijelaskan lebih jauh mengenai pola - pola yang ada di batik, beliau menjelaskan kepada Ane terlebih dahulu tentang bahan - bahan dan peralatan apa saja yang digunakan untuk membatik. Berikut pemaparannya.

Bahan dan Peralatan untuk Membatik
Pokoknya ada banyak deh sob bahan - bahan yang dapat digunakan untuk membatik. Berbagai macam pewarna alami diantaranya ada kayu jambal, soga, kulit kayu secang, lerak dan lain sebagainya.
Misalnya saja kulit kayu secang, kulit kayu ini dapat digunakan sebagai rebusan minuman tradisional, juga sebagai penghasil warna merah pada proses pewarnaan batik. Pada celupan pertama akan berwarna kuning, namun setelah proses oksidasi akan berubah menjadi merah. Bukan sulap dan bukan sihir lho ya


Berbagai macam pewarna alami untuk membatik
Salah satu contohnya ya Kulit Kayu Secang
Ada lagi pewarna lainnya berupa lerak atau disebut juga lerek, klerek/klerak, rerek atau lamuran. Adalah biji dari buah pohon yang digunakan sebagai detergen. Meski tidak banyak menghasilkan buih/busa, larutan biji ini sangat ampuh baik kain, piranti makan/masak atau untuk mengepel lantai. Selain itu lerak membuat warna batik tetap cemerlang dan tidak lekas pudar.


Pewarna lainnya
Contohnya Lerak (lerek)
Bahan selanjutnya yaitu malam. Hah malam? berarti lawannya siang dong Nis? Bukan, bukan malam itu sob yang Ane maksud. Malam yang Ane maksud disini adalah bahan dasar untuk membatik, seperti tinta pada kertas gambar. Terbuat dari campuran lemak hewan (sapi atau kerbau), damar mata kucing dan gondorukem (getah pohon damar dan pinus), dan parafin. Kadang diberi campuran lilin kote atau malam hasil lorodan batik. Malam untuk batik tulis halus biasanya berbahan campuran sarang tawon (malam kote dan malam lanceng) atau lemak daun pisang (lilin hijau).



Sekarang kita membicarakan pada alat yang digunakannya. Alat yang sangat penting dalam dunia batik - membatik adalah canting. Eh sob tahu tidak kalau Ane menduga canting yang digunakan dalam batik - membatik itu ya sama saja semuanya. Eh ternyata dugaan Ane salah, begitu Ane masuk ke musium ini barulah Ane sadar dan tahu kalau tak hanya satu macam saja canting yang digunakan melainkan bermacam - macam. Ada canting cecekan, canting klowong, canting carat, dan lain sebagainya. Kalau ingin tahu tentang apa itu canting - canting tersebut, silahkan datang langsung kesini atau tanya mbah google ya sob, hehehe. Soalnya Ane lupa nggak tanya ama pemandunya.


Ini cantingnya sob
Banyak kan sob macamnya
Selain canting, masih ada beberapa peralatan lagi yang tak kalah penting dalam dunia batik - membatik diantaranya ada wajan dan kompor, gawangan, kain mori, dan meja kayu.

Proses Cara Membuat Batik
Berdasarkan keterangan dari beliau, bahwa proses pembuatan jenis batik berdasarkan cara membuatnya ada 3 macam yakni:
Batik Tulis, semua proses membatik dilakukan secara manual satu persatu.
Batik Cap, prosesnya lebih cepat dibandingkan dengan proses pembuatan pada batik tulis karena pada proses ini sudah ada capnya sehingga caranya hanya mencelupkan capnya kedalam lilin dan kemudian di tekan atau dicapkan pada kain. Ada bermacam - macam cap yang dapat digunakan dalam proses ini, diantaranya cap tengahan yang berbahan dasar tembaga dan digunakan untuk memberikan dekorasi pada bagian tengah kain. Yang kedua Cap Tumpal (sebutan untuk sepertiga bagian dari kain sarung yaitu bagian depan) yang berfungsi sebagai dekorasi. Dekorasi pada tumpal biasanya agak mirip dengan dekorasi pada bagian utama kain sarung. Selanjutnya ada juga cap pinggir yang berfungsi untuk membentuk dekorasi pada tepian kain batik sarung.


Cap Tengahan
Cap Tumpal
Cap Pinggir
Batik Printing, prosesnya paling cepat diantara keduanya karena pada proses ini pola sudah di print di atas sablon sehingga pembatikan dan pewarnaan bisa dilakukan secara langsung.
Dalam pembuatan batik tradisional, Setidaknya ada 7 tahapan/proses yang harus dilalui dalam membatik diantaranya nglowong, nembok, wedelan/celepan, ngerok, bironi, nyoga, dan mbabar/nglorot.


Proses / tahapan pembuatan batik tradisional secara keseluruhan
Proses/tahapan pertama dalam membuat batik yang harus dilalui adalah Nglowong. Nglowong adalah menggambari kain dengan lilin baik dengan menggunakan canting tangan maupun dengan menggunakan cap atau stempel. Sifat dari lilin yang digunakan dalam proses ini harus cukup kuat dan renyah supaya lilin mudah dilepaskan dengan cara di kerok, karena bekas gambar dari lilin ini nantinya akan ditempati oleh warna cokelat.
Proses yang kedua yaitu nembok. Proses ini hampir sama dengan nglowong, tetapi lilin yang digunakan dalam proses ini lebih kuat karena lilin ini dimaksudkan untuk menahan zat warna biru (indigo) dan cokelat (soga) agar tidak tembus kain.


Kiri: Nglowong, Kanan: Nembok
Proses ketiga adalah wedelan/celepan. Proses ini untuk memberi warna biru dengan menggunakan indigo yang disesuaikan dengan tingkat warna yang dikehendaki. Sementara pada proses selanjutnya yakni ngerok, proses ngerok ini dilakukan dengan menggunakan alat yang bernama cawuk dan dimaksudkan untuk menghilangkan lilin untuk tempat warna cokelat.


Kiri: Wedelan/celepan, Kanan: Ngerok
Proses yang kelima adalah bironi. Kain yang telah selesai di kerok pada bagian - bagian yang diinginkan tetap berwarna biru dan putih (cecekan/titik - titik) perlu di tutup dengan lilin menggunakan canting tulis, maksudnya agar bagian tersebut tidak kemasukan warna lain bila di soga. Sementara pada proses yang keenam dilakukan proses Nyoga. kain yang telah selesai di bironi lalu diberi warna cokelat (di Soga) dengan menggunakan pewarna alami seperti kulit kayu soga, tingi, dan lain sebagainya.


Kiri: Bironi, Kanan: Nyoga
Semua proses sudah dilewati tetapi masih ada sebuah proses lagi sob yang harus dilalui yakni mbabar/nglorot. Proses ini bisa di sebut sebagai proses bersih - bersih, karena pada proses ini bertujuan untuk membersihkan seluruh lilin yang masih ada di kain dengan cara di masak dalam air mendidih yang di tambah dengan air tapioka encer agar lilin tidak melekat kembali ke kain.


Mbabar/Nglorot
Meninggalkan bagian ruangan ini selanjutnya Ane melangkahkan kaki bersama ibunya ke bagian ruangan yang lainnya yaitu ruangan yang menampilkan berbagai macam motif batik dari berbagai daerah di Pulau Jawa. Ya, Museum Batik Yogyakarta ini hanya menampilkan corak dan motif batik yang ada di Pulau Jawa saja diantaranya di Surakarta (Solo), Pekalongan, Jogja sendiri, dan lain sebagainya. Sehubungan disini Ane tidak diperkenankan untuk mengambil gambar secara detail dari corak dan motif batik yang ada, maka Ane berusaha untuk mengambilnya dari jarak yang agak jauh dan ibu tersebut tidak mempermasalahkannya.

Corak dan Motif Batik
Corak dan motif batik yang dijelakan pertama kali kepada Ane adalah motif batik pesisiran seperti Batik Pekalongan, Kudus, Cirebon, dan lain sebagainya. Ada sebuah cara untuk menandainya sob yakni batiknya berwarna cerah dan biasanya mempunyai pola buketan (rangkaian bunga). Motif ini tercipta karena dipengaruhi oleh budaya asing dari Cina dan Belanda. Salah satu contohnya buketan sidomukti.


Foto Batik Pesisiran
Foto Batik Pesisiran
Foto Batik Pesisiran
Di tengah perjalanan kita, Ane bertanya kepada Sang Ibu tersebut mengenai cara membedakan antara Batik Jogja dan Solo. Beliau kemudian menjawab pertanyaan Ane kalau Batik Jogja mempunyai warna latar putih, sedangkan pada Batik Solo berwarna cokelat keemasan. Pokoknya Batik Solo itu mempunyai warna cokelat kehitaman, sedangkan pada Batik Jogja bila berwarna gelap sekalipun namun tak segelap pada Batik Solo.
Selanjutnya beliau menjelaskan kepada Ane berbagai macam pola batik dan cara menandai bahwa batik tersebut batik pola apa. Berbagai macam pola batik tersebut diantaranya ada batik pola parang tuding dan parang klithik. Cara menandainya bahwa kedua pola tersebut sama - sama seperti gambar sebuah parang yang di gambar secara diagonal. Sedangkan perbedaanya kalau parang tuding seperti parang yang sedang menunjuk, sedangkan pada parang klithik seperti sebuah parang biasa.


Kiri: Parang tuding, Tengah: Parang Klithik, dan Kanan: Grompol
Adalagi batik pola kawung. Ada dua macam contoh kawung yang ditampilkan disini, yaitu kawung picis dan kawung beton. Pada pola kawung picis tersusun oleh bentuk bulatan kecil. Picis adalah mata uang senilai sepuluh sen. Sedangkan pada pola kawung beton ukurannya lebih besar daripada kawung picis.


Tengah: Kawung Picis, kanan: Kawung Beton
Setiap pola pada batik itu ternyata mempunyai filosofinya masing - masing lho sob. Seperti batik motif kawung beton misalnya, pola ini menggambarkan sikap batin orang jawa. Sebagai pengingat agar manusia mengingat asal usulnya dan memperbaiki diri baik sikap dan batinnya. Dalam pemakaiannya, batik ini hanya boleh dipakai raja saja.
Berbeda dengan batik pola kawung beton, pada batik pola bledak ini boleh dipakai siapa saja termasuk rakyat biasa. Batik ini berlatar belakang putih dan polos dengan ragam dekoratif dan tidak banyak mengandung nilai filosofis.


Kiri: Bledak
Ada juga Batik Tambal. Walaupun kedengarannya aneh, namun ini juga termasuk batik lho sob. Cara menandainya bahwa batik ini di batik dengan bentuk segi empat yang terpecah - pecah menjadi beberapa bagian. Sesuai dengan artinya bahwa tambal itu menambal atau memperbaiki hal - hal yang rusak. Motif ini digunakan untuk selimut orang sakit. Kepercayaan ini muncul karena orang sakit di anggap ada sesuatu yang kurang sehingga untuk mengobatinya perlu di tambal.


Kanan: Tambal
Dari sekian pola batik yang ada, ada sebuah batik yang menurut Ane tidaklah asing. Ya, batik tersebut adalah batik berpola sekar jagad. Pola ini merupakan gabungan dari motif tradisional yang dimasukkan ke dalam lekukan pola sekar jagad, atau yang berarti bunga semesta yang melambangkan pengetahuan.


Kiri: sekar jagad, tengah: kapal api, kanan: tirta teja
Selain pola - pola batik yang sudah Ane ceritakan di atas, masih banyak pola - pola batik lainnya yang ditampilkan disini sob, di antaranya ada kusumo klitik, sidodadi, banji, sidomukti, truntum besar dan lain sebagainya. Dah lah kalau sobat ingin tahu lebih juah tentang pola - pola tersebut, sobat bisa langsung datang kesini saja.


Berbagai macam pola pada batik
ini juga
Ternyata tak hanya Museum Batik saja yang berada disini, di bagian akhir dari ruang pamer terdapat pula sebuah museum yang bernama Museum Sulaman.

Museum Sulaman
Banyak benda - benda yang ditampilkan salah satunya hasil karya seni dari Ibu Dewi Sukaningsih. Siapakah beliau? beliau bersama Bapak Hadi Nugroho adalah orang yang telah mendirikan museum ini (Museum Batik dan Museum Sulaman).



Sehabis menyaksikan pola - pola batik yang ada, mungkin sobat ngeces dan tertarik untuk belajar membatik secara langsung. Tak usah khawatir karena disini sobat bisa langsung menunaikan keinginan tersebut. Di bagian utara dari ruang pamer terdapat sebuah tempat dimana ruangan tersebut memang di khususkan untuk membatik. Ketika Ane berkunjung kesini, ada dua orang yang sedang membatik yang salah satu diantara keduanya menjadi guide Ane tadi. Tapi sayang ketika Ane mau mengambil gambar aktifitas mereka, mereka malah beristirahat dan mempersilahkan Ane untuk mengambilnya. Yaudah deh tak apa - apa.


Batik setengah jadi
Berbagai peralatan untuk membatik
Dah, sampai sini dulu ya sob cerita mengenai museum ini. Yuk kita ke museum yuk. Anggap saja museum itu sebagai tempat untuk bermain, sehingga dengan bermain kita dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita. Apalagi ke Museum Batik sangatlah penting untuk dikunjungi. Nggak rela kan sob kalau orang asing lebih mengenal budaya kita batik dibandingkan dengan kita sendiri yang asli orang Indonesia. Bukannya Ane sok - sokan tahu betul tentang batik lho ya, tapi setidaknya sudah mengenal tentang batik sedikit saja Ane merasa senang sekali. Kalau sobat sendiri sudah tahu tentang batik ya nggak masalah sieh nggak berkunjung ke museumnya. Tapi kalau sobat tetap ingin berkunjung ke museumnya, Wokelah ini jam bukanya:
Jam buka museum: Senin - Sabtu: Pukul 09.00 - 15.00 WIB
                 Minggu       : Libur
Sampai jumpa!!!

8 komentar:

  1. Jadi hotelnya numpang ngetop doang namanya ya? Aku belom pernah neh ke Museum Batik, mungkin nanti klo ke Yogya mampir ah.

    Btw bro font-nya mbingungi dan bikin pusing bacanya hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya gitu mas,,, Hotel dan museum ini kan yang punya sepertinya orang ya sama mas,,, jadi ya begitulah adanya. Museumnya tadinya udah tenar, dan kemudian disusul hotelnya,,,

      Btw, masa iya mas? ah nggak ah, mungkin tata bahasanya kali yang membingungkan.... tapi menurutku ini sudah oke kok mas,,,, hehehe
      Btw, thanks ya sudah mau mampir ke blog ini :-)

      Hapus
  2. Waaaah aku malahan baru tau malahan mas ada tempat ini di Jogja. Harus kesana nih kalau liburan ke Jogja :D

    BalasHapus
  3. Wisata museum selalu menyenangkan. Banyak ilmu baru. Paling senang saya membawa anak-anak wisata museum.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak bener banget, apalagi buat anak - anak, selain membiasakan mereka untuk berkunjung ke museum juga menambah pengetahuan buat mereka,,, :-) Terima kasih ya mbak, sudah mau berkunjung kesini :-)

      Hapus
  4. lagi blogwalking nih, makasih lho mas infonya, sampai ada rute yang digambar. lagi mau kesini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih mas sudah mau mampir kesini, :-)
      sama-sama,,, semoga sukses dah mas berkunjungnya,,,

      Hapus

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me