Berbicara mengenai Yogyakarta memang tiada habis - habisnya untuk dibicarakan. Banyak tempat wisata yang dapat dinikmati mulai dari wisata alam, seni, budaya, hingga sejarah. Banyak obyek wisata sejarah yang tersebar di Jogja mulai dari candi hingga museum. Nah kali ini tempat yang akan Ane datangin adalah sebuah museum milik TNI AD yang sampai sekarang museum tersebut di buka untuk umum. Museum apakah itu? Museum PUSAT TNI AD Dharma Wiratama yang terletak di Jl. Jenderal Sudirman No.75 Yogyakarta.
Letaknya cukup dekat dengan kost Ane sehingga hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja untuk sampai sini. Sesampainya disini, terlihat seorang penjaga yang berseragam lengkap berada di sebuah pos yang sedang duduk di meja tugasnya.
Ane : Permisi pak, saya mau berkunjung ke museum!
Penjaga : Ow, silahkan mas, motornya di parkir disini saja (sambil
menunjuk ke sebuah tempat di depan pos)
Ane : Baik Pak.
Setelah mengisi buku tamu yang tersedia, selanjutnya Ane menuju kedalam museum. Untuk memasuki museum ini tidaklah dikenakan tarif tiket masuk alias gratis sehingga sedikit membuat pengeluaran Ane hemat. Iyesss!
Sembari berjalan menuju kedalam, Ane sempat memperhatikan halaman depan museum. Dengan gagahnya patung - patung mantan presiden Indonesia berdiri seolah - olah menyambut setiap pengunjung yang datang. Sebagai orang yang
Hebat kan? bisa foto bersama dengan ke-6 Mantan presiden Indonesia |
Inilah tulisannya |
Inilah Tank nya, tapi nggak boleh dinaiki |
|
Di ruangan kedua dan ketiga kita disuguhi berbagai macam tentang Pangsar Jenderal Sudirman dan Urip Sumoharjo. Yapz, ruangan tersebut adalah Ruang Pangsar Jenderal Sudirman dan Ruang Urip Sumoharjo. Kita mungkin sudah tak asing lagi kan dengan kedua tokoh tersebut, lalu siapakah mereka? mereka adalah bapak peletak dasar organisasi TNI dan juga merupakan Pahlawan Nasional.
Di ruangan yang ke-4 kita disuguhi berbagai macam pertempuran/palagan di berbagai tempat di wilayah NKRI diantaranya di Medan, Palembang, Bandung, Semarang, Ambarawa, Surabaya, Bali dan Makassar. Hal ini terjadi karena Belanda ketika itu ingin menguasai kembali negara kita Indonesia tercinta ini. Dengan semboyan "merdeka atau mati", bangsa kita (Indonesia) bertekad untuk mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan yang telah diproklamasikan. Berbagai macam senjata pun digunakan sehingga pada akhirnya para pejuang kita berhasil memukul mundur pihak Belanda.
Dari sekian senjata yang ada, nampaknya ada sebuah senjata yang membuat Ane memperhatikan lebih cermat dan seksama. Ya, senjata tersebut bernama Granat Gombyok yang pernah digunakan oleh salah seorang prajurit TNI dalam Palagan Ambarawa. Senjata tersebut bak seperti sebuah permainan saja, bentuknya cukup unik dan Ane sebelumnya belum pernah melihatnya.
|
|
Nah, pada peristiwanya diterima berita bahwa tentara sekutu/Inggris di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Mallaby pada tanggal 25 Oktober 1945 akan mendarat di Surabaya dengan kekuatan 6.000 orang awalnya disepakati persetujuan kedatangan tentara sekutu adalah untuk ikut menjaga keamanan di dalam Kota Surabaya namun apa yang terjadi sob? ternyata tindakannya malah bertentangan.
Tentara Inggris telah berani menurunkan bendera merah putih yang merupakan suatu pelanggaran dan penghinaan terang - terangan terhadap kedaulatan bangsa Indonesia. Nah, dari sinilah awal mulanya peristiwa itu terjadi. Mulai dari pihak sekutu menyebarkan pamflet yang isinya agar rakyat Surabaya menyerahkan senjatanya kepada mereka, dalam perundingan Brigadir Jenderal Mallaby tertembak mati, hingga datanglah ultimatum kepada rakyat Surabaya agar menyerah kepada sekutu paling lambat tanggal 10 November 1945 pukul 06.00 WIB.
Benarlah akhirnya ultimatum itu berjalan. Tanggal 10 November 1945 pukul 06.00 WIB pihak sekutu melaksanakan ultimatumnya dengan mengerahkan pasukan divisi ke-5 India sebanyak 24.000 tentara memasuki Kota Surabaya. Gerak maju tentara sekutu tersebut mendapat perlawanan yang gigih dari para pejuang dan rakyat Surabaya. Disinilah terjadi pertempuran yang hebat hingga akhirnya rakyat Surabaya dapat merebut kembali dan menduduki seluruh Kota Surabaya pada tanggal 23 November 1945.
Tentara Inggris tidak mau kalah begitu saja dan berusaha membalas kekalahannya, namun tetap saja rakyat Surabaya masih bisa terus mempertahankannya. Palagan Surabaya ini telah menyebabkan lebih dari 6.000 rakyat Indonesia gugur sebagai pahlawan bangsa. Dan bagi tentara Inggris hal ini merupakan pengalaman pahit. Sehingga pada tanggal 10 November diperingati dan dikenang sebagai "Hari Pahlawan".
Masih ada dua palagan lagi sob, yakni di Bali dan Makassar. Kedua pertempuran inipun tak kalah hebatnya dengan yang terjadi di Surabaya. Berikut peta palagan berserta senjata yang digunakannya saat itu.
Tak hanya itu saja, di ruangan ini masih ada benda - benda lain yang terpajang diantaranya pakaian peta yang digunakan oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia periode tahun 1945, pakaian seragam TKR (Tentara Keamanan Rakyat), replika peralatan yang digunakan oleh pasukan YON 10 Dvisi IX pimpinan Mayor Soeharto di medan pertempuran somowono dalam Palagan Ambarawa tahun 1945, dan lain sebagainya.
|
|
Replika peralatannya |
Dari dulu yang namanya dapur umum selalu ada ya sob. Tak terkecuali dengan ruangan yang satu ini, Ruang Dapur Umum beserta perlengkapan intendan pada masa masa perang kemerdekaan II di Yogyakarta. Ada apa sajakah disana? Ya, ada lesung, alu, tampah, tenggok, dan lain sebagainya. Pokoknya komplit dah.
|
|
|
Sehubungan di ruang 8 adalah Ruang Animasi dan yang ada hanyalah barisan kursi penonton dan sebuah layar gantung LCD serta tak bisa untuk dihidupkan,
Maka perjalanan Ane lanjutkan memasuki ruang yang ke-9. Disini Ane di sambut oleh 3 buah mortir yang berada di depan pintu. Salah satu mortir yang Ane ingat adalah Mortir 60 buatan Pusat Senjata Militer Bandung yang dipergunakan oleh pasukan Wehrkreise III dalam serangan umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta. Hanya itu benda yang tersedia di ruangan ini selebihnya hanya berupa peta serangan terhadap Belanda saja, yakni PDRI di Sumatera Tengah (Sumbar, Riau dan Jambi) dan Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta.
Memasuki ruangan yang ke-10 Ane diherankan dengan kehadiran sebuah kentongan yang terpajang persis di depan pintu masuk. Lalu apasih fungsinya? setelah Ane membacanya ternyata fungsinya kalau sekarang ya sama seperti pada fungsi handphone yakni sebagai alat komunikasi. Dalam hal ini kentongan tersebut berfungsi sebagai alat komunikasi yang dipergunakan oleh Batalyon X Divisi III di bawah pimpinan Letkol Soeharto.
Pernah kan sob, sobat mendengar sebelumnya kalau dalam usaha merebut dan mempertahankan kemerdekaan dalam melawan penjajah, para pejuang Indonesia melakukan berbagai hal yang bisa mereka lakukan salah satunya merampas senjata dari musuh? Disini ada loh senjata - senjata hasil rampasan tersebut. Selain itu, ada juga dua buah meja yang pernah dipakai oleh Letkol Soeharto, satunya masih dalam kondisi baik dan satunya lagi sudah rapuh di makan usia.
Benda - benda hasil rampasan dari tangan musuh |
Okelah sob, Ruang 1 sampai 10 ini terletak di gedung utama bagian depan. Masih ada banyak lagi ruang - ruang selanjutnya yang tak kalah menarik isinya. Ruangan selanjutnya ini terletak di bagian belakang, ada apa sajakah disana? Yuk kita lanjutkan lagi perjalanan kita di Museum Pusat TNI AD Dharma Wiratama Part 2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar