Jumat, 18 Maret 2016

Menikmati Rumah Budaya Tembi Tanpa Menginap, Bisa

Perjalanan Ane ke Tembi Rumah Budaya (Rumah Budaya Tembi) ini sebenarnya tidak sengaja sob. Soalnya tuh ya Ane udah bolak - balik melintasi tempat ini dan juga pernah mengunjunginya satu kali. Ketika itu Ane mendapat tugas dari sekolah dan tugasnya itu tentang bahasa jawa dan guru Ane merekomendasikan untuk pergi kesini. Sudah terbaca kan sob kalau Ane kesini hanya mengunjungi perpustakaannya saja. Nah baru kemarin nieh ya Ane searching - searching di dunia maya kalau Rumah Budaya ini ternyata menarik juga untuk dikunjungi lho, banyak yang dapat kita nikmati disini seperti melihat berbagai macam koleksi benda - benda dan naskah - naskah kuno, melihat - lihat sekitaran kompleks Rumah Budaya Tembi, berkunjung ke perpustakaan yang sudah pernah Ane lakukan sebelumnya dan juga sebagai tempat biasa digelar pameran kesenian. Dengan rasa penasaran dan keingintahuan Ane lebih mendalam tentang Rumah Budaya Tembi ini akhirnya pada tanggal 19 Februari 2016 kemarin berangkatlah Ane menuju ke TeKaPe. Rumah Budaya Tembi ini terletak di Jl. Parangtritis Km. 8.4, Desa Tembi, Kel. Timbulharjo, Kec. Sewon, Kab. Bantul, Yogyakarta.



Tempatnya yang tak begitu jauh dari kost Ane membuat perjalanan Ane tidaklah terlalu lama hanya sekitar 23 menitan saja. Buat sobat yang ingin berkunjung kesini, berikut gambaran rutenya. Dari perempatan lampu merah Plengkung Gading Alun - alun Selatan Kota Yogyakarta bergeraklah ke arah timur melalui Jl. Mayjend. Sutoyo hingga menemukan perempatan lampu merah. Dari sini beloklah ke arah kanan (selatan) melalui Jl. Parangtritis hingga bertemu perempatan lampu merah yang di sebelah barat dayanya terdapat POM Bensin. Masih lurus lagi ke arah selatan hingga menemukan perempatan besar lampu merah (pertemuan antara Jl. Parangtritis dengan Jl. Ringroad Selatan). Masih lurus lagi melalui Jl. Parangtritis melewati Kampus ISI hingga menemukan pertigaan lampu merah. Lurus sedikit dan lihatlah ke arah kiri (Timur), disitu ada sebuah belokan. Nah, beloklah ke arah kiri tersebut dan sekitar 400 meter sobat akan sampai di Rumah Budaya Tembi ini yang terletak di sebelah kiri (utara) jalan.


Gambaran rute menuju Rumah Budaya Tembi
Rumah Budaya Tembi tampak dari depan
Namun sayang sob, Tak banyak yang dapat Ane lihat disini karena ada beberapa ruang dalam bangunan masih digunakan sebagai tempat acara yang ntah Ane tidak tahu. Tak hanya di dalam bangunannya saja, di bagian depan kompleks pun juga demikian.





Di bagian depan kompleks Rumah Budaya ini Ane hanya dapat menyaksikan berbagai macam peralatan gamelan yang ditempatkan di Pendopo dan sebuah warung angkringan yang berada di sisi kirinya. Berdasarkan keterangan dari penjaganya bahwa masih ada sebuah ruangan yang dapat Ane masuki yakni ruang galeri.

Berderet sepeda dan motor kuno
Kayak iklan
Keris berpamor Wos Wutah
Salah satu contoh buku kuno
Okelah tak apa - apa. Sudah sampai sini dan tanggung bila tak memasukinya. Meninggalkan sang penjaga tersebut, Ane langkahkan kaki memasuki galeri yang dimaksud. Suasananya cukup beda, Di bagian dindingnya terpasang berbagai macam tulisan seperti iklan namun dengan menggunakan bahasa jawa bahkan aksara jawa. Berbagai barang kuno terpajang disini mulai dari sepeda motor kuno buatan luar negeri, sepeda onthel kuno, sebuah radio kuno bermerk Siegfried buatan Jerman yang di buat pada tahun 1960-an, keris dan tombak berpamor Wos Wutah,
Salah satu contoh tulisan yang seperti iklan
Sepeda motor kuno
Ini radionya
Tombaknya cantik ya?
dan juga sebuah piano kuno peninggalan dari isteri Dr. Yap, dokter mata. Loh kok bisa? Ceritanya gini sob, piano ini dulu dibeli oleh Nyonya Yap langsung dari Jerman pada tahun 1960. Kemudian Ia menjualnya kepada Umar Supadno (seorang wiraswasta dari Yogyakarta) pada tahun 1969. Nah, kemudian pada bulan Maret 2006 piano ini dibeli oleh Rumah Budaya Tembi ini. Jadi deh sekarang piano tersebut dimiliki oleh rumah budaya ini.


Tak hanya itu saja, disini juga terdapat berbagai macam koleksi buku dan naskah kuno, ada yang tahun 1940, 1913, 1901 dan bahkan ada juga lho sob buku kuno yang diterbitkan sebelum tahun 1900 an. Tertulis "Kitab Purwaning Dumadi", nah itulah kitabnya yang menceritakan tentang para Nabi dan raja.


Kitab Purwaning Dumadi
Keluar dari dalam galeri ini kini Ane berjalan - jalan mengelilingi rumah budayanya. Ternyata ada yang menarik, setiap ruangan yang ada di dalam kompleks ini mempunyai namanya masing - masing, sebagai contoh pada ruangan perpustakaan yang dinamai Mertoyudan, ruangan seperti auditorium yang di beri nama Mrican, dan lain sebagainya tak terkecuali dengan Bale Inap (penginapan).


Ruangan perpustakaan (Mertoyudan)
Ruangan seperti auditoriun (Mrican)
Yapz, selain tempat digelarnya acara berbagai macam pameran seni, Rumah Budaya Tembi ini juga terdapat bale inap (penginapan) yang berjumlah sekitar 9 buah yakni Wuryantoro, Badegan, Adikarto, Ngadirodjo, Gandjuran, Polaman, Morangan, Kriyan Kidul, dan Kriyan Lor. Semua Bale inap tersebut mempunyai namanya masing - masing, hal ini dapat Ane lihat di setiap pintunya masing - masing dan tak hanya berupa nama saja yang terpajang tetapi juga disertai dengan penjelasannya (deskripsinya). Misalnya saja Badegan.
Rumah inap Badegan merupakan rumah panggung tradisional Sunda yang dibuat sekitar tahun 1954. Badegan adalah nama desa di Kabupaten Bantul, DIY, tempat domisili Bapak F.W. Santopratiknya, ayahanda Bapak P.Swantoro.



Letaknya sangat oke, karena bale inap ini menghadap langsung ke arah kolam dan sebuah warung yang bernama Waroeng Dhahar Pulo Segaran. Tak kalah okenya juga terdapat pada Bale Inap Morangan.



Rumah Inap Morangan merupakan modifikasi dari tiga rumah tradisional yang berasal dari Desa Tambak, Karang Dowo, Klaten, Jawa Tengah (bangunan tahun 1936); Dusun Jepitu, Tepus, Kabupaten Gunungkidul DIY (bangunan tahun 1939); dan Dusun Majasto, Sukoharjo, Jawa Tengah (bangunan tahun 1952). Morangan adalah nama desa di Kabupaten Sleman, DIY, tempat dimana Bapak Santopratiknya tinggal dari tahun 1942 - 1944.
Bale inap ini terletak di dekat kolam renang lho sob dan view belakangnya langsung menghadap ke arah hijaunya tanaman padi di sawah. Asyik kan?



Lebih asyiknya lagi bahwa air dalam kolam renangnya itu jernih banget, ketika Ane kesini tampak hanya ada seorang bule saja yang berenang dimana dia sedang nyantai di pinggir kolam. Apakah Ane ingin menjeburnya? tidak, lawong Ane nggak bawa pakaian ganti. Coba kalau bawa, hmmm langsung saja Ane menyelaminya. Gayanya tak kalah dengan yang sudah profesional, gaya batu, hehehe. Tak ingin berlama - lama lagi disini, Ane langkahkan kaki Ane di bagian utara dari kompleks Rumah Budaya Tembi ini. Tahu tidak sob, ternyata di bagian utara komples ini ada semacam panggung yang mirip dengan tempat untuk menyelenggarakan sebuah pertunjukan pagelaran seni. Keren kan? biasanya pagelaran seni itu kan di gelar di tempat yang cukup strategis seperti di dalam gedung, bagian depan gedung atau di samping gedung. Eh ini malah di bagian belakang bangunan. Tapi ya nggak apa - apa ada nilai plusnya ternyata, selain untuk digelarnya acara, tempat ini juga cocok buat santai. Sambil melepas lelah sambil melihat pemandangan yang ada.



Ada sebuah tempat lagi yang belum Ane kunjungi dan tempat ini wajib bagi Ane sob buat dikunjungi soalnya cacing dalam perut sudah pada konser semua. Apalagi kalau bukan warung. Yapz, tak perlu jauh - jauh untuk mencarinya. Di dalam kompleks Rumah Budaya Tembi ini sendiri sudah ada sebuah warung yang beroperasi yakni Waroeng Dhahar Pulo Segaran.

Waroeng (Warung) Dhahar Pulo Segaran
Warung ini bentuknya sangat artistik dengan konsep jawa banget berbentuk limasan. Warungnya Cukup bersih dan sejuk dengan pemandangan di sekitarnya berupa areal persawahan dan sebuah kolam. Ketika Ane mengunjunginya, warungnya cukup sepi dan tak ada seorang pun yang sedang berkunjung. Itu Artinya Ane dapat leluasa untuk bernarsis ria dan ambil foto sana - sini.



Mbaknya : Mau pesan apa mas?
Ane     : Bentar ya mbak, tak lihat - lihat dulu menunya
Mbaknya : Eow ya, silahkan mas
Banyak pilihan menu yang tersedia disini, mulai dari tongseng emprit, sop buntut, sega abang Tembi, jangan tempe lombok ijo, dan lain sebagainya. Sedangkan pada minumannya ada es dawet warni, es gayeng Tembi, es campur sari, dan lain sebagainya.


Ayo di pilih - di pilih
Ini juga

Rugi donk kalau kesini tapi tidak mencoba makanan dan minuman yang ada embel - embel tembinya. Setelah memperhatikan dst, menimbang dst, memutuskan bahwa dari sekian menu makanan dan minuman yang ada Ane lebih memilih Sega Abang Tembi sebagai makanannya dan es gayeng tembi sebagai minumannya (ceileh mau gitu aja pakai acara menimbang dan memperhatikan segala nis, kayak resmi aja), Hehehe.



Sembari menunggu pesanan yang datang tampak sudah ada beberapa pengunjung yang datang. Waktu yang diperlukan untuk menunggu pesanan Ane lumayan cukup lama, ya sekitar 12 menitan lah. Pesanan yang pertama datang adalah minumannya dan kemudian di susul makanannya. Segelas minuman Es Gayeng Tembi ini berisi potongan buah melon, biji selasih, gerutan kelapa muda (degan), dan santannya yang diberi sirup.



Sementara pada makanannya, sepiring sego abang Tembi berisi sepotong tahu dan tempe bacem, sepotong daging sapi, kerupuk rambak, sayur tempe, dan sego abang (nasi merah) itu sendiri.



Lalu bagaimanakah dengan rasanya?
Hmmm, dimulai dari segerannya dulu ya sob. Menurut Ane es gayengnya memang rasanya gayeng sekali, tidak terlalu manis dan pas di lidah pokoke enaklah. Sedangkan pada sego abangnya, menurut Ane sieh biasa - biasa saja. Nasinya agak pero (kering), namun sayur tempenya cukup gurih dan enak. Secara keseluruhan sieh oke namun ada yang kurang sob, jangan bilang - bilang ke siapa - siapa ya, nasinya ituloh kurang banyak, hehehe. 17 menit kemudian


Habis sudah semuanya
Untuk semuanya uang yang harus Ane keluarkan sebesar 34,2k. Ya kalau dibandingkan dengan warung pada umumnya sieh lumayan agak mahal, misalnya saja Sego Abang Lombok Ijo Mbah Widji yang hanya seharga berapa k saja, belum lagi sop buntut disini di banderol dengan harga sebesar 43,2k, sementara di Sop Buntut pak sugeng hanya dibanderol 29k saja, itupun sudah dengan minuman es campurnya pula, dan lain sebagainya.
Dah ya sob, secara umum Rumah Budaya Tembi ini memang oke punya. Jangan lupa kalau ke Jogja bisa berkunjung kesini, atau malahan mau nginap disini? bisa, monggo silahkan. Ane tow hanya keliling - keliling saja disini, habis mau nginep uangnya tidak cukup, hehehe.
Jam buka Rumah Budaya Tembi :
Senin - jum'at Pukul 09.00 - 16.00 WIB
Jam Buka Warung Dhahar Pulo Segaran:
Setiap hari pukul 08.00 - 22.00 WIB
Sampai jumpa!

24 komentar:

  1. wah keren juga nih mas rumah budaya begini.... ternyata bagus juga ya...bale inapnya apalagi...

    es nya buat ngiler, apalagi panas-panas begini lihatnya...slurp...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, adem ayem tentrem dan bisa untuk santai,,, sampai - sampai males untuk pulang dari sini :-)

      Hemmm es buahnya tow ya enak mbak, seger pas disantap siang hari

      Hapus
  2. Tempatnya enak banget, adeeem... masuk ke list ah kalau suatu saat ke Yogya lagi:)

    BalasHapus
  3. Itu Jogja juga yah gan? makasih

    BalasHapus
  4. kirain rumah budaya tembi itu rumah ada daerah mana gitu. ternyata mirip2 museum juga yak. tempatnya kayaknya asyik. Saya paling seneng nih ke tempat2 model gini..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak,,, ya seperti museum gitu. Asyik kok mbak, apalagi kesini bareng keluarga,,, Cocok buat santai :-)

      Hapus
  5. wah jadi inget jaman dulu mas ketika masa jaya wkwkw... tembi jadi sebuah cerita diriku dan dirinya halah hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. cie, c, cie,,, hayo ngapain dirimu dan dirinya disini mas? wakakakaka

      Hapus
  6. Keren nih rumah budayanya serba ada semua ...

    BalasHapus
  7. Boleh deh coba kesana, kira kira itu kolam renangnya hanya untuk yg menginap atau bisa untuk umum? Biayanya brp gan? Makasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau yang menginap jelas boleh mbak,,, cuman kalau untuk umum kurang tahu juga mbak,,, kemarin lupa nggak nanya ama pegawainya,,, sepertinya sieh bisa mbak,,,,

      Hapus
  8. Kalau sepi, berenang di kolamnya kayaknya enak banget. :D

    BalasHapus
  9. Ok boleh Juga Tips and Trick nyaa

    BalasHapus
  10. ngopi disitu malem-malem enak juga... suasana tenang...
    sayangnya tempe nya terlalu tebal.. hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ya gan ya....

      Coba kalau tempenya tipis, jadi suasana malamnya menjadi renyah ya,,, hehehe

      Hapus
  11. Masuk nya bayar gak kak ? Misal buat foto foto doang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saat saya berkunjung tidak dikenakan tiket masuk alias gratis kak.... Ntah kalau sekarang

      Hapus
  12. Sepertinya sieh bisa Kak. Soalnya pas saya kunjungan kesitu, sedang ada acara yang diberlangsungkan yaitu Acara Pernikahan

    BalasHapus

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me