Selasa, 22 Maret 2016

Museum Pendidikan Indonesia (MPI) Yogyakarta, Museum Pendidikan yang Pertama Berdiri

Berbicara mengenai Museum Pendidikan di Indonesia sebenarnya tak hanya di Yogyakarta ini saja sob, tapi masih ada beberapa daerah lain yang juga mendirikannya seperti Museum Pendidikan Malang yang ada di Kota Malang dan Museum Pendidikan Nasional UPI yang ada di Bandung. Tentu disini Ane tak membicarakan tentang museum - museum tersebut dan cukuplah sebuah museum saja yang akan Ane ceritakan disini yakni Museum Pendidikan Indonesia (MPI) Yogyakarta yang ada di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) lebih tepatnya terletak di sebelah barat laut Gedung Rektorat UNY. Museum ini merupakan museum pendidikan yang pertama berdiri lho sob, jadi semacam pelopor berdirinya museum pendidikan di Indonesia salah duanya ya sudah Ane sebutkan di atas.



Sebenarnya tujuan awal Ane bukanlah kesini, melainkan ke Museum RS Mata Dr. Yap. Sehubungan museum tersebut tutup ya pada akhirnya Ane kesini. Tak perlu waktu lama untuk sampai sini dari Museum RS Mata Dr. Yap, hanya sekitar 4 - 7 menitan saja. Selain itu Museum Pendidikan Indonesia (MPI) ini juga letaknya sangat dekat dengan kost Ane, sehingga waktu pulang akan terasa lebih cepat. So, buat sobat yang ingin tahu dimana letak persisnya, berikut gambaran rutenya.



Cari aja Kampus UNY, dan kemudian temukanlah Rektoratnya. Nah di pojokan (barat laut) Gedung Rektorat UNY inilah Museum Pendidikan Indonesia (MPI) berada.
Sesampainya disana, Ane tak melihat seorang pun yang sedang mengunjunginya. Pemandangan seperti ini nampaknya sudah biasa Ane temui pada museum - museum yang lainnya. Sebelum memasuki ruang galeri lebih jauh, Ane diharuskan mengisi buku tamu terlebih dahulu. Ow, sangkaan Ane ternyata salah. Disitu tertulis 80 an orang yang sedang berkunjung kesini. Tapi dimanakah mereka? kok di ruang galeri nggak ada. Benar saja, tak lama kemudian turunlah rombongan orang - orang tersebut dari lantai 2. Ya, museum ini sendiri terdiri dari 2 lantai dimana lantai pertama digunakan sebagai ruang galeri dan lantai yang kedua digunakan sebagai Ruang Cinema. Untuk memasuki museum ini tak dikenakan biaya masuk sepeserpun alias gratisss tis tis tis, eh tapi sebelumnya Ane mencari informasi kalau kesini dikenakan biaya 2,5k per orang, tapi kok petugasnya diam saja ya dan tak mengharuskan Ane untuk membayarnya. Ah, yasudahlah mungkin ini rejeki anak sholeh yang baik hati dan tidak sombong serta rajin menabung dan hormat pada orang tua *huek*.
Setelah selesai mengisi buku tamu, kini saatnyalah Ane untuk mengeksplorernya. Di ruangan ini Ane disambut oleh sebuah sepeda onthel kuno yang terawat dengan baik. Setelah tak baca, sepeda tersebut adalah sepeda Hummber yang dibuat oleh Negara Inggris yang digunakan oleh guru sebagai alat transportasi utama hingga awal tahun 1980-an.



Disini juga ada sebuah prasasti yang menerangkan bahwa Museum Pendidikan Indonesia (MPI) Yogyakarta ini diresmikan pada tahun 2008. Secara umum museum ini berlantai 2 yang mempunyai 5 buah galeri, dimana 3 buah galeri berada di lantai 1 dan 2 buah galeri berada di lantai 2. Lalu ada apa sajakah yang ada disana? Yuk kita lihat bersama - sama sob.
Pada galeri pertama, galeri khusus sejarah pendidikan. Berjajar foto - foto menteri pendidikan dari awal yakni Ki Hadjar Dewantara hingga akhir yaitu Mohammad Nuh. Sedangkan untuk menteri yang sekarang belum tertempel. Tak hanya berupa foto saja yang dipajang tetapi juga dilengkapi dengan deskripsi apa yang telah mereka kerjakan. Salah satu Contohnya Ki Hadjar Dewantara yang telah mengubah pendidikan kolonial menjadi pendidikan kebangsaan Indonesia sesuai amanat UUD 1945.



Koleksi lainnya ada berbagai foto aktifitas kelas dari zaman sebelum proklamasi kemerdekaan RI; media pembelajaran, daun rontal baik itu mentah, setengah jadi ataupun yang sudah ditulisi; bolpoin, spidol, pensil, dan tinta; alat hitung dan lain sebagainya. Namanya saja perkembangan dalam dunia pendidikan ya sob, jadi dahulu itu tidak langsung menggunakan bolpoin dan kertas sebagai alat tulisnya, melainkan menggunakan daun rontal terlebih dahulu. Nah kalau pada alat hitungnya ini mengingatkan Ane pada masa kecil dulu karena ketika itu Ane mengalaminya sendiri. Alat hitung berupa bunderan - bunderan yang disusun menjadi 10 tusuk dan di setiap tusuknya berisi 10 biji (Hehehe, kuno ya?). Tapi dari sinilah Ane bisa menghitung mungkin sobat juga. Duh jadi keinget jaman SD dulu.



Daun rontal
Berbagai macam peralatan menulis
Alat hitung yang Ane maksud
Ini juga termasuk alat hitung lho sob
Tak hanya berupa foto dan barang - barang masa lalu saja yang dipajang, tetapi juga ada dua buah diorama yakni diorama kelas dan diorama rumah adat seperti rumah adat Dulohupa, rumah pewaris, rumah adat Baileo, Rumah Gadang, rumah adat Honai, dan rumah adat Joglo (Jawa - Yogyakarta).


Diorama kelas
Salah satu contoh diorama rumah adat
Memasuki galeri yang kedua, yang ada hanyalah berbagai macam foto yang tentu berkaitan dengan dunia pendidikan baik itu sebelum maupun sesudah kemerdekaan. Salah satunya foto dunia pendidikan PGTK pada tahun 1951 di Jakarta. Tak hanya foto dunia pendidikan formal saja yang ditunjukkan, tetapi juga foto dunia pendidikan informal seperti foto yang menggambarkan keadaan pemberantasan buta huruf pada waktu itu. Selain itu ada juga contoh - contoh ijazah dari waktu ke waktu, gambar tokoh Ki Hadjar Dewantara dan RA Kartini.




Meninggalkan ruang galeri yang kedua, selanjutnya Ane memasuki ruang galeri yang ketiga. Disini Ane dihadapkan pada media pembelajaran IPA terutama pada fisika dan biologi. salah satunya contoh terdapatnya mikroskop yang biasa digunakan oleh mahasiswa dan sisiwa yang mempunyai fungsi untuk melihat benda kecil seperti kuman.


Mikroskop

Contoh yang lainnya, berbagai macam mesin ketik baik mesin ketik manual maupun elektronik, fosil kerang, komputer dan printer, dan sebagainya. Misalnya saja mesin ketik manual yang digunakan sejak zaman penjajahan hingga akhir tahun 1990-an. Berbeda dengan mesin ketik manual, mesin ketik elektronik mulai digunakan pada tahun 1980-an. Kedua alat tersebut berfungsi sebagai tulis - menulis dan khusus mesin ketik elektronik dilengkapi dengan penyimpan data.


Mesin ketik manual
Mesin ketik elektronik
Komputer
Usai sudah menjelajah isi dalam museum lantai 1. Kini saatnya Ane beranjak naik ke lantai 2, tak banyak yang dapat dinikmati disini. Ya, masih ada dua ruangan lagi yang terdapat di lantai 2 ini, yakni ruangan Cinema dengan 116 tempat duduk dan sebuah ruangan lagi yang masih dalam proses penyediaan fasilitas. Berdasarkan keterangan dari petugasnya bahwa Ruang Cinema ini hanya boleh dinikmati oleh rombongan saja. Sekarang Ane baru tahu kenapa rombongan tadi turun dari lantai ini.


Kosong, tak ada isinya
Nah itulah sob cerita Ane di Museum Pendidikan Indonesia yang ada di Kota Jogja ini. Buat sobat yang ingin bertandang kesini, berikut jam operasionalnya!
Hari Senin - kamis   : Pukul 07.30 - 15.00 WIB
     Jum'at          : Pukul 07.30 - 14.00 WIB
     Sabtu dan Minggu: Tetap melayani rombongan yang sudah reservasi
                       ticket Rp. 2,5k
Tiket masuk          : 2,5k (berdasarkan informasi dari internet
                       yang Ane dapatkan.

*Sebagian tulisan Ane kutip dari setiap masing - masing obyek (benda) yang ada di Museum Pendidikan Indonesia ini*

12 komentar:

  1. seru sekali ya mas. melihat alat hitung itu jadi ingat waktu kecil dulu

    BalasHapus
  2. Wah... Membaca tentang Museum Pendidikan ini semakin membuat saya jadi tambah pengen ke Yogyakarta..
    Kapan ya, bisa ke sana.. Saldo tabungan belum mendukung...
    *curcol

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha,,,
      Ntar kalau saldo tabungan udah cukup, semoga bisa segera kesini mas

      Hapus
  3. untung deh mas di Jogja ini kota pendidikan jadi museum masih ada yg mengunjungi... saya dapat cerita kalo di daerah yg nun jauh di sana.,.. masak ada museum tapi barang" museumnya di jualin sama oknum hadeeehhh... semoga abrang" museum teteap langka dan gak masuk buka lapak saja deh... aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, bener,,,,
      Jian itu orang mungkin nggak memikirkan tentang pendidikan buat generasi muda seperti kita ini mas,,, kalau dijualin gitu kan barangnya sudah tak bisa terkontrol lagi.,., jadi ya rugi juga buat generasi muda sehingga nggak tahu barang - barang yang bersejarah. Iya mas, semoga barang - barang yang langka tak masuk dalam bursa toko online,,, Amiiieeen

      Hapus
  4. walah-walah....semakin banyak aja neh mas museum yang aku tahu ada di Jogja...
    mas itu penampakan bagian depannya MPI bagus ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asyiiik, seaaaahhh.
      Iya mbak, bener banget,,, ketika aku pertama kali berkunjung kesini ya tersepona, eh maksudnya terpesona akan bentuk bangunannya,,, Beda ama yang lainnya :-)

      Hapus
  5. NICE INFO, Sempat mau ke sana belum jadi belun jadi. Salam pendidikan :)

    BalasHapus

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me