Kamis, 02 Maret 2023

Mie Khodon Bandar Lampung, Unik dengan Tekstur yang Besar

"Mie Khodon, mie dengan tekstur yang khas dan berbeda dengan mie pada umumnya", itulah sob yang selalu terngiang - ngiang didalam otak Ane dari jauh - jauh hari sebelum Ane mencobanya. Tidak mudah bagi Ane untuk langsung mencobanya, bukan karena jalannya yang jelek tetapi karena jaraknya ituloh sob cukup jauh dari rumah Ane. rumah Ane berada di Kabupaten Mesuji, sedangkan Mie Khodon ini berada di Kota Bandar Lampung, tepatnya di Jl. Ikan Bawal No. 22, Pesawahan, Kecamatan Telukbetung Selatan. Jadi untuk sampai sini dari rumah Ane diperlukan waktu kurang lebih 4 jam.


Kan tidak mungkin begitu Ane kepingin langsung capcus menuju kesana tentu perlu persiapan terlebih dahulu. Nah, barulah pada akhir tahun 2021 kemarin Ane baru bisa menyambanginya, tepatnya pada tanggal 16 September 2021 bertepatan dengan acara Ane tes melamar kerja saat itu dan tesnya memang harus dilangsungkan di Ibukota Provinsi Lampung.
"Sudah lama berarti Nis?", 
Iya sob, memang sudah lama sekitar hampir 1,5 tahun. Jadi ibarat kata sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Kenapa tidak sekalian berwisata kuliner disana?
Ane berangkat dari rumah pada pagi hari sekitar pukul 8 pagi dengan menggunakan travel. Sebenarnya Ane bisa saja pergi kesana menggunakan sepeda motor, tapi berhubung waktu yang diperlukan untuk sampai sana cukup lama juga karena Ane pergi kesana ada acara yang sangat penting jadi ya minibus travellah yang menjadi pilihan Ane. Sesampainya di Kota Bandar Lampung pukul 12 siang dan dilanjutkan naik ojek online untuk mencari penginapan terlebih dahulu. Setelah dapat barulah pada sore harinya Ane mendatangi dimana Mie Khodon ini berada tentu menggunakan jasa ojek online lagi karena jenis angkutan ini yang paling mudah digunakan saat menjelajah Kota Bandar Lampung.

Daftar macam - macam menu mie khodon yang tersedia
Tampak bapak - bapak penjualnya yang sedang sibuk melayani para tamunya
Tempatnya sangat mudah ditemukan karena berada di pinggir jalan yang ramai. Kondisi warungnya cukup sempit mirip kios hanya ada 4 buah meja yang tergolong pendek. Kalau satu meja bisa ditempati 4 orang, maka Warung Mie Khodon ini mampu memuat pengunjung sekitar 16 orang dan itupun sebuah bangku masih harus berbagi dengan tempat kotak minuman jadi ya mengurangi tempat duduk pengunjung. Beranjak dari luar, Ane kemudian mendekati bapak penjualnya yang sedang melayani pengunjung lain dalam meracik makanan. Bapaknya cukup ramah dan menanyakan kepada Ane menu apa yang hendak di pesan, tanpa berfikir panjang Ane langsung mengatakan "mie khodon rebus pak". Beliau langsung mengiyakan tanpa bertanya balik kepada saya. Pastinya beliau sudah biasa mendengar pengunjung mengatakan demikian, padahal di daftar menu yang tertempel di salah satu sisi dinding tidak tertulis secara langsung "Mie Khodon rebus", gitu. Sebetulnya agak mikir juga sie, kenapa tidak ditulis misalnya Mie Khodon Goreng atau Mie Khodon Cemek jadi biar jelas. Nah ini cuman ditulis Mie Khodon terus kemudian bawahnya sedia: mie goreng, mie rebus, bihun goreng, bihun rebus, dan mie cemek. Kan repot, yang membuat ragu - ragu itu misalnya bihun rebus atau bihun goreng nanti disangkanya para pengunjung itu cuman bihun biasa yang di rebus atau di goreng, padahal kan bukan.



Tapi oklelah, itu suka - suka bapaknya yang menjual mau nulis apa di daftar menu mereka. Yang jelas didaftar menu mereka yang tertempel tidak pula tersedia informasi besaran harganya. Sembari menunggu pesanan tiba, Ane mengamati area sekitar. Bapak penjualnya dibantu oleh seorang pelayan yang juga sangat sibuk dalam melayani para pengunjungnya yang datang dengan peran masing - masing. Tak henti - hentinya pengunjung yang datang silih berganti. Warungnya sepertinya agak sulit kalau ingin meluaskan tempatnya, bagaimana tidak di samping kanan dan kiri dari Warung Mie Khodon ini berdiri pertkoan - pertokoan yang memperdagangkan barang dagangannya serta di bagian depan jalan yang cukup padat dilalui oleh kendaraan bermotor. Kurang lebih 5 menit, pesanan yang Ane pesan sudah datang. Inilah penampakannya sob!


Initoh yang dinamakan Mie Khodon itu? semangkok mie khodon berisi mie yang mempunyai tekstur yang besar berwarna kuning pucat seperti mie - mie pada umumnya dan disajikan bersama suwiran daging ayam, taburan bawang goreng, telur, udang dan beberapa lembar daun selada, serta kuahnya yang begitu keruh beraroma cukup khas nan menggoda serta mengunggah rasa Ane untuk segera mencicipinya. kalau Ane perhatikan dengan seksama, mie khodon ini mirip dengan bakmie jawa yang biasa Ane temui di Jogja seperti



Kalau begini kan tidak perlu jauh - jauh kalau Ane kangen dengan kedua bakmie jawa tersebut, tinggal capcus menuju kesini rasa kangen Ane sudah terobati.
Bagaimanakah dengan citra rasanya? dimulai dari kuah kaldunya, rasa kuah kaldunya cukup kuat di indera perasa Ane sehingga Ane berfikir tak perlu lah ditambahi kecap, saus, garam dsb dalam menikmatinya. Tapi kalau sobat datang kesini, kemudian dalam menikmati mie khodon ditambahi kecap dan kawan - kawan ya silahkan saja karena soal rasa kita yang tentukan sendiri dan selera setiap orang itu berbeda - beda dan tak perlu diperdebatkan. Kemudian lanjut ke intinya yaitu pada mie khodon itu sendiri dan ternyata cukup kenyal dan enak pokoke "wuenak tenan, le leduk". Berbeda memang dengan rasa pada bamie umumnya. Kalau urusan suwiran ayam, bawang goreng dan lain sebagainya tow sama saja pada umumnya sob. Tak butuh waktu lama Ane dalam menyantapnya dan akhirnya

Tak habiskan semuanya!
Sekarang Ane harus mempertanggungjawabkan semuanya yaitu membayarnya. Berhubung tidak ada harga yang tertera didalam daftar menunya, Ane mempertanyakan soal harga kepada bapak penjualnya dan Ane hanya diharuskan membayar 25k saja sudah bersama minumannya (Harga Bulan September 2021). Bagaimana sob, cukup ramah di kantong bukan? Ow iya sob, tak lupa Ane mempertanyakan kepada beliau sekalian mengapa kok tekstur mie ini besar - besar? dan beliau pun menjawab kalau Mie Khodon ini bahan bakunya dibuat sendiri dan tanpa pengawet. Pantas saja mie ini masih bertahan hingga saat ini, padahal kan mie ini dijual mulai tahun 1960-an.
Jam buka Mie Khodon : 4 sore - 7 malam
Let's Go

Kamis, 02 Februari 2023

Islamic Center Tulang Bawang Barat, Ada Pulau Cantiknya

"Islamic Center Tulang Bawang Barat merupakan salah satu obyek wisata yang sangat iconic di Tulang Bawang Barat", itulah sebuah kalimat yang selalu terniang - niang di otak kepala Ane saat sebelum datang mengunjunginya. Iya sob ini kedua kalinya Ane mengunjunginya, pertama saat pandemi terjadi tahun 2020 namun obyek wisata ini masih dalam keadaan tertutup sehingga Ane bersama adik Ane tidak boleh memasukinya. Barulah pada tahun 2022 kemarin, tepatnya bulan November Ane sudah bisa memasukinya. Bukan bersama adik Ane lagi, tetapi bersama rombongan keluarga tempat Ane bekerja.


Selepas dari Taman Budaya Uluan Nughik, kita semua bergegas menuju kesini. Tak butuh waktu lama untuk sampai sini hanya sekitar kurang lebih 20 menit karena sebelumnya mampir dahulu di Tugu Rato Nago Besanding. 
Sesampainya di tempat parkir, kita semua segera memasukinya. Sama seperti halnya Uluan Nughik, tak ada tiket masuk yang dikenakan disini. Inilah Islamc Center yang unik itu, bagaimana tidak sebuah masjid tanpa kubah dan mihrab, bangunan rumah adat, danau buatan yang indah, pulau buatan yang dibuat seolah - olah seperti alami serta taman yang cantik tersaji menjadi satu kawasan. Islamic Center Tulang Bawang Barat atau lebih dikenal dengan Islamic Center Tubaba terletak di Jalan Raya Panaragan Jaya - Pulung Kencana, Desa Panaragan Jaya, Kecamatan Tulang Bawang Tengah. Kalau sobat dari arah Bandar Lampung, sobat bisa naik bus jurusan Unit 2 Tulang Bawang yang biasa melintasi Jalan Lintas Timur kearah utara. Kurang lebih 2,5 jam perjalanan bus yang anda tumpangi akan sampai di desa Gunung Batin. Tepat di pertigaan Indomaret Gunung Batin, mintalah bus sobat untuk berhenti disitu. Dari sini, sobat bisa mencari jasa ojek motor yang biasa mangkal tepat di pertigaan ini atau nggak naik bus yang mengarah ke Islamic Center ini.


Spot pertama yang langsung kita tuju yaitu bangunan rumah adat yang bernama Sesat Agung Bumi Gayo. Pertama - tama kita disambut puluhan ribu hingga ratusan ribu ikan hias yang siap menyapa siapa saja yang datang. Mereka berharap kepada setiap pengunjung untuk memberikan makan kepada mereka. Ya, untuk mencari makanan buat mereka pun tidak susah. Setiap pengunjung bisa beli di pedagang yang menawarkan makanan ikan dengan harga 5k saja per plastik. Berhubung tempatnya yang cukup nyaman, maka bangunan rumah adat ini tepatnya di lantai 1 kita serombongan menjadikannya sebagai basecamp termasuk didalamnya tempat makan. Bangunannya cukup cantik dan khas, beratap pelana, mempunyai dua lantai dengan berdindingkan kayu dan dibagian langit - langitnya pada lantai kedua terdapat berbagai macam tulisan dengan menggunakan aksara Lampung.

Bangunan rumah adat Sesat Agung Bumi Gayo
Beragam ikan hias yang menghuni danau buatan
Tulisan aksara lampung yang ada di langit - langit lantai 2 Sesat Agung
"Allahuakbar,Allahuakbar", terdengar suara adzan yang menandakan waktunya shalat dzuhur dari bangunan yang ada di sebelah barat dari Sesat Agung Bumi Gayo. Ane bergegas menuju mendatangi sumber suara adzan tersebut. Bangunan tersebut bernama Masjid Baitul Shobur. Ada 2 jalan untuk sampai di masjid tersebut yakni jalan yang berada di bawah melalui jalan darat dan satunya lagi jalan yang ada di atas melalui sebuah jembatan layang yang berada di sisi selatan bangunan Sesat Agung Bumi Gayo. Timbang - menimbang akhirnya Ane memutuskan untuk jalan kaki saja melalui jalan darat agar lebih cepat, kalau lewat jembatan layang maka resikonya agak jauh sedikit memutar. Arsitektur bangunan masjid ini sangat unik dan saking uniknya dijadikan sebagai ikon Kabupaten Tulang Bawang Barat. Bentuk bangunan masjid Baitul Shobur berbentuk segi lima dan mempunyai tinggi kurang lebih 30 meter. Tanpa kubah, mempunyai pilar yang sangat banyak dan berukuran sekitar 34 x 34 meter. Berlantaikan kayu dan pada bagian bawahnya tak berdinding sehingga Ane bisa melihat bentangan kolam yang sangat luas.


Masjid Baitul Shobur terlihat jelas dari lantai 2 Sesat Agung Bumi Gayo 
Sebelum masuk kedalam, Ane melepas alas kaki dan mengambil air wudhu terlebih dahulu. Tempat wudu dan kamar kecil pun cukup nyaman dan menghadirkan suasana yang segar, mungkin efek dari atapnya yang berasal dari semen di cor dag. Melewati lorong - lorong bagian luar masjid, Ane sempat diherankan dengan tanaman - tanaman pohon pule yang tertanam di sela - sela lantai semen berbentuk persegi di areal terbuka halaman masjid . "Kok bisa tanaman pohon pule itu ditanam disini?", fikirku. Padahal pohon pule ini kalau diderah Ane tidak begitu diharapkan kehadirannya, malah terkadang di matikan sebelum hidup dengan baik.
Inilah mengapa masjid Baitul Shobur disebut juga dengan Masjid Agung 99 Cahaya Asmaul Husna, karena di langit - langit dari masjid ini tertulis tulisan huruf arab Asmaul Husna. Sesampainya di dalam masjid Ane langsung menunaikan shalat dzuhur berjamaah karena sudah waktunya. Suasananya begitu nyaman dan damai, walaupun kawasan ini berada di samping jalan raya namun bisingan kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat tidak begitu terdengar dengan jelas sehingga tidak mengganggu apalagi di sebelah barat dari masjid ini Ane dapat melihat pulau buatan dengan beragam jenis pepohonan tumbuh diatasnya yang terkadang beragam jenis burung menyinggahinya.



Terlihat sangat jelas sebuah pulau buatan yang sangat asri
Setelah menunaikan kewajiban Ane, Ane bergegas melangkah keluar menuju basecamp dan makan siang terlebih dahulu sebelum menikmati suasana kawasan sekitar. Inilah sob nikmatnya berwisata bersama keluarga dan teman - teman beserta keluarganya. Urusan perut beres karena mereka semua sudah membawa bekal dari rumah sehingga disini kita acaranya tinggal makan dan bertukar makanan. Terasa nikmat sekali, bahkan ada loh para pengunjung yang datang makan bersama dengan cara menggelar alas tikar di bawah pohon atau mencari tempat yang sejuk, karena memang kawasan Islamic Center ini juga Ane rasa cocok dan mendukung suasananya untuk melakukan aktivitas itu semua.


Ane perhatikan bahwa dalam penataan kawasan sangat memperhatikan nilai estetika. Taman yang cantik, bersih, dan anggun. Rumput gajahan yang terawat dengan baik, berbagai jenis pohon tumbuh dengan subur hingga tanaman - tanaman menyerupai tanaman bonsai hidup diatas pot berbentuk cor dag semen. Sobat kalau kesini jangan sekali - kali duduk diatasnya ya, selain menjaga agar pot dan tanaman tersebut tidak rusak juga nanti pasti di semprit oleh petugas keamanan. FYI, kawasan ini di jaga sangat ketat oleh petugas keamanan yang berasal dari anggota Satpol PP.



Buat sobat - sobat yang datang kesini bersama anak jangan khawatir sob, pasti menyenangkan karena ada berbagai macam permainan yang tersedia seperti motor - motoran dan mobil - mobilan. Kalau lapar langsung saja menuju ke seberang jalan karena disitu banyak sekali pedagang yang menjajakan berbagai macam jenis makanan dan minuman.

Let's Go

Minggu, 15 Januari 2023

Uluan Nughik, Taman Budaya yang Instagramable di Tulang Bawang Barat

Hay, hay, hay... Bagaimana nieh sob kabar sobat - sobat semua? semoga dalam keadaan baik - baik saja ya. Tak terasa sudah 1,5 tahun ini Ane tidak ngeblog sama sekali, bagaimana mau ngeblog menulis artikel, lawong laptop yang biasa Ane gunakan saja rusak jadi Ane harus bersabar dan kebetulan kali ini Ane bisa ngeblog kembali karena ada pinjaman laptop dari adik Ane jadi Ane gunakan kesempatan ini dengan sebaik - baiknya.

Cerita kali ini berawal dari dua orang rekan kerja Ane di SMP PGRI 1 Way Serdang, Pak Dwi dan Bu Yani yang keterima menjadi ASN di lingkup dinas Pendidikan dan masih sama profesinya menjadi seorang pendidik. Atas berkat itulah mereka sangat senang dan bersyukur sehingga membawa dampak yang baik bagi rekan - rekan beliau yaitu memberangkatkan kita semua berwisata bersama di Kabupaten Tulang Bawang Barat. FYI buat sobat - sobat semua bahwa Tulang Bawang Barat ini ibarat perempuan, Ane bisa katakan bahwa seorang anak perempuan belia yang beranjak menjadi gadis remaja dan berhasil memikat siapa saja untuk mendatanginya. Bagaimana tidak kabupaten ini dari segi usia baru sekitar 14 tahun, namun dari segi pembangunannya mengalami perkembangan yang sangat luar biasa terutama di bidang pariwisata seperti Patung Rato Nago Besanding dan Monumen Megou Pak yang sudah pernah Ane kunjungi sebelumnya. Ya walaupun tempatnya tidak begitu jauh dari rumah Ane, sekitar 2,5 jam perjalanan namun sudah cukup membuat Ane senang dan senyum bahagia karena perjalanan kali ini bukan hanya Ane saja yang melakukan perjalanan seorang diri tetapi juga bersama kedua orang tua Ane sekaligus bersama rekan - rekan kerja Ane. Semangat!!!


Singkat cerita, waktu yang Ane nanti - nantikan tiba saatnya yakni Hari Minggu, 6 November 2022. Rencana awal kita berangkat dari rumah jam 7 pagi, namun jadinya kita berangkat tet jam setengah 8, maklum Ane bersama keluarga harus menunggu teman - teman yang lain untuk berkumpul. Kita berangkat menggunakan 5 buah mobil pribadi, masing - masing berisi 6 - 8 penumpang termasuk dengan Sang sopir. Seperti biasa, jalan yang kita lewati mula - mula berbatu dan bergelombang. Ini nieh kalau di Jogja jalanan seperti ini biasa digunakan sebagai tempat wisata offroad, tetapi kalau disini jalanan seperti ini sudah biasa kita lewati terutama jalan yang masuk ke desa - desa, makanya kalau disini mau buka usaha wisata offroad mikir berkali - kali pengusahanya, mungkin nggak laku, hehehe.
Kurang lebih 8 Km, jalan yang kita lewati berganti menjadi jalan tol sumatera yang bedanya 360 derajat dibandingkan dengan kondisi jalan yang sebelumnya. Masuk melalui pintu Tol Way Kenanga, mobil yang Ane tumpangi wusss berjalan layaknya mobil listrik Formula E melintasi lintasan di Sirkuit Jakarta International e-Prix. Tak sampai 1 jam perjalanan kita berada di tol, dan setelah keluar kita melewati jalanan yang masih dalam kondisi beraspal dan halus. Barulah memasuki wilayah Tulang Bawang Barat, Ane merasakan kekhasan dari kabupaten ini sendiri yaitu lebar jalannya terbilang sempit kurang lebih sekitar 4 meter, namun cukup halus dan terawat.


Memang sieh sob selain di bidang pariwisata, Kabupaten Tulang Bawang Barat ini juga serius dalam membangun infrastruktur jalan sehingga tidak heran kalau banyak wisatawan yang berkunjung kesini. Apalagi di tambah dengan sifat dan perilaku para penduduk sekitar yang ramah, bukan tidak mungkin kabupaten ini akan menjadi kabupaten yang terkenal di seantero nusantara. Luar biasa! Sesuai dengan perkiraan Ane, waktu yang kita butuhkan untuk sampai sini dari rumah kurang lebih 2 jam. Ku lihat jam yang tertera di HP Ane, tepat jam 10 pagi kita sudah sampai di obyek wisata pertama yang kita kunjungi yakni Monumen Megou Pak atau lebih dikenal dengan monumen Empat Marga. Berhubung obyek wisata ini sudah pernah Ane kunjungi dan ceritakan sebelumnya, Ane skip aja ya sob. Bagi sobat yang penasaran silahkan cari di blog Ane ini ya sob.
Tak butuh waktu lama rombongan wisata Ane mengeksplorer tempat ini, yakni kira - kira hanya 30 menit dan selanjutnya kita semua menuju obyek wisata yang Ane tunggu - tunggu yaitu Uluan Nughik. Uluan Nughik ini beralamatkan di Desa Panaragan Jaya, Kecamatan Tulang Bawang Tengah. Lokasinya cukup strategis berada tidak jauh dari jalan raya Panaragan Jaya - Pulung Kencana, sekitar 200 meter dan juga berada kurang lebih 5 Km dari Ikon wisata Tulang Bawang Barat, Islamic Center.

Sekelompok ibu - ibu yang sedang melakukan kegiatan outdoor 
Setelah memarkirkan kendaraan yang Ane tumpangi, Kita serombongan semua langsung memasuki obyek wisata ini tanpa dikenakan tiket masuk sepeser pun alias gratis. Iya loh sob, Ane sempat heran dengan kabupaten ini banyak obyek wisata yang tidak menarik retribusi tiket masuk. Darimana coba biaya untuk merawat dan mengelola tempat ini, usut punya usut berdasarkan informasi yang Ane dapatkan dari Pak Dwi yang kebetulan juga warga dari Tulang Bawang Barat ini, beliau mengatakan bahwa biaya untuk merawat dan mengelola ini semuanya berasal dari Pemda. Keren! kalau begitu pejabatnya memikirkan kebahagiaan tidak hanya untuk warganya tetapi juga para wisatawan yang berkunjung kesini.
Kesan pertama saat pertama kali Ane menginjakkan kaki disini yaitu tempatnya sangat luas, suasananya cukup asri, tenang dan penataan tempatnya tertata cukup apik dan elegan. Disisi barat dan utara tempat parkir terdapat 2 buah bangunan budaya berupa rumah adat serta tempat yang menyerupai ruangan bioskop namun disini bedanya tidak beratap, tempat duduknya berasal dari batu - batuan dan di tengahnya terdapat batu - batuan yang berdiri seperti peninggalan zaman Megalitihikum. Ntah apa yang mau diusung tentang kekhasan dari obyek wisata ini. "Hanya segini saja?", fikirku dalam otak Ane. Ternyata tidak, rasa penasaran Ane terjawab sudah saat melewati sebuah jembatan yang terbentang diatas sungai berada di samping ibu - ibu yang sedang melakukan kegiatan outdor.


Sungainya cukup bersih dan banyak bermacam - macam jenis ikan hidup didalamnya. Owalah Ane baru mengerti bahwa tema yang diusung oleh obyek wisata Uluan Nughik ini yaitu bertemakan budaya yang dipadukan dengan corak kekinian dan instagramable tanpa menghilangkan substansi dari rumah budaya itu sendiri. Di setiap sudut memang keren dan cakep untuk digunakan sebagai swafoto. Di dalam bangunan - bangunan rumah budaya itu terdapat berbagai macam karya seni instalasi kain batik, instalasi yang terbuat dari bambu hingga gerabah atau keramik.
Eow iya, sobat sudah tahu belum apa arti kata dari Uluan Nughik? Kalau belum tahu Ane kasih tahu sedikit ya sob bahwa Uluan Nughik berasal dari kata Uluan yang berarti "atas" dan Nughik yang berarti "Kehidupan". So, kalau begitu Uluan Nughik mempunyai arti awal kehidupan. Loh kok Ane tahu? Ya Ane sendiri lahir di Lampung dan kalau sekolah, pelajaran bahasa Lampung pasti Ane pelajari, jadi sedikit - sedikit tahu lah.


Oke kita lanjutkan, tak hanya instalasinya saja yang bercorak budaya, tetapi juga bangunan - bangunannya cukup unik dan berhasil menarik perhatian Ane, Rumah Badik dengan dindingnya yang terbuat dari batu - batuan koral yang terlihat seperti ditempelkan dengan kombinasi bagian atasnya berupa kayu, dan bangunan lain yang bercorakkan timur tengah. Ane cukup penasaran dengan yang ada didalam bangunan timur tengah tersebut, ternyata eh ternyata didalamnya terdapat pajangan berbagai macam hasil karya seni berupa gerabah atau keramik.
Menyusuri jalanan rapi yang berbatu, tiba - tiba Ane dibuat berifikir oleh sebuah papan penunjuk arah yang berdiri tepat di belokan jalan. Seperti Baduy 269 Km, Singapura 3.467 Km, bahkan ada papan penunjuk yang mengarahkan ke Kota yang mustahil kita capai dalam waktu 1 hari yakni Brasilia 16.633 Km dan Amazon 16.725 Km. Eits tentu Ane tidak mau tertipu ya sob, itu hanyalah sebuah papan penunjuk yang hanya menginformasikan seberapa jauh tempat - tempat tersebut dari sini.
Disepanjang menyusuri kawasan obyek wisata Taman Budaya Uluan Nughik ini, Ane berhasil dibuat kagum oleh penataan obyek wisatanya. Ternyata di kawasan utara Provinsi Lampung ini masih ada toh obyek wisata yang sebagus ini. Sejauh mata memandang hamparan bangunan - bangunan dan tanah lapang yang sengaja ditanami rumput hias seperti gajahan terlihat sangat jelas dan memanjakan mata. Tidak menafikkan juga di lingkungan kawasan sekitar masih ada perkebunan karet dan singkong yang memang menjadi perkebunan khas yang ada disini.


Beruntung sekali para penyadap karet yang menyadap karet tiap hari dan pemanen singkong yang sambil bekerja melihat pemandangan sekitar yang cukup indah. Ditengah perjalanan menuju tempat parkiran, Ane diherankan oleh sebuah tempat dengan tanaman - tanaman kaktus yang cukup tinggi sehingga Ane tak lupa mengabadikan momen tersebut bersamanya. Gimana sob, tertarikkah untuk mengunjunginya? Untuk masalah fasilitas jangan khawatir semua sudah tersedia mulai dari kamar kecil, musholla, tempat sampah, tempat duduk hingga tempat makan berupa cafe mini dengan sajian khas daerah.
Pokoknya Ane harus berterimakasih kepada Pak Dwi dan Bu Yani dah, sudah membawa Ane beserta keluarga kemari dengan gratis. Ditunggu perjalanan yang selanjutnya yak Pak, Bu,,,, Hehehe.
Let's Go

Kamis, 15 Juli 2021

Patung Rato Nago Besanding dan Monumen Megou Pak, Ikon Wisata Baru Tubaba

Selepas mengunjungi Taman Seribu Batu Las Sengok, Ane bersama adik Ane melanjutkan perjalanan kembali menuju Patung Rato Nago Besanding. Penamaan ini menggunakan Bahasa Lampung dan bila diartikan kedalam Bahasa Indonesia mempunyai arti "Patung Tugu Kereta Sepasang Ular Naga". Dalam menuju kesini, Ane mengambil jalan yang tak biasa. Jalannya memang cukup bagus walau tak lebar, melewati perladangan karet yang cukup panjang sekitar 3 Km. Mendebarkan hati memang karena Ane belum tahu sama sekali dengan daerah ini dan apalagi daerah Lampung terkenal akan daerah yang rawan begal. Mau gimana lagi ini harus Ane lalui karena jalan ini merupakan jalan yang paling dekat menuju Patung Rato Nago Besanding. Tak mungkin Ane balik badan dan mengambil rute yang lain karena itu akan sedikit memutar jauh dan memakan banyak waktu.


Rute Termudah dan Aman Menuju Patung Rato Nago Besanding
Dari Jalan Raya Lintas Sumatera (tepatnya di Pertigaan Desa Gunung Batin Ilir), belok kearah barat (Kiri dari arah Kota Bandar Lampung atau kanan dari arah Kota Palembang) melalui Jl. Way Abung lurus terus hingga kurang lebih 12,4 Km menemukan Pertigaan Simpang PU Tiyuh Murni Jaya (Pertigaan ini cukup ramai dan besar).

Beloklah kearah kanan (utara), maju sedikit di sebelah kanan terdapat SPBU Pertamina. Berarti sobat sudah berada di jalan yang benar. Lurus terus ikuti jalan ini hingga mentok sejauh 10,8 Km. Sebelum menemukan Patung Rato Nago Besanding ini, sobat akan menemukan Islamic Center dahulu yang ada di sisi kiri jalan. Silahkan sobat mau mampir dahulu ke Islamic Center atau langsung menuju ke TeKaPe. Jujur, sebenarnya Ane ingin sekali mampir ke Islamic Center terlebih dahulu namun apalah daya dikarenakan masih lockdown karena Covid 19 jadi ya mampir sebatas nampang saja di area pelataran paling depan saja.

Ada sebuah keyakinan yang tertanam didalam hati Ane yaitu "Tuhan bersama dengan seorang pejalan", maka dari itu secara mantap Ane mengambil rute jalan ini apapun resikonya sekaligus mencoba apakah Tulang Bawang Barat ini tergolong aman ataukah memang benar apa yang Ane khawatirkan itu terjadi. Roda motor terus berputar, jengkal demi jengkal Ane lalui, dengan perasaan was-was dan khawatir akhirnya Ane dapat bernafas lega daerah perladangan sukses Ane lewati dan tidak terjadi apa-apa. Kini Ane memasuki daerah pedesaan, Kagungan Ratu namanya. Perasaan semakin lega apalagi saat menemui jalan yang cukup lebar seperti jalan pada umumnya menuju pusat kota. Ternyata dugaan Ane benar, jalan ini memang menuju Pusat Kota dimana Patung Rato Nago Besanding berada.



Patung Rato Nago Besanding terletak tepat di pertigaan jalan Kelurahan Panaragan Jaya, Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Lampung. Tak jauh dari Islamic Center yang memang sangat ikonik di Kabupaten Tubaba, sekitar 0,5 Km kearah barat. Patung Rato Nago Besanding cukup indah berwarna putih bercorak kuning keemasan terletak diatas batu yang cukup besar dan di setiap sisi batu tersebut terdapat pancuran buatan menyerupai mini air terjun berjumlah 8. Patung ini melambangkan dua ekor naga yang sedang menarik sebuah kereta yang dikendarai oleh kusir yang dinaiki oleh sepasang pengantin mengenakan pakaian adat Lampung. Sepasang pengantin tersebut dipayungi oleh payung bertingkat tiga dengan warna yang berbeda yakni merah, kuning, dan putih.



Bila di Pulau Bali, pemandangan patung sudah menjadi hal yang biasa. Tak ada yang istimewa karena hampir di persimpangan jalan penting biasanaya ada. Tapi ini di Lampung, bukan di Bali. Patung yang berukuran cukup besar jarang ada sehingga kalaupun ada akan menjadi hal yang sangat luar biasa dan biasanya banyak yang mengambil foto sebagai background. Pun demikian di Patung Rato Nago Besanding ini, saat Ane datang tampak ada satu dua pengendara baik mobil maupun motor berhenti di pinggir jalan. Tak lain dan tak bukan hanya untuk mampir sebentar sekedar mengambil gambar dan mengabadikan foto mereka bersamanya.



Selain indah, di sekitaran patung ini juga bersih. Dibagian sisi depan (timur) terdapat sebuah monumen bertuliskan "Tugu Rato Nago Besanding, karya ini dibuat sebagai salah satu tanda keagungan dan keluhuran budaya masyarakat Lampung. Tanda yang menghubungkan masa lalu, kini, dan masa depan. Bertanda tangan oleh Bupati Tulang Bawang Barat bernama Umar Ahmad". Ane hanya bisa menerka, maksud dalam monumen tersebut adalah sebuah makna mengapa patung ini dibuat. Semoga tetap lestari dan terjaga.

Monumen Megou Pak (Patung Empat Marga)
Puas menikmati Patung Rato Nago Besanding, Ane melanjutkan perjalanan ke arah Patung Megou Pak atau masyarakat biasa menyebutnya dengan nama Monumen. Berbeda saat menuju Patung Rato Nago Besanding dari Taman Seribu Batu Las Sengok yang diliputi rasa khawatir, perjalanan menuju ke Monumen Megou Pak ini tak sedikitpun Ane merasa khawatir. Mungkin karena kondisi jalan yang sudah bagus dan lebar, ramainya kendaraan berlalu-lalang kesana- kemari, serta berada di tempat pusat keramaian sehingga hati Ane merasa aman dan nyaman.


Jarak Monumen Megou Pak dari Patung Rato Nago Besanding tidaklah jauh, hanya sekitar 7,5 Km saja. Rutenya pun sangat mudah, dari Patung Rato Nago Besanding tinggal menuju kearah utara melalui Jl. Raya Panaragan Jaya - Pulung Kencana hingga mentok. Kemudian belok kearah kanan hingga menemukan Monumen Megou Pak ini yang berada di sebelah kiri jalan tepat di Tikungan S, Tiyuh (desa) Panaragan, Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Lampung.


Sesampainya disini Ane dapat merasakan betapa megahnya Monumen Megou Pak ini, kalau Ane perkirakan monumen ini mempunyai tinggi sekitar 15 meter dan panjang sekitar 40 meter serta lebar sekitar 6 meter. Terletak disisi tebing dengan diatasnya ladang karet dan dibawahnya lantai bertingkat 3. Di lantai pertama tepat di sebelah jalan raya digunakan sebagai lahan parkir pengunjung dan juga tempat jualan bagi abang - abang dengan menggunakan kendaraan roda dua, sementara di lantai yang kedua hanya lantai biasa namun ada yang spesial yaitu terdapatnya dua buah patung meriam yang terletak di samping kanan dan kiri tangga.


Tak berlama-lama di lantai yang kedua ini, Ane bergegas menuju ke lantai yang ketiga. Lantai yang ketiga adalah lantai yang utama karena disini terdapat bangunan pokok monumen itu sendiri. Setiap pengunjung yang datang pastilah akan menginjakkan kakinya disini. Ntah itu hanya sekedar santai saja sambil memandangi pemandangan yang sangat eksotis melihat lekukan jalan berbentuk leter S dengan pepohonan hijau yang menghiasinya, melihat lekukan tubuh naga yang divisualisasikan melalui bangunan patung, serta mengagumi monumen Megou Pak yang mempresentasikan tentang keberadaan marga atau suku asli Lampung  yakni Marga Tegamoan, Marga Boay Bolan di wilayah Bolan Udik dan Bolan Ilir, Marga Suay Umpu di wilayah Sungai Umpu, Mesuji dan Marga Buay Aji di wilayah Aji.


Selain itu pengunjung juga bisa berkeliling - keliling menjelajah setiap titik di area monumen ini sambil berfoto-foto ria. Ini yang Ane lakukan. Di salah satu sisi bagian bawah patung terpahat nama Si Pembuat monumen dan kapan monumen ini di buat. Dari pahatan ini dapat Ane ketahui bahwa Pembuat monumen adalah Pengrajin langsung dari Bali yakni I Wayan Winten dan monumen ini dibuat mulai tahun 2016 hingga 2017.


Lalu bagaimanakah dengan kondisi yang ada didalam monumen? Sebelum Ane masuk kedalam, dari luar Ane kira kalau monumen ini dibuat dengan bahan padat tanpa menyisakan ruang sedikitpun. Ternyata dugaan Ane salah, Monumen Megou Pak ini dibuat dengan didalamnya terdapat ruang kosong tempat dimana diletakkan meteran listrik dan juga menurut Ane bisa digunakan sebagai tempat berteduh oleh para pengunjungnya dari terik matahari maupun guyuran air hujan.

Kondisi ruang yang ada di dalam bangunan monumen
Terpasang sebuah meteran listrik

Mau buang air kecil ataupun besar? tenang saja sob, disini sudah tersedia kamar kecil yang terletak di sisi kiri monumen.
Let's Go

Minggu, 30 Agustus 2020

Blusukan ke Taman Seribu Batu Las Sengok Tulang Bawang Barat

Selepas mengunjungi Taman Faiz Way Sido, petualangan Ane lanjutkan kembali menuju obyek wisata selanjutnya. Tujuan selanjutnya yaitu Taman Seribu Batu, ada juga yang menyebutnya dengan Taman Batu Megalitikum atau bahkan hanya disebut dengan Las Sengok saja. Apapun itu namanya yang paling penting bagi Ane adalah bagaimana caranya Ane bisa sampai disana. Dengan mengandalkan google maps, sampai juga Ane di tempat ini walau sempat terjadi drama salah jalan sebanyak 2 kali. Jalannya terbilang cukup sempit namun sudah sangat baik bila dibandingkan dengan jalan-jalan yang ada di kabupaten tetangganya seperti Mesuji dan Tulang Bawang.


Disini Ane mulai mengerti mengapa Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba) ini mulai ramai dikunjungi oleh para wisatawan, selain telah berdirinya beberapa obyek wisata yang cukup menarik juga dikarenakan faktor infrastruktur seperti jalan menuju obyek wisata yang sudah cukup baik. Lengkap sudah di tambah dengan keramahan warga sekitar. Dengan adanya 3 hal ini tentu kedepannya Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba) akan semakin ramai dan maju. Ane yakin sebagus apapun obyek wisata itu bila kondisi jalan yang buruk dan keamanan yang buruk pula pasti tak ada wisatawan yang mau berkunjung.


Dari Taman Faiz Way Sido, waktu yang Ane perlukan untuk sampai sini tak banyak, hanya sekitar 25 menitan saja. Taman Seribu Batu Las Sengok terletak di Tiyuh (Desa) Karta, Kecamatan Tulang Bawang Udik, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Lampung. Tak ada tiket masuk yang dikenakan begitu juga dengan parkir kendaraan alias free. Ane sempat bingung kenapa tidak ada tiket masuk, padahal obyek wisata ini sudah diresmikan. Tapi Ane bisa memakluminya karena memang Taman Seribu Batu ini sepenuhnya belum jadi 100%. Hal ini terlihat dari masih berlangsungnya proses pengerjaan.

Calon jalan berlorong yang sekarang dijadikan sebagai tempat parkir untuk sementara
Para pekerja yang sedang meratakan tanah sebagai tempat untuk meletakkan batu-batu nantinya
Juga masih terdapat alat berat yang sedang mengerjakan pekerjaannya
Ane yakin suatu saat nanti setelah proses pengerjaan selesai, bakal banyak wisatawan yang datang. Belum jadi saja sudah berhasil menarik perhatian Ane, apalagi nanti kalau sudah jadi? Hamparan batu dengan berbagai macam bentuk dan ukuran berdiri kokoh tersusun melingkar terlihat cukup eksotis. Jumlahnya tak ada seribu, bahkan seratus saja tidak ada. Kenapa disebut Taman Seribu Batu? Mungkin hanya untuk sebutan saja biar banyak orang yang penasaran sehingga menariknya untuk berkunjung. Okelah!



Selain bebatuan ada sisi lain yang dapat Ane nikmati, yaitu betapa indahnya di sekeliling lokasi. Dua buah sungai mengapit tempat ini dan pemandangan pepohonan kayu alam yang masih alami memberikan kesegaran bagi indra penglihatan. Tak banyak yang dapat Ane harapkan dari tempat ini, berbagai macam fasilitas belum tersedia mulai dari tempat pembuangan sampah, kamar kecil, hingga warung makan. Karena memang belum selesai proses pembangunannya.




Ane benar-benar kagum akan konsep wisata yang ada disini, kawasan rawa (lebung) saja bisa disulap menjadi lokasi yang bernilai. Tentu ini akan berdampak baik bagi perekonomian warga sekitar.

Cara Menuju ke Taman Seribu Batu Las Sengok Tubaba

Dari Jalan Lintas Sumatera (tepatnya di Pertigaan Desa Gunung Batin Ilir), belok kearah barat (Kiri dari arah Kota Bandar Lampung atau kanan dari arah Kota Palembang) melalui Jl. Way Abung lurus terus hingga kurang lebih 16,3 Km menemukan Pasar Daya Murni. Maju sedikit ada perempatan.

Tepat di pojok barat laut perempatan tersebut terdapat sebuah masjid bernama Masjid Agung Al-Mustaqim. Beloklah kearah kanan (utara), maju sedikit di sebelah kanan terdapat Kantor Polsek Tulang Bawang Udik. Berarti sobat sudah berada di jalan yang benar. Lurus terus ikuti jalan ini sejauh 12 Km hingga mentok sampai di Tiyuh (Desa) Karta. Kemudian belok kanan sejauh 100 meter hingga mentok. Lalu belok kiri dan ikuti jalan ini hingga sejauh kurang lebih 1 Km. Setelah melewati jembatan, cermatilah area sekitar tanah rawa-rawa ini terutama di sisi kiri jalan. Taman Seribu Batu Las Sengok Sudah dapat terlihat dari kejauhan.

Baca juga:  Stonehenge Jogja, apakah ada yang beda???
Let's Go

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me