Kamis, 13 April 2017

Lengkapnya Koleksi Tumbuh-Tumbuhan di Kebun Raya Bali

Pagi hari yang sejuk di Kota Denpasar. Setelah kemarin berkunjung ke Obyek Wisata Pura Besakih dan menjelajah Kabupaten Klungkung, kini dihari yang ke-12 ini Ane berencana menjelajah kembali daerah Bedugul? Ya, sebelumnya Ane sudah menginjakkan kaki disini saat mengunjungi Pura Ulun Danu Beratan sepulang dari Kota Singaraja yang ada dibagian utara Pulau Bali.
Waktu itu sebenarnya sieh kunjungan ke Pura Ulun Danu Beratan terbilang tak sengaja karena sebelumnya kunjungan ke pura tersebut Ane masukkan kedalam satu list kunjungan khusus menjelajah kawasan Bedugul bersama kunjungan ke Kebun Raya Bedugul, Danau Buyan dan Tamblingan, akan tetapi sepulang dari Kota Singaraja hari masih siang dan memungkinkan untuk berkunjung ke obyek wisata lagi maka jadilah Ane mengunjunginya pura tersebut. Sedangkan Kebun Raya Bedugul, Danau Buyan dan Tamblingan tak bisa sekalian Ane kunjungi karena hari sudah mulai petang.


Nah, kini dihari ini Ane bertekad untuk kembali lagi ke Bedugul dan menyelesaikan misi mengunjungi 3 tempat tersebut. Tanpa fikir panjang setelah Ane bersiap-siap langsung capcus menuju kesana dengan mengendarai kuda hijau Ane. Ane sengaja berangkat pagi-pagi sekali karena selain Ane memang suka memulai petualangan di pagi hari juga menghindari padatnya aktifitas lalu lintas yang ada di Kota Denpasar. Maklumlah sudah beberapa hari Ane berada di kota ini dan mengamatinya sehingga kini Ane sudah sedikit mulai paham akan keadaan kota yang sesungguhnya.
Karena sebelumnya Ane sudah pernah menginjakkan kaki disini sehingga Ane sudah tak bingung lagi dengan jalan yang ada. Jalan searah menuju Pelabuhan Gilimanuk, ketika sesampainya di bundaran Ane belok kearah kanan searah dengan jalan menuju Kota Singaraja. Sepanjang perjalanan yang Ane rasakan adalah hawa sejuk nan segar karena memang menuju ke kawasan Bedugul itu sama saja dengan menuju kearah dataran tinggi, mirip menuju ke kawasan wisata Kaliurang kalau di Yogyakarta. Hingga akhirnya sampailah Ane di persimpangan jalan yang ditengahnya terdapat patung jagung.



Dari patung ini, bila belok kearah kiri maka Ane akan sampai di Kebun Raya Bedugul dan bila lurus kearah kanan maka akan sampai di Danau Buyan dan Tamblingan. Disini Ane sempat bingung apakah Ane mau berkunjung ke Kebun Raya Bedugul terlebih dahulu atau lurus ke Danau Buyan dan Tamblingan. Pikir punya pikir akhirnya jatuhlah pilihan Ane untuk melanjutkan perjalanan lagi mengunjungi Danau Buyan dan Tamblingan. Namun apa yang terjadi sob? ternyata Ane gagal menuju kesana karena Ane tak tahu persis jalan menuju ke tepi danaunya, Ane hanya bisa menyaksikkan keindahan danaunya dari jalan raya saja. Wokelah nggak apa-apa, setelah kurang lebih selama satu jam menyusuri jalan raya ini Ane memutuskan untuk kembali lagi ke patung jagung tadi dan belok kearah Kebun Raya Bedugul yang mempunyai nama asli Kebun Raya "Eka Karya" Bali.



Sebuah pintu gerbang berupa gapura harus Ane lewati sebelum memasuki Kebun Raya ini. Sama seperti obyek wisata kebanyakan, disepanjang jalan menuju lokasinya banyak terdapat warung-warung makan yang berdiri menjual berbagai macam jenis makanan. Setibanya diujung jalan, Ah inikah yang dinamakan dengan kebun Raya Bedugul itu? Sebuah candi bentar tampak gagah berdiri ditengah jalan dengan disamping kirinya terdapat sebuah pos jaga.



"Lalu ada apa gerangan dengan pos jaga tersebut?", Hmmm setelah Ane mendekatinya, Ane distop oleh salah seorang petugas yang sedang berjaga-jaga. Ane dilarang memasuki kebun raya ini dengan menggunakan kuda hijau Ane. Ane diharuskan memarkir kuda hijau Ane terlebih dahulu dan membeli karcis bila ingin memasukinya. "Kalau menggunakan mobil sieh bisa lanjut, tapi ya tetap wajib beli karcis", begitulah kata Sang Petugas tersebut.



Dengan mematuhi tata aturan tersebut setelah memarkir kuda hijau Ane, Ane langsung membeli tiket diloketnya. Total semua uang yang harus Ane keluarkan sebesar 12k, jumlah tersebut untuk tiket masuknya sebesar 9k dan karcis parkirnya sebesar 3k. Sebelum memulai penjelajahan, terlebih dahulu Ane keluarkan seperangkat kamera dan narsis-narsis cantik disekitaran candi bentar.



Bila diperhatikan dengan seksama candi bentar tersebut, ternyata candi tersebut mempunyai relief yang sungguh menarik. Berbagai macam jenis tumbuhan dan hewan terpahat disitu. Ada pohon kelapa, benalu, burung, kera, kuda, dan lain sebagainya.





Puas bernarsis-narsis ria disini, kini Ane memulai penjelajahan. Selangkah demi selangkah Ane meniti jalan yang ada. Disamping kanan dan kiri jalan banyak terdapat berbagai macam jenis tumbuhan yang hidup mulai dari ukuran yang cukup kecil seperti rerumputan hingga ukuran yang cukup besar seperti pepohonan.



Ane sedang foto didepan Patung Rahwana-Jatayu

Nampaknya keberadaan berbagai macam patung di Bali sudah menjadi hal yang biasa, tak terkecuali dengan yang ada disini. Salah duanya Patung Rahwana-Jatayu dan Patung Kumbakarna Laga. Dengan hadirnya patung-patung tersebut lantas tidak membuat suasana kebun raya ini semakin jelek, justru semakin cantik karena suasana Bali banget akan terasa.




Ane sedang foto bersama Patung Kumbakarna Laga
Sebenarnya ada banyak kegiatan yang dapat Ane lakukan disini, tapi berhubung Ane hanya sendirian maka Ane hanya melihat-lihat saja seluruh isi didalam kebun raya ini. Nampaknya disini pengunjung tak hanya dimanjakan oleh berbagai macam jenis tumbuhan saja tetapi juga pengunjung dapat melakukan kegiatan outbond. Hal ini terlihat dari sebuah spot yang terdapat disekitaran Patung Kumbakarna Laga, tepatnya disebelah kiri jalan. Spot tersebut bernama Bali Treetop Adventure Park, pengunjung dapat melakukan berbagai macam kegiatan outdoor seperti Birma Crosser, Flying fox, dan lain sebagainya.


Bali Treetop Adventure Park





Kebetulan pas Ane sampai disini sudah ada banyak pengunjung yang datang sehingga Ane bisa mengamati aktifitas didalamnya. Dari kesemua pengunjung tersebut yang paling banyak datang berasal dari Mancanegara. Dalam melakukan kegiatan ini, peserta pun tak boleh asal-asalan. Mereka semua harus mentaati aturan main yang ada, tampak para pemandu menjelaskan kepada semua peserta tentang bagaimana cara melakukannya dan peralatan apa yang hendak dipakainya. Tak hanya itu para Pemandu pun siap sedia memasangkan peralatan yang mesti dipasang kepada setiap peserta.



Taman Rhododendron
Bergerak kearah utara, Ane menemukan sebuah spot tanaman yang membuat Ane merasa tak pernah mendengarnya. Spot tersebut bernama Taman Rhododendron. Berdasarkan sebuah tulisan yang ada disekitar lokasi bahwa Rhododendron dan Azalea termasuk dalam genus Rhododendron dari suku Ericaceae. Terdapat lebih dari seribu spesies dalam marga Rhododendron. Jenis-jenis Rhododendron tersebar secara liar dari kawasan artik sampai tropika, dengan cakupan iklim yang lebar. Antara lain Asia yang tumbuh di kaki bukit pegunungan Himalaya, China Barat, Utara India, Burma dan Assam, termasuk juga dari Jepang, Eropa dan Timur serta Barat Amerika Utara.



Sebagai jenis tanaman hias, Rhododendron dan Azalea bisa menjadi bagian dari taman/landscape yang terlihat bagus bila ditanam secara berkelompok. Mereka sangat populer saat bunga yang berwarna-warni bermekaran. Nah, di Kawasan Asia Tenggara sendiri sebagian masyarakatnya memanfaatkan sebagai obat-obatan tradisional.
Di Kebun Raya Bali saat ini sudah memiliki koleksi sebanyak 59 nomor koleksi, 20 jenis dan 155 spesimen yang berasal dari Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Papua serta hasil seed exchange dari Taiwan, Jerman, USA dan Jepang.



Di spot lain, Ane dapat dengan mudah menjumpai koleksi tanaman anggrek. Ya, sebuah taman yang cukup cantik dengan dibagian depannya terdapat kolam kecil yang dilengkapi dengan air mancur menyambut kedatangan Ane. Seperti biasa, sebelum memasukinya Ane sempatkan diri untuk membaca sebentar sebuah tulisan yang tertempel dibagian depan.


Koleksi Anggrek




Berikut penjelasannya: Suku anggrek-anggrekkan atau orchidaceae merupakan suatu suku tumbuhan berbunga dengan anggota jenis terbanyak. Jenis-jenisnya tersebar luas dari daerah tropika basah hingga wilayah sirkumpolar, meskipun sebagian besar anggotanya ditemukan didaerah tropika. Kebanyakan anggota suku ini hidup sebagai epifit, terutama yang berasal dari daerah tropika. Anggrek epifit dapat hidup dari embun dan udara lembap.



Buah anggrek berbentuk kapsul yang berwarna hijau dan jika masak mengering serta terbuka dari samping. Bijinya sangat kecil dan ringan, sehingga mudah terbawa angin. Biji anggrek tidak memiliki jaringan penyimpan cadangan makanan, bahkan embrionya belum mencapai kematangan sempurna. Perkecambahan baru terjadi jika biji jatuh pada medium yang sesuai dan melanjutkan perkembangannya hingga kemasakan. Contoh anggrek ada Coelogyne pandurata Lindl., Paphiopedilum javanicum (Reinw. ex Lindl.) Pfitzer, Dendrobium macrophyllum A.Rich.
Ah, sekarang masuklah dan ini anggrek-anggrek yang Ane ceritakan tadi.




Keluar dari spot koleksi tanaman anggrek, Ane melompat ke seberang jalan yang ada didepannya. Ya, spot yang Ane kunjungi selanjutnya adalah Rumah Kaca Kaktus. Dari depannya saja sudah terlihat kalau spot ini adalah tempat koleksi tanaman kaktus, bagaimana tidak disamping kanan dan kiri pintu masuk berdiri masing-masing sebuah tanaman kaktus yang diberi pot. Hmmm, yuk masuk yuk!

Rumah Kaca Kaktus



Oh iya bentar, berbeda dengan spot-spot yang sudah Ane masuki, tulisan yang ada disini bukanlah tulisan yang bersifat sangat serius tetapi tulisan disini malah bercerita tentang "cerita dibalik kaktus". Berikut ceritanya: Jadi kaktus ini sudah dibudidayakan di Indonesia sejak sekitar akhir abad ke-19 dengan bibit yang didatangkan oleh pemerintah Hindia-Belanda. Maksud dari pembudidayaan pada masa itu adalah sebagai makanan ternak sapi, terutama pada daerah-daerah sentra produksi ternak yang dilanda musim kering.



Kalau sekarang mah tumbuhan kaktus ini bukan hanya sekedar sebagai makanan ternak saja, tetapi sudah dijadikan sebagai tanaman hias. Beberapa jenis kaktus (seperti Opuntia ficusindica) mempunyai buah dan daun yang dapat dimakan. Buah naga (Hylocereus sp. dan selenicerius sp.) yang sedang naik daun sejak beberapa tahun terakhir juga termasuk kelompok tumbuhan kaktus.



Sekarang saatnya masuk. Pada awalnya Ane hanya mengira kalau tumbuhan kaktus itu jenisnya tak banyak. Selain buah naga dan biasa Ane menyebutnya dengan bunga ririan, eh ternyata banyak juga tow, ada yang unik pula. Seperti Echinocactus grusonii Hildm., bunga ini memiliki bentuk bulat dan beruas-ruas serta disekelilingnya banyak durinya.


Kalau ini Ane sering melihatnya, Ane menyebutnya dengan bunga ririan
Echinocactus grusonii Hildm
Sobat pernah bermain lompat tali yang talinya sendiri terbuat dari karet gelang yang dirangkai? nah, ternyata ada lho tumbuhan kaktus yang menyerupai rangkaian tersebut. Sedum Acre L. (Crass.), itulah namanya. Saat pertama kali Ane melihatnya, fikiran Ane langsung tertuju pada sebuah karet gelang yang dirangkai dan pernah Ane memainkannya saat masih kecil.



Berbeda jauh dengan tumbuhan kaktus yang dapat hidup di cuaca panas dan kekeringan, spot selanjutnya yang Ane kunjungi justru tanamannya harus terus berada di air. Ya, spot tersebut bernama Taman Aquatik. Spot ini tergolong indah karena di tepi kolam agak menengah terdapat sebuah bangunan mirip gazebo, sehingga setiap para pengunjung yang datang bisa beristirahat sejenak sambil melihat koleksi-koleksi tanaman air yang ada.

Taman Aquatik



Sebenarnya Ane ingin kesitu sob, tapi apa boleh buat terdapatnya 2 orang laki-laki yang dari awal hingga Ane puas mengelilingi kolam tak pergi-pergi maka membuat Ane mengurungkan keinginan Ane tersebut. Yasudah, Ane naik lagi keatas. FYI, Disini tanaman air ditata dalam sebuah kolam bertingkat enam. Lumayan, mirip dengan gazebo yang ada dibawah disini pun dapat digunakan sebagai tempat beristirahat sejenak. Untuk dapat sampai gazebo tersebut Ane harus berjalan diatas jembatan penghubung terlebih dahulu.



Banyak tanaman-tanaman menarik yang dapat dijumpai di Taman Aquatik ini, antara lain Equisetum debile, Nymphaea pubescens Willd. (Teratai), Canna sp. (Kana air), Cyperus papyrus L. (Rumput kertas), dan Cyperus flabelliformis Rottb. (Teki payung ND.).
Dari sekian koleksi yang ada, teratailah yang sering Ane jumpai. Daunnya lebar berbentuk bundar/oval dan bunganya berada di permukaan air, sedangkan tangkai terendam dalam air. Permukaan daun tidak mengandung lapisan lilin sehingga air yang jatuh ke permukaan daun tidak membentuk butiran air.





Bergerak kearah utara, Ane menjumpai sebuah taman yang namanya masih asing ditelinga Ane. Taman tersebut bernama Taman Usada. Ane kira awalnya taman ini adalah tempat untuk menanam koleksi tanaman yang berkaitan dengan kegiatan upacara keagamaan di Bali, secara dari namanya saja sudah kelihatan "Usada" biasa orang bali melafalkannya dengan kata Usade. Eh, ternyata bukan! koleksi-koleksi yang ada disini sieh masih berkaitan dengan Bali, cuman fungsinya saja yang berbeda yakni tanaman yang dapat digunakan sebagai obat.

Taman Usada



Ada banyak tanaman yang terdapat disini, cuman kurang begitu menarik atau gimanalah jadi Ane tak berlama-lma disini. Contohnya saja Psidium guajava L. (Myrt.)/jambu biji atau jambu klutuk, Alpinia galanga Swartz (Zing.)/lengkuas, Scutellaria sp. (Lamp.), dan Rubus rosaefollus J.E. Smith (Ros.).


Psidium guajava L. (Myrt.)
Alpinia galanga Swartz (Zing.)
Scutellaria sp. (Lamp.)
Keluar dari Taman Usada, Ane melanjutkan penjelajahan lagi. Perburuan Ane selanjutnya yaitu melihat "Pohon Ficus Raksasa". Meski jalan yang yang ada sudah sangat baik, namun untuk mencapai ke spot ini dibutuhkan tenaga ekstra. La gimana tidak, berbeda dengan spot-spot sebelumnya yang saling berdekatan letaknya, letak Pohon Ficus ini dari Taman Usada agak jauh. Selain itu jalan yang ada semakin naik, padahal Ane sendiri hanya berjalan kaki. Yasudah, lengkaplah penderitaan Ane ini. Tapi ada yang membuat Ane senang sob, yaitu hadirnya banyak pohon yang berdiri disamping kanan dan kiri jalan sehingga Ane merasa jalan ditengah hutan.

Pohon Ficus Raksasa
Yang nulis ini katrok
Agak parno juga sieh sob, karena selain Ane tak ada lagi pengunjung yang sedang berada disini jadi ya bisa dibayangkan sendiri kan sob mistisnya seperti apa? Hiii atuttt. Ditengah jalan ini Ane sambil berfikir dimana letak pohon ficus itu berada, pasalnya pohon yang berdiri Ane rasa besar-besar semua. Tapi, bararada inilah pohon yang Ane cari-cari itu. Dibandingkan dengan pohon-pohon yang ada disekitarnya, memang pohon ini paling menonjol keberadaannya. Pohon ini terletak disebelah kiri jalan. Pohonnya sungguh membuat Ane kagum, kok masih ada ya pohon sebesar ini yang masih tumbuh? Hmmm kerenlah. Tanpa berlama-lama lagi langsung saja Ane foto bersamanya, kapan lagi coba Ane foto bersamanya.




Setelah cekrak-cekrek sekedarnya, Ane melanjutkan lagi perjalanan menuju spot berikutnya. Kalau dari tadi trek yang Ane lewati cenderung naik, kini berubah trek selanjutnya berupa turunan. Hal ini lantas serta-merta membuat Ane senang, ditengah melewati turunnya jalan tiba-tiba langit tampak menghitam dan dengan cepatnya hujan turun rintik-rintik. Namanya saja di dataran tinggi, jadi ya cuaca begitu cepat berubah dan sulit untuk diprediksi. Alhasil ketika melewati pertigaan jalan, bila lurus akan sampai di Taman Cyathea atau kembali ke spot awal dan bila kearah kiri akan sampai di spot selanjutnya, maka Ane mengambil jalan kearah kiri saja. Ngapain coba masih siang kok buru-buru pulang. Ane berjalan dengan cepat, hingga tak lama kemudian Ane bertemu lagi dengan pertigaan jalan. Bila lurus maka akan sampai di pemandangan danau dan bila kearah kanan maka akan membawa ke beberapa tempat termasuk keluar.



Pemandangan Danau
Merasa penasaran dengan pemandangan danau maka Ane memutuskan untuk mengambil kearah lurus saja. Dan tiba-tiba bresss, bresss, bresss, hujan datang begitu deras. Beruntung, tak jauh dari spot pemandangan danau terdapat sebuah bangunan yang berdiri yakni Guesthouse "Etnobotani". Tanpa berfikir panjang, langsung saja Ane berlari menuju bangunan tersebut untuk berteduh. Cukup lama juga Ane menunggu hujan reda, hingga akhirnya kurang lebih setengah jam hujan pun mulai reda. Ane nekat saja untuk segera menuju ke Pemandangan Danaunya. "Seperti apa sieh pemandangan yang ditawarkannya?", pertanyaan itulah yang selalu muncul didalam hati kecil Ane ini. Tak lama berselang, taratata inilah pemandangan danau yang ditawarkan itu.



Sayang, cuacanya kurang mendukung hanya berupa kabut putih samar-samar saja yang terlihat. Namun begitu Ane masih bisa mengetahui kalau danau yang terlihat dari sini adalah Danau Beratan, karena tampak adanya meru-meru yang menjulang tinggi khas dari Pura Ulun Danu Beratan.



Kalau pas cuacanya sangat cerah, nggak kebayang deh sob cantiknya seperti apa. Sumpah! Pantas saja dari sekian spot-spot yang ada di kebun raya ini, di spot inilah yang paling ramai pengunjungnya. Bagaimana tidak, lawong disini saja segala hal yang diperlukan pengunjung sudah tersedia seperti kamar kecil dan gazebo untuk beristirahat. Jangankan itu, lawong ada hal-hal lain yang membahayakan pengunjung pun diberi perhatian, seperti pohon yang sudah mulai lapuk diberi tanda khusus sebagai peringatan untuk para pengunjungnya.



Kalau sobat melihat tanda ini, please jangan deh sob berada dibawahnya
Sambil menunggu hujan rintik-rintik berhenti, Ane memperhatikan aktifitas pengunjung. Kebanyakan pengunjung yang datang kesini berombongan atau berpasangan, lha kalau Ane sendiri? hmmm. Mereka ada yang nekat duduk-duduk di kursi sambil menghadap ke danau, ada yang sedang duduk-duduk berdua dibawah pohon, bahkan ada yang sedang merayakan ulang tahun salah satu anggota keluarganya. Cuaca sepertinya bukanlah suatu hambatan bagi mereka, mereka tampak senang menikmatinya.
Tak lama Ane berada disini, kurang lebih seperempat jam Ane bergerak ke spot selanjutnya. Ane kembali ke pertigaan tadi dan mengikuti arah papan petunjuk. Benar saja, di tengah hujan rintik-rintik Ane melihat sebuah taman yang berdiri di kanan jalan. Ane sudah tak asing lagi dengan namanya. Taman tersebut adalah Taman Bambu.

Taman Bambu



Sebelum memasukinya tampak batang-batang bambu melengkung ke berbagai arah dan Ane menduga kalau bambu-bambu tersebut adalah bambu-bambu yang biasa Ane jumpai disekitar pemukiman Ane. Benar saja setelah masuk mendekati pohonnya, pohon-pohon bambu yang ada disini memang jenis-jenis bambu yang biasa Ane temui dalam kehidupan sehari-hari.
Cuman bedanya kalau di pemukiman Ane sana, Ane hanya tahu kalau bambu ya bambu. Disini, Ane bisa belajar banyak tentang bambu. Eh tahu nggak sob kalau bambu itu termasuk tanaman yang unik lho. Ingin tahu? berikut penjelasan yang Ane peroleh dari tulisan yang ada disini. 
Bambu adalah penyerap karbon yang baik. Bambu menyerap karbon dioksida dan melepaskan oksigen 30 % lebih banyak ke atmosfer dibandingkan dengan pohon-pohon pada umumnya. Hal ini membuat bambu sangat baik untuk menyerap gas rumah kaca dan memproduksi lebih banyak oksigen bersih dan segar.
Bambu tumbuh sangat cepat. Beberapa spesies bambu tercatat dapat tumbuh setinggi lebih dari 90 cm dalam sehari. Sekitar 3,8 dalam satu jam. Tidak ada tanaman lain di bumi bisa melakukan ini. Bambu dapat mencapai kedewasaan penuh dalam 1 sampai 5 tahun (bergantung dari spesies). Pohon kayu keras membutuhkan waktu 30 sampai 40 tahun untuk dewasa. Hal ini menjadikan bambu sebagai satu-satunya tanaman berkayu yang dapat mengimbangi tingkat konsumsi manusia dan deforestasi.
Regenerasi bambu yang cepat. Ketika bambu dipanen, maka akan terus tumbuh tunas-tunas baru dari sistem perakarannya yang menakjubkan. Bambu tidak memerlukan bahan kimia, pestisida atau pupuk untuk tumbuh dan berkembang. Daun-daun yang terjatuh memberikan nutrisi yang diperlukan agar bisa didaur ulang kembali kedalam tanah.



Keunikan bambu yang lain yaitu bambu mencegah erosi. Setelah hutan kayu keras habis ditebangi, humus dibagian tanah atas akan mudah terkikis dan akhirnya ikut hanyut terbawa aliran air. Namun hal ini tidak berlaku bagi bambu, karena sistem perakaran bambu akan terus tumbuh bahkan setelah pemanenan. Tunas baru akan muncul dan akar bambu masih mampu menjaga kestabilan tanah dan mempertahankan nutrisi yang ada.
Disamping keunikan-keunikan bambu tersebut, ternyata ada hal lain lho sob yang berkenaan dengan bambu yakni tentang penebangannya. Nenek moyang kita menjalankan banyak syarat yang harus dilakukan dalam menebang atau memanen bambu. Empat diantaranya adalah tidak menebang bambu pada saat terang bulan, pada pagi hari, saat muncul rebung, dan saat rumpun bambu mulai berbunga. Ritual penebangan ini ternyata dapat dibuktikan secara ilmiah. Berikut penjelasannya.
  1. Bambu tak bisa ditebang saat terang bulan karena kadar airnya sedang tinggi. Kadar air yang tinggi menimbulkan kadar gula yang tinggi. Kadar gula yang tinggi pada bambu akan mudah dimakan rayap.
  2. Di pagi hari bambu biasanya sedang mengisap makanan yang mengandung banyak gula. Bambu seperti itu tidak bisa tahan lama karena mudah dimakan rayap.
  3. Saat bambu sedang memiliki rebung, sesungguhnya berat batang bambu berkurang setengahnya karena bambu yang lebih tua sedang mengalihkan zat kalk pada anak bambu atau rebung.
  4. Bambu yang berbunga menandakan bambu sudah akan mati karena stres dengan keadaan disekitarnya. Stres pada bambu bisa disebabkan oleh banyaknya zat kimia beracun disekitar rumpun bambu atau terpaan angin besar.

Sekarang tahu kan sob keunikan-keunikan dari bambu itu? Lagi-lagi sungguh disayangkan dengan cuaca saat ini. Hujan lagi-lagi turun dengan deras. Ane berlarian mencari tempat berteduh, syukur Ane melihat dua buah bangunan gedung yang cukup besar, tapi apa boleh buat saat hendak mau kesitu sudah tak ada waktu lagi. Akhirnya Ane berteduh di sebuah gazebo yang berada tak jauh dari gedung-gedung tersebut. Dibutuhkan waktu 1 Jam untuk menunggu redanya hujan, ya sebenarnya masih rintik-rintik sieh. Tak ingin berlama-lama lagi disini Ane segera meninggalkan gazebo. Tak lama kemudian Ane baru mengetahui kalau dua buah gedung yang sempat Ane incar untuk berteduh tadi ternyata gedung Wisma Wijahloka dan Gedung Pertemuan Nayakaloka. Woke, untuk apa lagi kalau sudah reda seperti ini. Lanjut lagi, niatnya ingin segera pulang tapi ah apa daya tubuh ini tergoda. Sebuah gedung cukup besar terlihat dari jalan. Merasa penasaran, Anepun mendekatinya dan ternyata setelah Ane dekati gedung ini adalah tempat menaruhnya koleksi tanaman Begonia.

Taman Begonia





Sebelumnya Ane sendiri tak tahu tanaman Begonia itu jenis tanaman apa sob, maka dari itu sebelum masuk kedalam dan melihat-lihat, Ane sempatkan diri sebentar untuk membaca-baca tulisan yang tertempel disini. Berikut penjelasannya. Tanaman Begonia mempunyai ciri umum memiliki helaian daun yang asimetris dimana satu belahan helaian daunnya lebih besar dari yang lainnya. Kini telah banyak jenis-jenis Begonia hibrida yang merupakan hasil silangan. Bentuk dan warna daun yang indah, didapat dari perkawinan dua jenis Begonia yang berbeda, tidak hanya daunnya yang cantik, beberapa jenis Begonia juga memiliki bunga yang indah.





Selain dengan biji, Begonia juga dapat diperbanyak dengan cara memisahkan rumpun dan umbinya, juga dengan stek pucuk, batang dan daun.
Kini Ane mulai melihat-lihat koleksi bunganya. Memang benar hampir semua tanaman Begonia sangatlah cantik dan berwarna-warni. Ada tanaman Begonia yang memiliki nama Begonia bowerae Ziesenh. "Bethlehem star", Begonia manicata "Fairyland", Begonia dregei Otto dan Dietr, dan masih banyak lagi lainnya.


Begonia bowerae Ziesenh. "Bethlehem star"
Begonia manicata "Fairyland"
Begonia dregei Otto dan Dietr
Masih dalam satu atap tapi di tempat terpisah, ada koleksi tanaman lain yang sering Ane lihat. Ya, tanaman tersebut adalah tanaman talas-talasan atau dalam bahasa biologinya Araceae. Tumbuhan ini mempunyai karakteristik utamanya adalah perbungaan yang tersusun dalam bentuk tongkol (spadix) yang dikelilingi oleh seludang (spathe). Tanaman ini biasanya tumbuh pada tempat yang terlindung dan lembab baik di tanah, merambat, mengapung di air atau hidup pada bebatuan di pinggir sungai.



Saat ini Kebun Raya Bedugul telah mengoleksi sebanyak 33 marga, 100 jenis dan 1.488 spesimen Araceae. Salah tiga contoh tumbuhan Araceae diantaranya Dieffenbachia sp., Alocasia longiloba Miq., Homalomena sp., dan Schismatoglottis calyptrata (Roxb.) Zoll. dan Moritzi.


Alocasia longiloba Miq.
Homalomena sp.
Schismatoglottis calyptrata (Roxb.) Zoll. dan Moritzi
Weladalah ada tanaman jenis lain yang berada masih dalam satu gedung dengan tanaman Begonia tow. Apakah masih dalam satu marga dengan Araceae? ternyata tidak, tanaman tersebut bernama Nepenthes. Tumbuhan ini memiliki kantong. Kantong pada tumbuhan ini bukanlah sebuah bunga, melainkan modifikasi daun dibagian ujung yang membentuk kantong dan berfungsi untuk menangkap makanan. Karena itu, Nepenthes sering disebut "Kantong Semar".
Uniknya lagi, Nepenthes merupakan tumbuhan karnivora. Ia memperoleh makanan dari serangga yang berhasil ditangkapnya. Nepenthes sengaja mengundang serangga melalui aroma yang dikeluarkan dari kelenjar dikantongnya. Aroma ini akan mengundang semut, nyamuk, kumbang, lalat, kecoak, tawon, dan serangga kecil lainnya untuk datang. Setelah menempel di bibir kantong, serangga tersebut akan tergelincir dan terjebak didalamnya. Kantong akan mengeluarkan cairan asam untuk melumatkan serangga menjadi protein. Protein tersebut diuraikan menjadi nitrogen, fosfor, kalium dan garam mineral. Zat inilah yang diserap dan diolah menjadi makanan di daun. Menarik bukan?





Syukur, keluar dari Taman Begonia hujan sudah reda. Tepat didepan taman ini ada sebuah tanah lapang yang cukup luas. Ntah apa yang ada diseberang, Ane bergerak kesana. Ternyata masih ada sebuah taman yang dapat Ane kunjungi. Taman tersebut adalah Taman Mawar. Berbeda dengan Taman Begonia yang berupa sebuah gedung, di Taman Mawar ini justru berupa taman terbuka. Jadi kalau hujan lagi ya badan ini pasti basah semua. Tak ingin hal itu terjadi, segera Ane langkahkan kaki masuk kedalam dan inilah salah dua koleksinya.


Pintu masuk Taman Mawar

Mawar merah merona, ada yang mau? :-)
Tak lama Ane berada disini, ya sekitar 3 menitan. Setelah itu keluar. Saat mendekati pintu masuk kebun raya, Ane sadar kalau Ane belum menjamah semuanya. Tak jauh dari Gerbang Utama Candi Bentar, ada jalan yang mengarah kekiri. Masuklah Ane kesitu. Nah, disini Ane sempat terheran-heran dengan tanaman yang ada di sepanjang jalan yakni tanaman pohon yang menyerupai pohon pisang. Tapi buahnya itu sendiri Ane rasa bukan buah pisang. Sempat bingung juga sieh Ane disini. Ini lho sob pohon yang Ane maksud.


Secara sekilas pohon ini tampak seperti pohon pisang pada umumnya
Tapi kok jantungnya malah mirip seperti bunga ya dan ruasnya agak jauh?
Ah, Ane foto tulisan yang ada dibawahnya untuk selanjutnya Ane cari di internet
Setelah tak cek di internet memang benar tanaman tersebut adalah tanaman pisang. Nama tanaman tersebut yang Ane cek adalah Musa Velutina H. Wendl. dan Drude. Sebenarnya ada yang meyakinkan Ane sieh sob, karena diantara rerumpunan tersebut terdapat juga tumbuhan yang berbuah layaknya pohon pisang. Kalau tadi jantungnya agak berjauhan ruasnya, nah kalau yang ini ruasnya cukup dekat.





So, Ane yakin kalau kesemuanya tersebut adalah pohon pisang. Kalau sobat sendiri menganggap tanaman itu tanaman apa sob? apakah pisang atau tetap bunga? Ya terserahlah, yang penting kita tetap bersahabat ya? hehehe. Yuk, daripada kita bingung kita lanjutkan petualangan kita yuk sob. Sebenarnya ada apa aja sieh yang berada disepanjang jalur ini? dengan mengabaikan jalur hutan tropis, spot yang Ane temui pertama adalah Taman "Panca Yadnya".

Taman Panca Yadnya



Di taman ini terdapat berbagai macam koleksi tanaman yang dapat digunakan untuk upacara adat Hindu Bali seperti salah satu contohnya tanaman Cordyline sp. (Asparagaceae). Masyarakat Bali percaya bahwa tumbuhan menjamin upacara tetap berlangsung. Masyarakat Bali mencari kebahagiaan dengan menjaga keseimbangan antara kehidupan material dan spiritual.



Sesaji dibuat dari bagian tanaman. Setiap bagian sesaji memiliki arti yang melambangkan kebesaran Tuhan. Sesaji dipersembahkan untuk memohon berkah-Nya. Beberapa upacara dilakukan secara pribadi dengan sesaji sederhana, tiap hari. Upacara yang dilakukan masyarakat secara bersama umumnya besar dan artistik.
Tak hanya tempat untuk menanam tanaman upacara adat, di taman ini juga terdapat sebuah gedung persegi lima. Dibagian depan setiap sisinya juga dibangun bale bengong. Ntah apa muatan filosofi yang tersemat didalam gedung ini, Ane kurang begitu mengerti yang jelas begitu Ane masuk kedalam gedung tersebut Ane tak menemukan apa-apa yang ada hanyalah sebuah lukisan mirip gaya kamasan. Kalau sobat belum tahu apa itu Kamasan, sobat bisa deh berkunjung ke Taman Gili Kerthagosa. Nggak hanya ke Taman Gilinya saja, sobat bisa juga datang langsung ke Desa Kamasan yang terletak tidak jauh dari Taman Gili tersebut.







Tak banyak yang dapat Ane nikmati di jalur yang mengarah ke barat ini. Spot terakhir yang Ane masuki adalah sebuah pura yang cukup unik dan menarik. Pura tersebut bernama Pura Batu Meringgit. Dari semua spot yang ada di kebun raya ini, spot inilah yang paling sepi pengunjungnya. Mungkin, pengunjung sudah tak asing lagi dengan yang namanya pura sehingga wajar saja kalau pura ini sepi pengunjung.


Pura Batu Meringgit





Sebenarnya agak horor juga sieh sob sendirian, dari namanya saja sudah mampu mendirikan bulu kuduk Ane. Tapi sebagai anak yang suka jalan-jalan nggak jelas ya Ane tetap memasukinya. Apa sieh yang unik dari pura ini? Nah, yang unik dari pura ini adalah selain terdapatnya pelinggih-pelinggih yang biasa ditemukan di bagian utamaning mandala pura juga terdapat dua buah bangunan seperti yang terdapat di klenteng.


Kalau bangunan seperti ini, sudah biasa kita temukan di Pura
Lha kalau bangunan yang seperti ini?
Hmmm, unik bukan?
Tak ada penjelasan mengenai pura ini. Ane hanya menduga-duga bahwa ada kaitannya antara Agama Hindu dengan Tionghoa. Ah, ntahlah yang jelas dengan mengunjungi spot-spot yang ada di Kebun Raya Bedugul ini maka menambah wawasan dan pengetahuan Ane. Tadinya tidak tahu, sekarang jadi tahu dan yang tadinya sudah tahu menjadi semakin tahu.




Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 Wita, itu artinya sudah saatnya Ane menyudahi kunjungan Ane disini agar tidak kemalaman sampai di penginapan Kota Denpasar. Itulah sob cerita petualangan Ane disini. Bila sobat ingin melihat koleksi-koleksi yang ada disini, jangan ragu-ragu datang langsung kesini. Tak usah khawatir kesasar atau bingung karena begitu sobat membayar tiket, sobat langsung mendapatkan sebuah tiket dan peta wilayah yang ada di Kebun Raya ini. So, sudah tak ada masalah lagi bukan?






* Sebagian besar tulisan yang Ane tulis disini adalah bersumber dari tulisan yang terpajang di tiap spot-spot Kebun Raya Bedugul*
Daaah, Sampai Jumpa!

8 komentar:

  1. Ternyata banyak juga ya objek wisata di Bali. Heuuu...selama ini aku taunya yang itu2 aja. Jarang yang tahu tempat ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heem mbak Levina,,, Wah, kalau begitu kapan-kapan mbak Levina misalkan ke Bali lagi bisa nieh mampir ke tempat ini,,, :-)

      Hapus
  2. keren... sampeyan itu mas tahan motoin banyak objek gitu, kalau aku keluar2 gitu kemana ga telaten moto2.. sudah gitu suka males ada yang komentar(bapak'e Sophie), kamu itu apa aja difoto..padahal ga apa aja..he he he...

    wah ternyata banyak juga tempat menarik di Bali..edisi baru tahu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha,,, waktu itu banyak waktu mbak, yang dikunjungi hanya setempat ini aja,,, jadi puas banget ke kebun raya ini, suasananya sejuk pula. Jadi ya telaten motoin apa-apa sembari menunggu sore,,,
      Hahaha, biasa mbak orang laki-laki biasanya nggak telaten mbak mbuntutin pasangannya foto sana foto sini,,,, :-)

      Hapus
  3. kalo inget kebun raya bali ini, temen2 kantorku biasanya ngakak dan langsung melengos.. gara2nya bbrp thn lalu kita outing kantor ke bali, dan itu travel turnya ntah kenapa ngajakin ke kebon raya ini 2 malam berturut2... tanpa ada pantai samasekali... dan kita semua boseeeen maksimal... :D bali tanpa ke pantai kan sbnrnya kyk sayur tanpa garam ;p..

    makanya tiap ke bali lg, kita slalu wanti2 ke travel tur yg kita pake, awas kalo g ada pantainya ;p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha,,, ngakak kalau ceritanya seperti itu mbak.
      Kalau gitu bisa sendiri mbak Blusukan ke Bali semau kita tanpa Travel Tur

      Hapus
  4. Wah ternyata banyak juga ya objeknya di kebun raya Eka Karya Bali. Saya sudah ke sana, tapi karena waktu tidak cukup (karena rundown tour) jadi cuma bisa eksplor di bagian taman Begonia aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak, biasa kalau ikut tour secara rombongan tidak bisa leluasa seperti pergi sendirian. Makanya saya senang pergi sendirian agar leluasa semau kita pergi kemana :-)

      Hapus

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me