Hai sob, bagaimana nieh kabarnya? semoga baik - baik saja yaw. Kali ini Ane mau berbagi cerita mengenai apa yang Ane alami ketika sedang berkunjung sendiri ke Masjid Gedhe Kauman Ngayogyakarta pada bulan ramadhan lalu. Ingin tahu ceritanya??? cekidot.
Tak hanya sekali atau dua kali saja Ane mendatangi masjid ini, tetapi sudah berulang kali Ane mengunjunginya. Sobat pasti sudah tahu kan kalau Yogyakarta itu lebih terkenal akan malioboro atau keratonnya. Yapz memang benar, Tetapi coba deh kita lihat salah satu tempat yang satu ini Masjid Gedhe Kauman Ngayogyakarta yang terletak di sebelah barat Alun - alun Utara keraton Yogyakarta tepatnya di Kampung Kauman, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta. Untuk memasuki masjid ini tidak dikenakan biaya dan hanya dikenakan tarif parkir saja bagi jama'ah yang membawa kendaraan dan itupun seikhlasnya saja.
Selamat datang di Masjid Gedhe Kauman Ngayogyakarta. Kata Gedhe dalam bahasa jawa mempunyai arti besar/agung. Masjid ini merupakan salah satu masjid yang bersejarah karena dibangun pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono I dan di arsiteki oleh K. Wiryokusumo dengan sistem model atap tumpang tiga dengan mustoko. Masjid yang kita saksikan saat ini bukanlah bentuk aslinya dulu melainkan sudah mengalami beberapa perubahan baik itu dari serambinya ataupun lantainya.
Seluruh kompleks masjid ini dikelilingi oleh pagar tembok tinggi. Di bagian luar masjid terdapat sebuah gapura masuk, kolam di ketiga sisinya, serta tempat wudhu yang terletak di samping kiri dan kanannya.
Tempat wudhu khusus pria |
Masjid Gedhe sendiri terdiri dari masjid induk dengan sebuah ruang utama yang didalamnya terdapat sebuah pengimaman, maksura dan mimbar. Pengimaman dan mimbar pasti kita sudah sering mendengarnya dan tahu. Namun bagaiman dengan maksura? asing bukan? Yapz, maksura sendiri merupakan tempat pengamanan raja apabila sultan berkenan shalat berjamaah di Masjid Gedhe. Maksura disini terdapat di sebelah kiri belakang pengimaman yang terbuat dari kayu jati dan berbentuk bujur sangkar. Baik pengimaman, maksura dan mimbar semuanya berornamen indah dan berlapiskan emas.
Di dalam ruang utama total seluruhnya terdapat 36 buah tiang berumpak batu. Hasil tersebut berdasarkan hitungan Ane secara langsung di lokasi. Selain pada ruang utama, di masjid Gedhe ini juga terdapat serambi masjid yang tak kalah pentingnya bila dibandingkan dengan ruang utama. Di serambi masjid sendiri total seluruhnya terdapat 35 buah tiang utama yang juga berumpak batu. Bila salah hitung, mohon dikoreksi yaw sob.
Ruang utama masjid |
Serambi masjid |
Pada pukul setengah 5 sore nampak para jama'ah mulai memadati serambi masjid. Di serambi masjid inilah salah satu kegiatan di bulan ramadhan dilaksanakan yakni siraman rohani sebelum dilanjutkan acara takjilan (buka bersama) dan shalat maghrib berjama'ah. Terlihat Beberapa takmir masjid memakai seragam berwarna merah sibuk mengatur barisan jama'ah yang berdatangan. Selain itu takmir lainnya sedang sibuk memberikan takjil kepada para jama'ah yang datang. Dari baris saja di atur, iyap bila tidak di atur maka akan banyak jama'ah yang duduk tidak beraturan dan ini akan memakan lebih banyak tempat. Maklum, jama'ah yang datang kesini sangat banyak sampai sampai tempat serambi yang ada sudah tidak dapat menampungnya lagi.
Waktu shalat maghrib telah tiba, itu artinya waktu berbuka pun telah datang. Beberapa jama'ah ada yang tidak kebagian takjilnya dan hanya diberikan makanan ringan saja. Hal ini menarik perhatian Ane untuk mencari informasi lebih lanjut tentang sebetulnya berapa banyak sih takjil yang disediakan masjid ini. Selepas shalat maghrib, Ane berbincang - bincang dengan salah seorang takmir masjid dan beliau memberikan informasi bahwa setiap harinya Masjid Gedhe Kauman Ngayogyakarta ini menyediakan 1500 buah takjil dan itu selalu habis. Wow, berarti setiap harinya acara siraman rohani dan dilanjutkan dengan takjilan ini dihadiri lebih dari 1500 jama'ah.
Pada hari tertentu Masjid Gedhe ini menyajikan menu yang spesial yakni gulai kambing yang disajikan pada hari kamis. Konon katanya pada tahun 1970an ada seorang warga yang merayakan aqiqah puteranya di Masjid Gedhe ketika itu pada bulan ramadhan, dan perayaan aqiqah tersebut digunakan untuk buka puasa di Masjid Gedhe. Sejak saat itulah takjil gulai kambing mulai disajikan seminggu sekali dan hari kamislah dipilih sebagai hari penyajiannya. Sekarang penyajian gulai kambing tersebut sudah menjadi tradisi.
Bagi jama'ah yang tidak kebagian takjil tentu tidaklah perlu khawatir karena di sekitar lokasi masjid banyak terdapat para pedagang yang sedang menjajakan barang dagangannya. Mulai dari kolak, gorengan, angkringan, dan lain sebagainya.
"Masjid yang tidak pernah sepi", itulah kata yang mungkin pantas disematkan di Masjid Gedhe ini. Selepas shalat maghrib, banyak jama'ah diantaranya lebih memilih melanjutkan melaksanakan ibadah membaca kitab suci Alqur'an sehingga menimbulkan rasa ketentraman hati dan damai bagi yang membaca maupun mendengarnya.
Ketika waktu shalat isya telah tiba, banyak jama'ah yang mulai berdatangan dan tentu tidak hanya melaksanakan shalat isya saja tetapi juga shalat tarawih. Bacaan surat di dalam shalat isya bisa dibilang biasa - biasa saja dan tidak terlalu panjang, namun begitu memasuki shalat tarawih, bacaan suratnya terasa sangat panjang sekali dan memang benar shalat dengan jumlah 11 rakaat total ayat yang dibaca adalah 1 juz penuh. Pembacanya pun seorang hafidz Alqur'an dan memiliki suara yang nyaring dan bagus sehingga shalat tarawih sebanyak 11 rakaat akan terasa cepat.
Selepas shalat tarawih kegiatan selanjutnya adalah semakan membaca Alqur'an bersama sebanyak 1 juz. Disini jama'ah yang ada terbagi menjadi beberapa kelompok. Begitu semakan selesai, selanjutnya dilaksanakan kultum sebelum kembali ke rumah masing - masing. Malam semakin larut, kini saatnya Ane pamit dan pulang ke rumah dan selanjutnya tidur agar besok tidak kesiangan dalam sahur. Sampai jumpa.
wah masjid ini emang asik mas....
BalasHapussetuju banget,,,
Hapus