Sabtu, 11 April 2015

Berada di Tebing Breksi Serasa di Mesir

Beranjak dari Candi Barong, selanjutnya kita menuju ke Candi Ijo. Masih berada di Kompleks Candi Barong, kita bertanya kepada salah satu petugas yang sedang jaga di candi tersebut. Beginilah kira - kira percakapan kita:
Ane     : Nuwun sewu pak ajeng badhe tanglet, mergi ten Candi Ijo
          lewat pundi nggeh? Lewat riki saged nopo boten nggeh?
         (Kulo nyambi nunjuk ten salah satu mergi samping kanan             kulo).
Ane     : Permisi pak mau tanya, jalan ke Candi Ijo lewat mana
          ya? Lewat sini bisa apa tidak? (Ane sambil menunjuk
          ke salah satu jalan samping kanan Ane).
Penjaga : iso mas, eneng rong cara menuju neng kono, iso lewat
          dalan kui (nyambi nunjuk dalan sing tak tunjuk mau),
          lan iso juga lewat dalan iki (nyambi nunjuk dalan seng
          eneng neng samping kirine). Dalan kui luweh cepet ning 
          dalane rusak, nak dalan iki luwih suwi ning dalane wes
          apik.
Penjaga : Bisa mas, ada dua cara menuju ke sana, bisa lewat
          jalan itu (sambil menunjuk jalan yang Ane tunjuk tadi),
          dan bisa juga lewat jalan ini (sambil menunjuk jalan
          yang ada di samping kirinya). Jalan itu lebih cepat
          tetapi jalannya rusak, kalau jalan ini lebih lama
          tetapi jalannya sudah bagus.
Ane     : Eow, upami lewat mergi ingkang celak mangke arahe
          pripun nggeh pak?
Ane     : Eow, seumpama lewat jalan yang dekat nanti arahnya
          bagaimana ya pak?
Penjaga : Teko kene terus wae ke timur, engko ketemu koyo embung,
          belok nengen lurus wae sampek ketemu pertelonan. Nang
          kunu tekon uwong meneh wae mas men luwih penak.
Penjaga : Dari sini lurus saja ke timur, nanti ketemu seperti
          danau, belok kanan lurus saja sampai menemukan
          pertigaan. Dari situ tanya orang lagi saja mas biar
          lebih enak.
Ane     : Upami lewat mergi ingkang setunggale maleh pripun nggeh           pak?
Ane     : Seumpama lewat jalan yang satunya lagi bagaimana ya
          pak?
Penjaga : Upomo lewat kene, mengko lewat muteri Candi Ratu Boko
          mas, dalane apik ning luweh suwi.
Penjaga : Seumpama lewat jalan ini, nanti lewat memutari Candi
          Ratu Boko mas, Jalannya bagus tetapi lebih lama.
Ane     : Eow, ngonten niku nggeh pak? matur nuwun nggeh, monggo
          pak.
Ane     : Eow, begitu ya pak? terima kasih ya, mari pak.
Penjaga : Nggeh, sami - sami mas.
Penjaga : Ya, sama - sama mas.


Disini kita dihadapkan dua pilihan, yang satu jalannya jelek tetapi lebih cepat dibandingkan dengan jalan yang bagus tetapi lebih lama. Akhirnya kita memutuskan untuk melewati jalan yang lebih cepat walaupun jalan tersebut rusak. Segeralah kita meluncur kesana, setelah lurus mengikuti arahan bapaknya tadi benar bahwa kita menemukan sebuah embung yang cukup luas. Dari sini terdapat sebuah pertigaan, bila lurus entah sampai kemana. Jika belok ke kanan, memang itulah jalan yang akan kita lewati. Jalan memang rusak, jalan yang berupa jalan aspal namun sudah mengelupas semuanya sehingga menjadi batuan jalan yang tajam dan sulit untuk dilewati.
Tak jauh dari embung tersebut kita menemukan sebuah pertigaan lagi. Disini kita bertanya lagi kepada salah satu warga sekitar. Kebetulan di pertigaan tersebut terdapat seorang anak yang sedang bermain di halaman rumah. Beginilah kira - kira percakapan kita:
Ane  : Dek, aku arep tekon," nek arep neng Candi Ijo lewat endi
       yow?
Ane  : Dek, saya mau tanya," kalau mau ke Candi Ijo lewat mana
       ya?
Anak : Lewat kene wae mas, iki lurus wae (sambil nunjuk dalan 
       neng ngarep). Engko eneng pertigaan, iseh lurus. Nah, 
       mengko nek nemu pertigaan meneh, baru belok nengen 
       sampai mentok. Mengko eneng petunjukke nang pentokan kui. 
       Ojo lewat dalan kui (sambil nunjuk dalan seng eneng nang 
       sebelah tengen), soale dalane rusak.
Anak : Lewat sini saja mas (sambil menunjuk jalan ke arah depan)
       ini lurus saja. Nanti ada pertigaan, masih lurus. Nah, 
       nanti kalau ketemu pertigaan lagi, barulah belok ke kanan
       sampai mentok. Nanti ada petunjuknya di pentokan itu.
       Jangan lewat jalan itu (sambil menunjuk jalan yang ada di
       sebelah kanan), soalnya jalannya rusak.
Ane  : Eow, ngunu yow dek, matur suwun yow dek.
Ane  : Eow, begitu ya dek, terima kasih ya dek.
Anak : Nggeh, sami - sami mas.
Anak : Ya, sama - sama mas.


Berbekal informasi yang kita dapat dengan mengikuti jalan tersebut, kita bergerak menuju ke Candi Ijo. Jalannya memang bagus yang terbuat dari blok - blokan batu membentuk dua jalur. Di samping kiri dan kanan jalan terdapat berbagai macam pohon tumbuh subur disini. Melewati jalan ini terasa melewati jalan yang ada di tengah hutan sehingga udara terasa segar di hirup oleh saluran pernapasan kita. Tak lupa narsis dahulu disini, hehehe.


Keluar dari rimbunnya pohon, kita menemukan sebuah pertigaan. Dari pertigaan ini kita lurus saja dan menemukan sebuah pertigaan lagi. Dari pertigaan inilah kita berbelok ke arah kanan. jalan yang sebelumnya berupa hutan kini berganti dengan tanaman pangan yang sangat indah pemandangannya (sayang kita tidak berhenti sejenak di tempat tersebut karena tekstur jalan yang tidak memungkinkan).
Nah, disini ada cerita yang sangat menyenangkan, ketika kita menemui lagi sebuah pertigaan, kita berbelok ke kiri. Tak di duga disini terdapat pemandangan berupa batuan tebing yang sangat menarik. Disini banyak penambang yang sedang bekeja menambang batuan, dengan sedikit rasa ragu - ragu mengenai kebenaran jalan yang sedang kita lewati, akhirnya kita bertanya lagi kepada bapak - bapak yang sedang menambang batuan tersebut.



Ternyata eh ternyata jalan yang kita lalui memang salah dan kita disarankan untuk balik lagi dan berbelok ke kiri. Itu artinya dari jalan kita sebelumnya, lurus saja terus sampai mentok. Bapaknya memberi petunjuk kalau mau melihat tebing - tebing batuan yang lebih menarik disarankan untuk pergi di balik tebing tersebut dan berada dekat dengan jalan raya.
Akhirnya kita memutar balik kuda hijau Ane dan mengikuti petunjuk dari bapaknya. Jalan yang semula berupa tanaman pangan, kini berganti menjadi pemukiman penduduk. Di pemukiman inilah banyak terdapat batuan tebing yang sudah berupa cetakan yang sepertinya memang dijual kepada siapa saja yang mau membelinya.
Setelah menemukan pentokan jalan, kita berbelok ke kiri menuju ke arah Candi Ijo. Benar apa yang dikatakan oleh bapak - bapak penambang batu tersebut, di tengah perjalanan kita menemukan sebuah tebing yang sangat menarik dan ingin mendatanginya. Beloklah kita ke kiri. Dengan uang seikhlasnya (ane kasih 5k saja untuk 2 orang dan 1 motor), kita sudah bisa menikmati tebing batu yang baru Ane ketahui namanya bahwa tebing ini adalah Tebing Breksi.



Di bagian samping kiri tebing banyak terdapat penambang yang sedang melakukan aktivitas penambangan batuan tebing ini. Berdasarkan keterangan dari mandor yang sedang mamantau jalannya penambangan di sini bahwa sudah ada patokan dalam melakukan penambangan, jadi tebing ini tetap di sisakan untuk tujuan wisata dan sudah di ambil alih oleh PEMDA. Rencananya di depan tebing ini akan di bangun sebuah panggung yang diperuntukan untuk berbagai keperluan acara. Jadi tunggu saja paparnya. Mantab!!!



Di bagian sebelah kanan tempat parkir terdapat tanah lapang yang biasa digunakan oleh anak - anak untuk bermain sepakbola. Walaupun tanah dalam keadaan becek tetapi raut wajah anak - anak tersebut terlihat sangat riang dan gembira.



Dengan adanya Tebing Breksi ini semakin melengkapi daftar obyek wisata yang ada di Yoygakarta ini. Di sebelah kanan tebing terdapat air terjunnya loh, nieh buktinya. Walaupun kecil tapi menambah kecantikan dari tebing itu sendiri.


Ada air terjunnya
Untuk sampai di atas tebing, kita harus meniti tangga demi tangga yang terbuat dari batuan itu sendiri. Tetap semangat!!!



Indah memang pemandangan di tebing ini, tak heran bila banyak wisatawan yang berkunjung. Pengunjung disini banyak didominasi oleh anak muda. Berbagai ekspresi pun dilakukan, ada yang berfoto - foto ria, menambang batu, dan lain sebagainya. Berada di Tebing Breksi ini memang serasa berada di Mesir (konon katanya sieh begitu, Ane sendiri belum pernah kesana siapa tahu suatu saat nanti bisa kesana, hehehe), ayok diamini, diamini. Atas do'anya mater nuwun pokoke.


Semangat memecah batu Pak De
Habis di pecah, di benerin dahulu dah
Di bagian teratas tebing hanyalah berupa tanah lapang dengan pemandangan yang indah.



So, bagi siapa saja yang mau datang kesini, cukup mudah kok karena letaknya searah dengan jalan menuju Candi Ijo yang berada tidak jauh dari sini. Ayok tunggu apalagi, segera angkat ransel sobat dan buktikan sendiri keindahan Tebing Breksi ini. Ane khilaf sob, Tujuan Ane sesungguhnya ke Candi Ijo yang merupakan Candi tertinggi di Jogja, malah menikung dahulu ke Tebing ini. Habis indah sieh, hehehe. Sampai jumpa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me