Selasa, 31 Maret 2015

Sejuknya Puncak Suroloyo di Yogyakarta

Banyak berbagai informasi yang mengupas dan sekaligus merekomendasikan tempat ini untuk di kunjungi, mulai dari media sosial, shabat, dan lain sebagainya. Lama kelamaan hal inilah yang membuat Ane penasaran dan ingin mendatangi tempat tersebut yaitu Puncak Suroloyo yang ada di Perbukitan menoreh. Pada tanggal 15 Maret 2015 lalu keinginan tersebut akhirnya terwujud.
Secara administrasi Puncak Suroloyo terletak di Dusun Keceme, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, YogyakartaKunjungan Ane kesini merupakan kunjungan yang spesial karena bertepatan dengan hari ulang tahun adik Ane Merna. Sebagai kakak yang baik dan ingin membuat senang sang adik, maka sebagai kadonya diajaklah Adik Ane tersebut kesini.


Perjalanan kita mulai dari Kota Yogyakarta. Mula - mula kita Melalui jalan Yogya - Godean dan lurus hingga menemukan jembatan kali progo yang cukup panjang. Dari jembatan tersebut masih lurus terus ke barat hingga menemukan perempatan lampu merah pertama. Dari perempatan lampu merah tersebut, beloklah kita ke kanan dan lurus terus mengikuti jalan yang ada hingga menemukan perempatan lampu merah lagi. Jalan cukup berkelok dan lumayan jauh, namun dengan mengikuti jalan tersebut maka akan sampai di sebuah perempatan lampu merah. Dari perempatan lampu merah tersebut, beloklah kita ke kiri kurang lebih sejauh 9 Km dan melewati pusat Kota Kecamatan Samigaluh. Dari sini Ane ayunkan pelan - pelan roda kuda hijau Ane hingga menemukan sebuah pertigaan ke kanan ke arah Puncak Suroloyo. Sebelum pertigaan terdapat papan plank yang mengarahkan ke arah tersebut.


Dari pertigaan tersebut, tentulah kita belok ke arah kanan mengikuti papan petunjuk yang ada. Bila mengambil jalan yang lurus, maka kita akan tiba di Purworejo. Kondisi jalan yang sebelumnya sedikit berkelok namun masih cukup lebar dan mulus, kini berubah menjadi lebih sempit berkelok dengan berbagai variasi jalan. Terkadang berkelok cukup sempit dan mulus, tak jarang pula berkelok cukup sempit dan rusak. Tak hanya itu saja, turunan dan tanjakan yang cukup tajam pun siap menghadang kita. Sepanjang perjalanan 8 Km ini cukup membuat Ane iba kepada kuda hijau Ane. Sungguh perjalanan yang cukup menyenangkan sekaligus mengerikan.

Kondisi jalan di Puncak Suroloyo
Menyenangkan karena di kanan dan kiri jalan banyak ditumbuhi berbagai macam pepohonan, banyak berbagai macam burung terbang menemani perjalanan kita, sehingga suasana terasa segar dan memperoleh energi yang hilang. Tak terasa 25 menit berselang sampailah kita di perbukitan Menoreh dimana puncak suroloyo berada.
Untuk memasuki dan mendaki puncaknya, kita diwajibkan membayar retribusi sebesar 9k untuk tiket masuk 2 orang, tiket masuk dan sekaligus biaya parkir 1 sepeda motor.


Bagian depan obyek wisata Puncak suroloyo ini nampak patung punokawan yang sungguh tenar dalam cerita pewayangan seolah - olah menyambut setiap pengunjung yang datang.

Patung Punokawan tokoh dalam pewayangan
Fasilitas yang tersedia sudah cukup lengkap, mulai dari ruangan mushola walaupun terbilang kecil, kamar kecil, warung makan, bahkan gedung yang menyerupai pendapa yang bisa digunakan oleh para pengunjung untuk beristirahat. So, bagi sobat yang berkunjung kesini di jamin deh tidak bakal kelaparan.


Setelah berfoto - foto bersama artis pewayangan, bergeraklah kita ke depan menyeberangi jalan. Di bagian paling bawah tangga terdapat papan petunjuk yang mengarahkan ke bagian puncak Suroloyo.


Trek yang kita lalui cukup mudah karena sudah terbuat dari batu yang di semen bercampur pasir yang dibuat oleh pengurus obyek wisata ini. Pengunjung tak akan pernah bosan dalam perjalanan mendaki karena hembusan angin lembut yang menghempas pepohonan membuat suasana menjadi sejuk terasa di tubuh kita. Bagi penyuka kegiatan pendakian, mungkin puncak suroloyo tidaklah terlalu menantang sebagai obyek pendakian namun bagi penyuka kesejukan alam, tempat ini bisa dijadikan sebagai pilihan alternatif untuk hal itu.

Tangga menuju puncak
Di belakang Ane tuh sebuah pertigaannya
Di tengah perjalanan, kita menemui sebuah pertigaan tangga, jika ke kiri maka akan turun ke bawah sekaligus menuju ke gardu pandang lainnya dan jika ke kanan maka kita akan sampai di puncaknya. Perlu sobat ketahui di puncak suroloyo terdapat tiga buah gardu pandang yang dapat digunakan untuk melihat indahnya perbukitan menoreh. Gardu pandang tersebut masing - masing mempunyai nama yakni Pertapaan Suroloyo, Sariloyo, dan Kaendran. Sesampainya di pertigaan tangga ini artinya tinggal beberapa anak tangga lagi kita sampai di Puncak Suroloyo.

Tampak sebuah menara kecil di Puncak Suroloyo 
Dan sampailah kita di Puncak Suroloyo ini. Cukup lelah juga setelah melewati anak tangga sejumlah 286 buah ini sehingga air keringat bercucuran tak terbendung keluar dari pori - pori kulit Ane. Tampaknya sudah banyak pengunjung yang sudah sampai di puncak ini, tak heran bila hal itu terjadi karena kita berkunjung kesini pada weekend. Cukup cerah cuaca namun berawan pekat ketika itu sehingga kita cukup puas menikmati pemandangan alam yang sungguh mempesona di puncak yang memiliki ketinggian 1.019 mdpl ini walaupun tidak bisa melihat pemandangan secara jelas keempat gunung yang ada seperti Gunung Sindoro, Sumbing, Merbabu, dan Merapi. Di puncak ini Ane hanya ingin mengucapkan selamat hari ulang tahun My Sister semoga hari - hari yang akan datang dengan penuh kebahagiaan.

Selamat ultah 21 Merna Fitriani
My Sister
Puncak Suroloyo tak lepas dari cerita RM Rangsang, Putera Mahkota Kerajaan Mataram Islam yang menerima wangsit untuk menjadi penguasa tanah jawa. RM Rangsang diharuskan berjalan kaki dari Keraton, Kota Yogyakarta ke arah barat. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 40 Km dan tibalah dia di wilayah perbukitan menoreh, tiba - tiba dia pingsan karena kelelahan. Wangsit kedua pun datang kepadanya untuk melakukan Tapa Kesatrian di tempat itu. RM Rangsang ini setelah besar bergelar Sultan Agung Hanyakrakusuma.
Inilah beberapa pemandangan Puncak Suroloyo yang berhasil Ane abadikan.


Puas menikmati Puncak Suroloyo dari gardu pandang tertinggi, kemudian kita beranjak menuju dua gardu pandang lainnya. Masih sama seperti sebelumnya, track untuk mencapai kedua gardu pandang tersebut juga terbuat dari batu yang di semen bercampur pasir. Inilah track yang baru kita lewati dari Puncak Suroloyo tertinggi menuju ke gardu pandang yang terletak di tengah ketinggian di antara keduanya.


Ternyata di tangga turun dalam menuju ke gardu pandang ke dua terdapat juga sebuah parkir yang terletak persis di sebelah kanan jalan. Berarti di sini terdapat dua kawasan tempat parkir dan sekaligus mempunyai dua jalur untuk menaiki puncak tertinggi suroloyo ini.

Tempat parkir yang kedua selain tempat Ane parkir
Tak butuh waktu lama untuk mencapai gardu pandang yang ke kedua ini. Sungguh indah memang pemandangan yang terlihat di sini.


Di tengah - tengah sedang menikmati gardu pandang yang kedua, tiba - tiba langit yang semula cerah berubah menjadi gelap dan dibarengi dengan turunnya kabut. Inilah alam ketinggian yang tak bisa di tebak dengan pasti cuaca dan kondisinya. Segeralah kita turun ke bawah dan mengunjungi satu gardu pandang lagi. Tak lengkap rasanya di Puncak Suroloyo ini tanpa mengunjungi ketiga gardunya. Berikut gardu pandang yang ketiga Ane kunjungi yang terletak paling bawah di bandingkan dengan kedua gardu pandang lainnya.


Tak banyak yang Ane nikmati di gardu pandang tersebut. Berakhirnya kunjungan Ane di gardu pandang yang ketiga, berakhir pula kunjungan Ane di Puncak Suroloyo. Perjalanan pulang yang awalanya jalan tidak basah, berubah menjadi basah dan agak licin dikarenakan hujan turun sehingga menuntut kehati - hatian Ane dalam mengendarai kuda hijau Ane.
Eow iya, bagi sobat - sobat yang berasal dari luar Yogya, untuk menuju ke Puncak Suroloyo sebaiknya menggunakan kendaraan pribadi yang bisa di sewa di tempat rental dikarenakan tak ada angkutan umum yang dapat mencapai tempat tersebut.
Begitulah kira - kira sepenggal cerita Ane mengenai petualangan di Puncak Suroloyo ini. Semoga catatan ini bisa sedikit memberikan informasi bagi yang membutuhkannya. Tunggu juga cerita Ane selanjutnya ya sob, Sampai jumpa.
Let's Go

Jumat, 27 Maret 2015

NgeTrip Ke Pacitan: Rumah Makan Bu Dzakir, Alternatif Wisata Kuliner di Pacitan


Beranjak dari Goa Putri, nampaknya cacing di dalam perut sudah pada konser semua yang memang dari pagi kita belum makan sesuap nasi pun dan hanya sebungkus mie instan saja sebagai pengganjal perut kita sementara waktu. Segeralah kita ayunkan kendaraan sepeda motor kita menuju warung makan yang terdekat.
Sempat bingung juga mau makan dimana. Sungguh ironi memang, banyak terdapat warung makan yang berjualan di sepanjang jalan namun kita tidak menghampirinya. Kalau saja ada yang jualan sayur lalakan tentunya kita ingin sekali mencobanya karena makanan tersebut merupakan salah satu makanan khas Pacitan. Apadaya hasrat tak sampai, nampaknya warung makan tersebut tak ada yang menjualnya, maka kita urungkan niat tersebut dan memilih warung makan lainnya. Tak di sengaja setelah keluar dari pertigaan besar menuju Jl. Raya Solo Pacitan, kita melihat sebuah Rumah Makan yang cukup ramai di kunjungi oleh para pengunjung yakni RM Bu Dzakir.
Rumah makan terbilang cukup besar bila dibandingkan dengan rumah makan yang ada di sekelilingnya. Kesan pertama ketika Ane memasukinya yaitu rumah makan yang cukup eklusif, tentu dengan fasilitas yang lengkap. Terdapat dua jenis tempat makan, yakni berupa lesehan di sebelah barat dan meja kursi di sebelah timur. Tinggal pilih selera saja. Selain itu kebersihan dan kenyamanan sangat diperhatikan. Sambil memilih - milih menu makanan, akhirnya Ane mengambil sendiri makanan berupa nasi sayur dengan daging ayam kampung yang berkuah dan tidak ketinggalan sambal yang pedas nan enak. Untuk minumannya Ane harus pesan terlebih dahulu. Es teh lah sebagai pilihannya. Inilah penampakan seporsi nasi sayur dan segelas es teh manis. Ada yang mau? hehe.


Seporsi nasi sayur dan segelas es teh manis
Setelah merasakan sendiri seporsi nasi sayur ini, menurut Ane bumbunya cukup meresap dan kuahnya cukup kental beraroma kuat terasa di mulut. Sambalnya yang terasa pedas nan enak cukup menggoyang lidah Ane, sehingga menambah nafsu makan semakin tinggi. Satu kata untuk ini semua,"Pecah abis". Tiga puluh menit kemudian:


Teng tong
Eow iya sob, di rumah makan ini pernah dikunjungi oleh putera dari presiden kita keenam lo sob, siapa itu? bapak Presiden SBY. Nama anaknya silahkan di tebak sendiri ya sob, hehe.
Setelah semuanya habis, lantas kita tidak pergi begitu saja. Sambil istirahat untuk melepaskan lelah kitapun berbincang - bincang mengenai apa yang telah kita lakukan sebelumnya. Perbincangan semakin hangat dan tak terasa waktu sudah semakin sore. Tak ingin kemalaman sampai di Yogya akhirnya kita bergegas untuk segera pulang ke rumah. Sebelumnya kita harus menanggung perbuatan kita sendiri yaitu membayar makanan apa yang telah kita makan. Setelah di total - total dan dihitung - hitung seporsi nasi sayur dan sepotong dagiang ayam serta segelas es teh manis, ternyata cukup bersahabat di kantong, yakni hanya perlu merogoh kocek 20k saja. Bagaimana menarik bukan? Untuk sobat yang kebetulan datang ke Pacitan dan bingung mau makan dimana?, Rumah Makan Bu Dzakir ini bisa dijadikan sebagai alternatifnya. Letaknya cukup strategis yaitu dekat dengan pertigaan jalan menuju Goa Gong dan Pantai Klayar. Selamat mencoba sob.
Dengan berakhirnya wisata kuliner di Pacitan ini, maka berakhir pula kunjungan kita di sini. Tunggu cerita Ane selanjutnya ya sob, sampai jumpa.
Let's Go

Senin, 23 Maret 2015

NgeTrip Ke Pacitan: Goa Putri, Sosok Putri Cantik di Pacitan

Kabupaten Pacitan terkenal dengan julukan kota seribu satu goa. Tak heran bila sepanjang perjalanan di kita akan dengan mudah menemukan sebuah goa, diantaranya Goa Gong yang konon merupakan Goa tercantik di Asia Tenggara, Goa Tabuhan yang terkenal akan suara gamelan, Goa Kalak dengan segala misterinya, dan masih banyak lagi goa - goa lainnya. Namun ada satu goa yang membuat Ane penasaran, yaitu Goa Putri.


Waktu menunjukkan pukul 12 siang, itu artinya kita masih bisa mengunjungi beberapa obyek wisata lagi di Pacitan. Jatuhlah Goa Putri sebagai pilihan kita selanjutnya. Selain alasan searah dengan jalan pulang, juga dibayangi rasa penasaran seperti apakah sosok putri ini. Maklum sob yang nulis ini sedang merindukan seorang putri untuk menjdi pandamping hidupnya, hahaha. Nggak nyambung ya? yasudahlah lupakan saja, hehe.



Beranjak dari Pantai Banyu Tibo kita arahkan sepeda motor mengambil arah jalan pulang menuju Goa Gong, karena Goa Putri ini letaknya tidak jauh dari Goa Gong sekaligus satu arah dengan jalan kita pulang. Sesampainya di Goa Gong kita lambatkan putaran roda motor sambil mencermati dimanakah Goa Putri berada. Akhirnya kita membaca sebuah kain banner yang bertuliskan "Goa Putri 100 meter" di samping kiri jalan. Beloklah kita ke arah tersebut. Tak sampai satu menit dari banner tersebut sampailah kita di Goa Putri. Jadi total lama perjalanan yang sudah kita tempuh dari Pantai Banyu Tibo kurang lebih 35 menit saja.


Di goa putri terdapat sebuah pos penarikan retribusi namun ketika itu tidak ada yang jaga. Maksud hati mau membayar tiket masuk goa, apa daya tak ada yang jaga. Yasudah kita parkirkan saja sepeda motor kita di dekat pos tersebut. Jangan membayangkan Goa Putri seperti Goa Gong ya sob yang terdapat banyak pedagang yang menjajakan barang dagangannya, kamar kecil yang memadai, dan tempat parkir yang luas. Di sini fasilitas itu semua tidak ada hanya tempat parkir saja yang sempit dan dapat menampung beberapa sepeda motor saja.

Goa Putri tidak bisa di lihat secara langsung dari pos tempat penarikan kontribusi ini. Kita harus melanjutkan perjalanan dengan cara berjalan kaki untuk menuju kesana. Jalan terbuat dari batu yang tertata rapi nan bersih. Di sepanjang perjalanan kita tidak akan pernah bosan dibuatnya. Di samping kanan dan kiri jalan dimanjakan oleh tulisan - tulisan yang bertemakan tentang menyayangi, mencintai, dan menjaga lingkungan. Salah satu contohnya gambar yang terdapat di atas.
Ditemani rimbunnya hijau pepohonan dan hembusan angin yang lembut tak terasa sampailah kita di mulut Goa Putri.


Ane di depan mulut Goa Putri
Mulut goa yang terlihat kecil dan kurang menarik bila di lihat dari luar, namun siapa sangka kita dibuatnya takjub dan terpesona begitu memasukinya. Bagian tengah goa merupakan ruangan yang terbesar di Goa Putri. Hiasan stalaktit dan stalagmit begitu indah terbetuk secara alami. Sama seperti pada Goa Gong, di Goa Putri yang cantik ini terdapat beberapa lampu yang berwarna warni sebagai alat penerangan. Banyak burung kelelawar yang bersliweran kesana kemari seolah - olah sedang menyambut kedatangan kita.





Proses pembentukan stalaktit dan stalakmit sepertinya masih berlangsung, hal ini ditandai dengan masih terdapat tetesan air yang keluar dari stalaktit dan stalakmit tersebut. Tetesan air tersebut jatuh ke tanah sehingga menyebabkan jalan menjadi licin dan menuntut kita untuk selalu berhati - hati dalam menyusurinya. Bergerak dari ruang tengah, kita langkahkan kaki menuju lebih dalam lagi bagian dari gua. lorong yang sempit, jalan yang licin, dan genangan air yang cukup membuat kita susah untuk melangkah ke depan. Tak mungkin rasanya bila Ane membawa tas keril masuk ke dalam gua lebih jauh lagi. Keril yang Ane pakai terpaksa Ane tanggalkan di pintu masuk lorong gua.





Semua rintangan dan tantangan terbayar sudah ketika kita sampai di ujung gua. Betapa eloknya gua ini, konon goa ini dinamakan sebagai Goa Putri karena di dalamnya terdapat stalaktit dan stalakmit yang Konon mempunyai bentuk menyerupai seorang putri. Selain itu terdapat juga tempat peristirahatan milik seorang putri.



Dalam hati penuh tanya dan menduga - duga, Apakah di ujung gua ini tempat peristirahatan seorang putri tersebut? ataukah terletak di bagian tengah gua yang telah kita lewati yang memang terdapat sebuah batuan yang cukup datar? entahlah terlepas dari itu semua, gua ini memang indah, cantik, nan elok. Tak lupa kita mengabadikan moment penting ini.



Puas menikmati pesona gua Putri, selanjutnya kita melanjutkan perjalanan lagi menuju pulang ke rumah. Nampaknya cacing di dalam perut sudah pada konser semua dan memang dari pagi kita belum makan nasi dan hanya mie instan saja sebagai pengganjal perut kita. Mampirlah kita di RM Bu Dzakir.



Ingin tahu cerita menarik wisata kuliner kita di RM Bu Dzakir? Yuk mari di klik postingan berikut ini.
NgeTrip Ke Pacitan: Rumah Makan Bu Dzakir, Alternatif Wisata Kuliner di Pacitan
Sampai jumpa.
Let's Go

Kamis, 19 Maret 2015

NgeTrip Ke Pacitan: Air Terjun Jatuh ke Laut di Pantai Banyu Tibo Pacitan

Pacitan memang terkenal akan seribu guanya, sebut saja Goa Gong yang memiliki stalaktit tercantik di Asia Tenggara, Goa Tabuhan, Goa Putri, dan goa - goa lainnya yang dapat kita jumpai dengan mudah ketika kita berada di sini. Tapi siapa sangka bahwa Pacitan ini juga memiliki pantai yang sangat elok nan indah yaitu Pantai Banyu Tibo.
Beranjak dari Pantai Klayar, selanjutnya kita bergerak menuju ke Pantai Banyu Tibo. karena memang kita berempat Ane bersama tiga orang sahabat Ane sebut saja Hanna, Bang Robert, dan Sofi telah mengunjungi Pantai Klayar terlebih dahulu dan pada akhirnya berkunjung ke Pantai tersebut. So, bagi sobat yang belum membaca postingan Ane yang berjudul NgeTrip Ke Pacitan: Pantai Klayar Dengan Batu Sphinx dan Seruling Samuderanya, silahkan di baca terlebih dahulu yaw sob supaya nyambung ceritanya.


Untuk menuju ke Pantai Banyu Tibo, dari Pantai Klayar kita harus mengikuti jalan pulang yang telah kita lewati sebelumnya ketika berangkat sampai di pertigaan dekat Pasar Kalak. Dari pertigaan ini, kita belok ke arah kiri menuju arah Desa Widoro. Jika lurus maka kita akan sampai di Goa Gong dan Kota Pacitan. Kita lurus saja mengikuti jalan ini dan kurang lebih sekitar 15 menit kita menemukan sebuah papan petunjuk dekat pos penarikan retribusi yang mengarahkan ke pantai tersebut. Bangunan pos penarikan retribusi ini bukanlah seperti pos - pos yang terdapat di kebanyakan pantai melainkan lebih menyerupai sebuah rumah yang cukup sederhana. Harga tiket masuk cukup bersahabat di kantong, yakni hanya dengan 10k saja untuk 4 orang sudah bisa menikmati pantai yang sangat eksotis ini.
Dari pos, kita belum melihat pesona pantainya. Kita harus menempuh perjalanan lagi melewati jalan yang sudah di blok menjadi dua jalur. Jalannya yang sempit dan kurang bagus sehingga menuntut kita untuk selalu berhati - hati ketika melewati jalan tersebut. Di tengah perjalanan kita menemukan sebuah pertigaan, beloklah kita ke kanan dan terus saja mengikuti jalan tersebut. Tidak lama kemudian sampailah kita di Pantai Banyu Tibo.


Kesan pertama ketika Ane datang kesini adalah rasa takjub, ya rasa takjub akan keindahan yang ditawarkan oleh pantai Banyu Tibo. Bagaimana tidak ada keunikan tersendiri di pantai ini yaitu batu karang yang ada di garis pantai terbelah menjadi dua bagian, dan di tengah belahan tersebut terdapat air terjun yang jatuh langsung ke pantai.
Bila hanya air terjun saja tentulah sudah menjadi hal yang biasa, namun hal menjadi sangat luar biasa ketika ada air terjun yang langsung jatuh ke pantai seperti yang ada di Pantai Banyu Tibo.
Mungkin dalam benak sobat ada sebuah pertanyaan mengenai air terjun tersebut, "darimanakah air terjun tersebut berasal? Air terjun tersebut berasal dari sebuah sungai kecil yang jernih dan aliran air inilah jatuh ke pantai dan menyatu dengan air laut.
Air terjun tersebut berhasil menarik perhatian kita dan berhasil menggoda iman kita untuk menyentuhnya. Berbagai ekspresi kita lakukan, mulai loncat indah dari atas batuan karang, foto cantik dengan air terjunnya, hingga bersembunyi di balik air terjun itu sendiri. Berikut liputannya, hehe.

Bebaskan ekspresimu, mari meloncat dengan penuh keceriaan
Pantai Banyu Tibo memang pantai jempolan
Ngumpet dulu di belakang air terjun
Sebelum menuju ke bibir pantai untuk menyentuh air laut secara langsung, kita memilih mengeksplorer suasana di sekitar pantai terlebih dahulu. Lagi - lagi kita di buat kagum dengan birunya air laut lepas dan deburan ombak yang sangat keras yang sudah menjadi karakter pantai - pantai selatan jawa menghantam batu karang yang besar nan keras. Sungguh eksotis pantai ini.

Pemandangan birunya air laut di sebelah kiri air terjun
Pemandangan birunya air laut di sebelah kanan air terjun
Sudah mengeksplorer di bagian sekitar air terjun Pantai Banyu Tibo, kini saatnya bercumbu dengan birunya air laut dan lembutnya pasir di pantai ini. Pada umumnya tepi pantai pada sebagian besar pantai di dominasi oleh pasir yang lembut, putih, hitam, dan sebagainya. Hal ini nampaknya tidak berlaku di Pantai Banyu Tibo yang sebagian besar di dominasi oleh batuan karang yang besar dan keras. Untuk mencapai tepi pantai yang berupa pasir, kita harus bersusah payah menuruni anak tangga terlebih dahulu. Menurut Ane disinilah letak sensasinya dan pada akhirnya bisa menikmatinya.


Santai dulu sob
Ada yang menarik lo sob disini, apa itu? yaitu terletak pada tekstur pasirnya. Menurut Ane pasirnya seperti yang ada di Tanjung A'an, Lombok yaitu seperti butiran merica dan bercampur dengan serpihan batu karang yang lembut, Keren. Sepertinya enak nih buat alas tidur, tidur dulu ah, hehehe.


Puas menikmati indahnya Pantai Banyu Tibo, selanjutnya kita berniat untuk meninggalkan pantai dan segera melanjutkan perjalanan lagi. Buat sobat yang ingin datang kesini, jangan takut akan kelaparan karena di sekitar kawasan pantai sudah terdapat beberapa pedagang yang menjajakan barang dagangannya seperti makanan atau minuman.



Selain penjual makanan dan minuman, terdapat juga penjual batu akik. Bagi pecinta batu akik dan ingin membawa untuk oleh - oleh, disini bisa dijadikan sebagai alternatif untuk membelinya. So, tunggu apalagi ayok buktikan sendiri keunikan, keindahan, dan sekaligus kecantikan yang ditawarkan oleh Pantai Banyu Tibo.
Tujuan kita selanjutnya yaitu Goa Putri yang tak kalah indahnya, Sampai jumpa.
Let's Go

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me