Rabu, 13 Januari 2016

Gudeg Manggar Bu Dullah, Langganan Orang Biasa Hingga Para Pejabat Kelas Atas


Sobat sudah tidak asing lagi kan dengan sebutan Kota Jogja sebagai Kota Gudeg?. Yapz, banyak sekali para penjual gudeg yang tersebar hampir di setiap sudut kota. Kalau gudeg berasal dari nagka itu sudah menjadi hal yang biasa sob, tapi bagaimana jika gudeg tersebut berasal dari bunga kelapa? kedengarannya aneh ya, lalu kemudian mikir atau malah bingung? Tapi ini fakta loh sob bahwa ada gudeg yang di olah berasal dari bunga kelapa atau di sebut juga dengan gudeg manggar.



Namanya sieh memang tak sepopuler gudeg nangka. Tapi bukanlah yang aneh dan langka itu biasanya berhasil membuat orang penasaran dan kemudian mencarinya? Yaw, tak terkecuali dengan Ane yang berhasil dibuatnya penasaran.
Sebenarnya Ane sebelumnya sudah pernah merasakan gudeg manggar yang ada di dekat Pasar Mangiran. Gudeg Manggar Bu Jumilan, itulah namanya. Tapi tak afdol rasanya jikalau hanya merasakan gudeg manggar hanya di satu tempat saja. Nah sebagai sasaran tembak yang kedua datanglah Ane ke Gudeg Manggar Bu Dullah ini.


Warung Gudeg Manggar Bu Dullah tampak depan
Pagi menjelang siang berangkatlah Ane langsung menuju ke TeKaPe. Butuh waktu yang cukup lama untuk sampai sini sekitar 1 jam an dari Kota Jogja, Lokasinya yang berada di pertengahan rumah warga kampung dan bukan di jalan utama sempat membuat Ane kesasar beberapa kali dan mengharuskan Ane untuk bertanya - tanya kepada orang lain mengenai keberadaannya. Cukup melelahkan memang, namun pada akhirnya ketemulah lokasi yang Ane maksud. Di pinggir kanan jalan terdapat sebuah plank yang bertuliskan,"Gudeg Manggar Bu Dullah". Gudeg Manggar Bu Dullah terletak di Jebugan, Serayu, Bantul Yogyakarta.



Hati Ane merasa tentram dan puas setelah menemukan lokasi ini. Sekarang giliran sobat, bagaimanakah caranya sobat untuk bisa sampai sini dari Kota Jogja? Ada beberapa jalan yang bisa dilalui oleh sobat bila datang kesini, ntah itu dari Jalan Imogiri Timur, Barat, Parangtritis atau Jalan Samas. Dari beberapa jalan tersebut, ada dua jalan yang menurut Ane paling mudah.
Cara pertama dari Perempatan Pojok Beteng Kulon:
Dari Perempatan Pojok Beteng Kulon, bergeraklah ke arah selatan melalui Jalan Bantul hingga Perempatan Dongkelan. Dari sini, masih lurus ke selatan lagi hingga memasuki gapura yang bertuliskan "Bantul Projo Tamansari".



Masih lurus ke arah selatan hingga menemukan perempatan lampu merah (Perempatan Klodran). Lurus lagi ke selatan melewati POLRES Bantul hingga seobat menemukan perempatan lampu merah lagi (perempatan Gose). Dari sini beloklah ke arah kiri (timur) melewati SMA Muhammadiyah Bantul yang tepat di depannya terdapat POM Bensin. Masih lurus ke timur hingga menemukan perempatan lampu merah. Lurus lagi melewati RSUD Panembahan Senopati bantul dan pelankan kendaraan sobat karena sebentar lagi akan ada jalan ke arah kanan (selatan). Udah ketemu? kalau sudah beloklah ke kanan melewati SMAN 2 Bantul lurus terus ke selatan hingga menemukan perempatan yang ditengahnya terdapat sebuah papan pengumuman yang bertuliskan,"10 Program Pokok PKK".


Inilah perempatannya setelah melewati SMAN 2 Bantul
Tuh kan ada tulisannya,"10 Program Pokok PKK"
Dari sini masih lurus lagi ke selatan hingga menemukan perempatan yang di pojok kirinya terdapat Patung Semut. Yapz, Patung Semut jalannya memang agak kecil, tapi lumayan bagus jadi nggak usah ragu - ragu yaw sob.


Gambar perempatan yang ada Patung Semutnya
Ini dia Patung Semutnya
Dari perempatan (boleh Ane bilang Perempatan Patung Semut) ini, beloklah ke kiri lurus terus hingga menemukan sebuah plank yang bertuliskan, "Gudeg Manggar Bu Dullah" di kanan jalan.


Dari jalan yang sana tuh Ane munculnya
Cara kedua dari Desa Wisata Manding:
Dari Perempatan Lampu Merah Manding, beloklah ke kanan memasuki Gapura Desa Wisata Manding lurus terus ikuti jalan ini hingga menemukan Perempatan Lampu Merah. Dari sini lurus aja lagi ke barat hingga menemukan RSUD Panembahan Senopati Bantul. Nah, sebelum menemukan RSUD tersebut, ada pertigaan ke kiri yaw sob. Beloklah ke arah kiri tersebut. Dan ikuti rute yang sudah Ane jelaskan di atas.


Di kursi itu Ane menikmati gudegnya
Kini sobat sudah sampai di Rumah Bu Dullah yang menjual gudeg manggar. Kalau sobat kepingin baca rutenya biar nanti urusan jalan belakangan, wokelah Ane kasih rutenya (tapi ma'af yaw misalkan kurang rapi, maklum tulisan tangan).



Rumahnya terlihat sepi dan tak ada satu pengunjung pun yang sedang berkunjung kesini. Ane sempat bingung, apakah Rumah Bu Dullah ini memang sedang tidak ada pengunjung yang datang atau hanya melayani pesanan saja? Tak ingin berlama - lama berfikir, masuklah Ane langsung ke dapurnya. Di dapur tersebut ada Bu Dullah dan para pegawainya yang sedang sibuk memasak dan menyiapkan pesanan yang ada.



Dengan logat jawa, Ane berbincang dengannya selama disini.
Ane       : Bu, Ajeng Badhe tumbas Gudeg Manggar?
            Bu, Mau beli gudeg manggar?
Bu Dullah : Iyo, di bungkus nopo ajeng dibekto wangsul?
            Iya, di bungkus apa mau di bawa pulang?
Ane       : Di maem riki mawon bu
            Di makan sini saja bu
Bu Dullah : Eow nggeh, silahkan mang lenggah rumiyen
            Eow iya, silahkan duduk dahulu
Ane       : Nggeh Bu
            iya Bu
Sambil menunggu pesanan yang ada, Ane sempatkan sedikit memotret apa - apa yang ada di dapur. Nah ini sob yang Ane suka, pemasakannya masih menggunakan cara tradisional yakni tungku sebagai kompornya dan kayu bakar sebagai bahan bakarnya. "wah pasti enak nieh hasil masakannya nanti", fikirku.



Berbagai menu masakan diolah disini, mulai dari manggarnya itu sendiri dan lauk pauk yang akan digunakan untuk menemani gudegnya.

Tuh manggarnya yang sedang di olah
Kalau ini lauk - pauknya
Setelah di perbesar seperti ini
Tak butuh waktu lama datanglah pesanan Ane. Secara sekilas nampak tak ada perbedaan antara gudeg manggar dengan gudeg nangka biasa sama - sama berwarna kecokelatan. Tapi setelah di amati dengan seksama, nampaknya ada perbedaan dimana gudeg manggar nampak seperti biji - bijian kecil yang dilunakkan. Sedangkan pada lauknya tak ada perbedaan sama sekali bila dibandingkan dengan gudeg nangka pada umumnya.


Sepiring gudeg manggar dan segelas es teh manis
Begitu juga dengan yang ini
Ini dia gudeg manggarnya
Ane merasa kalau makan disini kok rasa - rasanya seperti makan di rumah sendiri yaw sob bagaimana tidak la wong rumah segede ini kok cuman Ane yang makan disini, di teras lagi. tapi bedanya makanan dan minumannya dilayani oleh seseorang yang kita sayang misalnya saja adik, kakak, atau orang tua kita. Disinipun pegawainya melayani dengan ramah dan penuh dengan senyuman sehingga benar - benar membuat Ane seperti makan di rumah sendiri. Saking asyiknnya anggapan tersebut sehingga membuat Ane terlena untuk selalu mengabadikan moment - moment yang penting ini. Satu, dua, tiga, cekrek cekrek.


Piss

Salam damai sob
Sekarang tahap eksekusinya. Bagi Ane gudeg ini terasa khas di mulut, manis dan gurih terasa mendominasi disini. Berbeda dengan gudeg nangka, gudeg ini terasa krenyes - krenyes dan nikmat sekali. Dua kata untuk gudeg ini,"Wuenaaak Tenaaan". Sedangkan pada lauknya berupa suwiran daging ayam dan telor terasa tak ada yang istimewa dan rasanya seperti pada gudeg - gudeg pada umumnya dan 20 menit kemudian


Habis sudah semuanya
Sehabis makan, Ane bersantai dulu sambil membaca - baca koran yang kebetulan di meja makan tersebut terdapat sebuah koran. Di sela - sela membaca, tampak dua mobil berdatangan dan memasukkan sesuatu kedalam mobilnya. Nampaknya kedua mobil tersebut sebelumnya telah berpesan dan mungkin gudeg manggar inilah digunakan untuk berbagai keperluan.



Untuk seporsi nasi gudeg manggar dan segelas es teh manis hanya dihargai sebesar 23k saja. Sehabis membayarnya Ane tidak langsung pulang tuh sob. Semakin penasaran saja Ane dibuatnya, untuk itulah Ane sempatkan untuk sekedar bertanya - tanya kepada Bu Dullah mengenai warungnya dan beliau dengan ramah mempersilahkannya dan menjawab setiap pertanyaan yang Ane lontarkan.
Ane       : Bu kulo asmanipun Anis, ajeng badhe tanglet babakan
            perkawisipun gudeg manggar niki, kinten - kinten kulo
            ngganggu boten nggeh?
            Bu nama saya Anis, mau tanya masalah gudeg manggar ini,
            kira - kira saya mengganggu tidak ya?
Bu Dullah : Eow, monggo mas. Boten kok. Pripun?
            Eow, silahkan mas. Tidak kok. Gimana?
Ane       : Niki kan boten wonten tiang tumbas ingkang di maem ten
            riki bu, namung kulo bingung bu, Masak mawon nanging
            boten wonten tiang tumbas. Nopo namung ngelayani pesanan
            kemawon nopo kepripun?
            Ini kan tidak ada orang yang beli di makan disini bu,
            cuman saya bingung bu, masak terus tapi tidak ada orang
            beli. Apa cuman melayani pesanan saja atau bagaimana?



Bu Dullah : Mas e seko ngendi?
            Mas nya darimana?
Ane       : Eow nggeh Bu kulo saking Bantul, Kretek.
            Eow iya Bu saya dari Bantul, Kretek.
Bu Dullah : Eow Kretek. Dadi iki pesenan mas, tiap dino yow eneng
            seng pesen. Nek arep maem kene yow iso, tapi biasane
            mung tuku terus di gowo muleh.
            Eow Kretek. Jadi ini pesanan mas, tiap hari ya ada
            yang pesan. Apabila mau makan disini ya bisa, tapi
            biasanya cuman beli terus di bawa pulang.
Ane       : Eow, ngonten niku tow Bu (memang bener mau yow eneng
            seng tuku terus yow di gowo muleh). Terus, sejak taun
            pinten ibu mulai mendirikan warung niki?
            Eow, seperti itu tow Bu (memang benar tadi yaw ada yang
            beli terus di bawa pulang). Terus. Sejak tahun berapa
            ibu mulai mendirikan warung ini?
Bu Dullah : Eow, wes 20 tahunan kok mas

            Eow, sudah 20 tahunan kok mas
Ane       : 20 Tahunan Bu? berarti sekitar taun 1995 nggeh?
            20 Tahunan Bu? berarti sekitar tahun 1995 ya?
Bu Dullah : Yow sekitar sakunuan lah
            Yaw sekitar segituan lah
Ane       : Biasane saking pundi bu ingkang tiang - tiang sing
            sampun pesen?
            Biasanya dari mana bu orang - orang yang sudah pesan?
Bu Dullah : Yow wong wong biasane mas, nak ono acara opo - opo yow
            biasane keraton pesen nang kene. Nak sing pernah rene 
            yow Pak Ahok, Pak Jokowi, Aburizal Bakrie, okeh kok
            mas.
            Yaw orang - orang biasanya mas, kalau ada acara apa -
            apa yaw biasanya keraton pesan disini. Kalau yang sudah
            pernah kesini yaw Pak Ahok, Pak Jokowi, Aburizal Bakrie,
            banyak kok mas.



Sepertinya Gudeg Manggar Bu Dullah ini tak hanya dikenal oleh kalangan menengah ke bawah, tapi juga dikenal oleh kalangan menengah ke atas dan sudah menjadi langganan keluarga keraton.
Ane       : Berarti Pak Sri Sultan remen kalian gudeg manggar niki 
            nggeh?
            Berarti Pak Sri Sultan senang yaw Bu dengan gudeg 
            manggar ini ya?
Bu Dullah : Eow seneng mas, sering rene bareng keluargane (Kerabate
            keraton).
            Eow senang mas, sering kesini bersama keluarganya
            (kerabatnya keraton)
Ane       : Wonten media ingkang nate dugi meriki nopo dereng Bu?
            Ada media yang sudah datang kesini apa belum Bu?
Bu Dullah : Okeh mas, wingi kae si Jejak Si Gundul teko Trans 7. Jan
            sedino blegedhek nang kene mas, melu manjat pohon kelopo
            barang. Teko TV One yow pernah, Terus Pak Bondan yow 
            pernah rene, de'e yow seneng karo gudeg iki.
            Banyak mas, kemarin itu Si Jejak Si Gundul Trans 7. Jan
            Sehari penuh disini mas, ikut manjat pohon kelapa juga.
            Dari TV One yaw pernah, terus Pak Bondan yaw pernah
            kesini, beliau yaw senang dengan gudeg ini.
Ane       : Maknyusss niko nggeh?
            Maknyusss itu ya?
Bu Dullah : Iyow, maknyusss kae mas (dengan cepete de'e ngejawab).
            Tapi yow meng sedilut
            Iyaw, maknyusss itu mas (dengan cepatnya dia menjawab).
            Tapi yaw cuman sebentar
Ane       : Kru nipun Jejak Si Gundul niko tiang pinten Bu?
            Kru nya Jejak Si Gundul itu jumlah orangnya berapa Bu?
Bu Dullah : Wong 4 (papat) mas
            Orang 4 (empat) mas
Ane       : Eow



Ane       : Bu, niki kan saking manggar kelopo nggeh? nopo boten
            wonten perkawis bu babakan manggar ipun?
            Bu, ini kan dari manggar kelapa ya? apa tidak ada
            masalah bu dengan manggarnya?
Bu Dullah : Nak masalah manggare ora mas, tapi mahalnya iyo. Nak
            gudeg nongko paling regane 12 ewu/Kg. Nak manggar kelopo
            sekitar 28 ewu, opo meneh pas idul fitri opo tahun baru
            mas iso sampek 75 ewu.
            Kalau masalah manggarnya nggak mas, tapi mahalnya iya.
            Kalau gudeg nangka paling harganya 12 ribu/Kg. Kalau
            manggar kelapa sekitar 28 ribu, apa lagi pas Idul Fitri
            apa tahun baru mas bisa sampai 75 ribu
Ane       : Wah larang juga nggeh Bu?
            Wah mahal juga ya Bu?
Bu Dullah : Iyo mas
            Iya mas
Ane       : Lajeng bentene gudeg manggar kaleh gudeg nongko niku
            nopo nggeh Bu?
            Selanjutnya bedanya gudeg manggar dengan gudeg nangka
            itu apa ya Bu?
Bu Dullah : Gudeg manggar luwih suwi mas masaknya ketimbang gudeg
            nongko. Nak gudeg nongko sedino wes mateng, tapi nak
            gudeg manggar iki sedino we urong tentu mateng. Pokoke
            luwih sui.
            Gudeg manggar lebih lama mas masaknya daripada gudeg
            nangka. Kalau gudeg nangka sehari sudah matang, tetapi
            kalau gudeg manggar ini sehari saja belum tentu matang.
            Pokoknya lebih lama.



Setelah dipikir - pikir Ane termasuk orang yang bersyukur sob, bisa merasakan secara langsung gudeg ini dari racikan Bu Dullah dan bisa berwawancara secara langsung dengan beliau. Sebenarnya banyak hal yang Ane tanyakan kepada beliau, namun tak mungkin semuanya Ane tuliskan disini. Di akhir sesi wawancara Ane pun meminta untuk foto bersama beliau.
Ane       : Kulo angsal boten bu foto kaleh Ibu?
            Saya boleh tidak bu foto bersama Ibu?
Bu Dullah : Eow monggo mas, oleh - oleh wae
            Eow silahkan mas, boleh - boleh saja


Ane bersama Ibu Dullah, jempol
Ane       : Matur nuwun nggeh Bu. Mugi - mugi pesenan sampun kathah
            saking pundi - pundi niki tambah kathah malih.
            Terimakasih ya Bu. Semoga pesanan yang sudah banyak dari
            mana - mana ini tambah banyak lagi.
Bu Dullah : Sami - sami mas. Matur nuwun nggeh do'ane. Ojo kapok
            mriki maleh
            Sama - sama mas. Terima kasih ya do'anya. Jangan Kapok
            kesini lagi
Ane       : Nggeh Bu, Eow boten Bu. Kulo nggeh remen kok Bu gudeg
            manggar niki. Benjang nak kepingin maleh kulo tak meriki
            maleh.
            Iya Bu, Eow tidak Bu. Saya ya senang kok Bu gudeg
            manggar ini. Besok kalau kepingin lagi saya tak kesini
            lagi.
Nah itulah sob wawancara Ane kepada Ibunya. Semoga berguna bagi yang memerlukannya. Gimana, sobat tertarik untuk datang kesini? Kalau tertarik silahkan datang kesini, tapi bila datang rombongan sebaiknya telpon dan pesan terlebih dahulu. Soalnya kata Ibu Dullahnya harus mempersiapkan terlebih dahulu. Kalau satu atau dua orang saja tow bisa langsung kesini tanpa harus memesannya. Untuk no. telponnya sobat bisa melihat foto yang telah Ane foto di atas. Jam Buka Gudeg Manggar Bu Dullah dari pukul 6 pagi hingga (nah hingga jam berapanya Ane tidak mengerti soalnya beliau juga nggak pasti tutupnya).
Dah sampai disini dahulu yaw sob cerita Ane mengenai gudeg ini, sampai jumpa.

8 komentar:

  1. wah belum pernah kesini, kayaknya perlu nich dicoba kesini. Sama jogja kita, toossssss

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tosssss kak,,, siepz dah kak, iya perlu di coba kak :-)

      Hapus
  2. Wah seru dengan liputan kuliner gudeg kali ini mas, top deh lengkap dengan sesi wawancara, baiknya si ibu ya mau diwawancarai...

    Iya mas, sampeyan kayak sedang di rumah sendiri ya, makan di teras, ga kayak rumah makan tempatnya..

    Penasaran dengan gudeg manggar ini, belum pernah nyoba soalnya, kliatannya enak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaw mbak, tak kira awalnya Ibunya jutek, ew ternyata ramah banget. Betul banget, makan gudeg pagi - pagi di teras rumah sambil minum teh. Kayak nggak ngerasa makan di warung atau rumah makan mbak, tapi kayak makan di rumah sendiri.
      Ini gudegnya beda loh mbak, jangan lupa cobain deh kalau ke Bantul tapi yaw lumayan blusuk tempatnya :-) enak pokokmen

      Hapus
  3. wakah, kompliit banget nih reportasenya, tapi kok banyak eow itu artinya apa ya mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu kata yang melegakan mbak Tanti, Ibunya di ajak ngobrol sangat ramah sekali. dan akupun berusaha untuk ramah juga,,,, yaw namanya belajar memahami sifat orang lain mbak, hehehehe,,,, suka ngobrol dengan orang yang baru ku kenal :-)

      Hapus
  4. aku lg bingung mau nyobain gudeg yg mana pas ke jogja nanti :D.. hihihihi... apa rekomendasi mu mas? gudeg yg ga terlalu manis dan sambel kreceknya pedes apa ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau gudeg bukan dari nangka, bisa coba yang ini mbak. Tapi kalau berasal dari nangka, Gudeg permata Bu Pujo, bisa dicoba. Duh saya lupa ew mbak Fanny perbedaan rasa-rasanya. Bica dibaca di blog ini ulasannya, hehehe

      Hapus

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me