Jumat, 06 Mei 2016

Embung Nglanggeran, Si Cantik dari Patuk Gunungkidul

Awalnya kita ragu - ragu untuk menuju kesini sob, pasalnya terlihat di atas sana awan mulai menggumpal menjadi hitam pekat. "Sepertinya hujan akan segera turun", begitulah fikirku. Kendaraan Ane pacu dari Museum Kayu Wanagama. Kekhawatiran kita akhirnya benar terjadi, di tengah perjalanan selepas dari pertigaan Sambipitu hujan mengguyur dengan deras sehingga menuntut kita untuk memakai jas hujan.
Terpaksa kita menepi dulu di pinggir jalan. Ku pakai jas hujanku yang Ane taruh di dalam bagasi. Begitu juga dengan sahabat Ane yang harus memakai jas hujan dia. Maklum, jas hujanku tak bisa dipakai untuk dua orang, apalagi tiga orang.


Begitu kita selesai memakainya, perjalanan kita lanjutkan kembali. Beberapa pengendara sepeda motor tampaknya tak menghiraukan tentang kondisi hujan ini. Mereka memacunya dengan kencang. 5 Menit berselang tepat di belokan jalan ke arah kiri, brak, srot, srot, srot, dyar, terjadilah kecelakaan tunggal dari arah berlawanan kita. Kitapun tak bisa menolongnya, pasalnya dari belakang kita banyak terdapat kendaraan yang sedang berjalan. Apalagi di samping kiri kita terdapat jurang dan bibir jalan tak begitu luas "Kalau kita langsung berhenti, malah bisa - bisa kitapun bisa ditabraknya". Ane setengah mengapokkan juga sieh sob, karena sepenglihatan kita motor tersebut dikendarai oleh seseorang pria yang tampak masih muda seperti berandalan dan mengendarainya dengan sangat cepat bahkan ane menduga dia tidak menghiraukan hujan ini yang bisa membuat licin jalan. Apalagi kondisi jalan di Gunungkidul ini naik turun bak jalan menuju ke arah puncak.


Salam roker man!
Ku tengok ke belakang sedikit, ternyata ada beberapa orang yang sedang menolongnya. Yasudah, perjalanan kita lanjutkan kembali. Terbayang - bayang akan kejadian hal itu, membuat Ane semakin berhati - hati. Hujan pun kini berlalu, awan yang tebal berangsur - angsur menghilang dan cuaca berganti menjadi cerah berawan. Matahari pun menyinari bumi ini dengan sangat cerah. Ane tadinya berniat menepi di jalan dan melipat jas hujan, tapi niatan tersebut Ane urungkan soalnya atas saran Hanna kalau ntar hujan lagi biar tidak repot memakainya.
Baiklah, Perjalanan dari Museum Kayu Wanagam ke Embung Nglanggeran ini lumayan cukup jauh dan menuntut untuk selalu berhati - hati. Benar saja di tengah perjalanan hujan pun turun lagi, tapi kini kita sudah memasuki area Patuk. Itu artinya tak lama lagi kita akan sampai di Embung Nglanggeran lokasi dimana yang kita maksud. Lagi - lagi kita dikagetkan oleh kejadian yang tak kita duga - duga sebelumnya sob, seekor ular menyeberang tepat dihadapan kita. Tak tahu datangnya darimana ular tersebut nyelonong begitu saja dan menghindari ban kuda hijau Ane. Sontak tak hanya seekor ular yang kebingungan menghindar, begitu juga dengan kita.



"Nis kita yakin tetep mau kesana? udah hujan ketemu ular lagi", tanya Hanna kepada Ane.
"Yakinlah Han, emang kenapa?", balas Ane sambil tetap memacu kuda hijau Ane.
"Katanya kalau kita ketemu ular itu pertanda buruk lho Nis"!, ujar Hanna sambil membayangkan yang tidak, tidak.
"Ah masa!", kalau Aku mah nggak percaya yang begitu - gituan Han, balas Ane sambil timbul rasa keragu - raguan pada nyali Ane.
"Iya, tapi yaudah deh sekarang terserah kamu aja mau lanjut apa tidak, kata sahabat Ane yang tampaknya memberikan pilihan kepada Ane apakah mau lanjut apa tidak.



Sebenarnya Ane juga ragu - ragu sob apakah tetap melanjutkan perjalanan atau tidak. Keragua - raguan Ane bukan tanpa alasan, yang pertama hujan tetap saja deras dan tak ada tanda - tanda untuk reda, walaupun kita sampai sana tetap saja kita tak bisa menikmati keindahan dari embung tersebut dan yang kedua kita baru saja bertemu dengan seekor hewan reptil yang konon katanya pertanda buruk.
Tapi dengan niat dan tekad Ane, kita tetap saja melanjutkan perjalanan lagi dengan pertimbangan kalau sampai sana tetap saja hujan, kita naik ke atas menunggu hujan reda dan bila sampai sore tak kunjung terang, yaw sudah mau gimana lagi kita terpaksa pulang mungkin belum rejekinya. Untuk kejadian yang bertanda buruk, kita mencegahnya dengan mengendarai kuda hijau Ane dengan sangat hati - hati dan jangan sampai melakukan tindakan yang bodoh.



Ban berputar dikit demi sedikit dan tak lama dari penemuan ular sampailah kita di sebuah Pos dimana Pos ini adalah titik awal bagi para pendaki untuk naik ke Gunung Api Purba Nglanggeran. Disitu kita bertanya kepada salah satu petugasnya yang kebetulan seorang laki - laki yang tampak masih muda.
Ane    : Permisi mas, kalau ke Embung Nglanggeran itu lewat mana ya?
Masnya : Lewat sini mas. Masnya lurus ke arah sana sampai mentok
         kemudian belok ke arah kiri. Ikuti saja jalan itu mas, 
         sudah ada papan petunjuknya kok.
Ane    : Eow gitu, terima kasih ya mas!.
Masnya : Sama - sama
dengan mengikuti arahan yang diberikan olehnya, sampai juga kita di Embung Nglanggeran ini. Jalannya yang Ane kira kurang baik seperti yang terjadi di Embung Batara Sriten ternyata sudah baik walaupun sedikit tidak rata. Sesampainya di pos penarikan retribusi kita dikenai tiket masuk 12k dengan hitungan tiket masuk untuk dua orang dan sebuah sepeda motor.
Untuk sampai di tempat parkir, Ane harus turun ke bawah dulu, sementara Hanna menunggu di tangga naik embung. Dari tempat parkir saja sudah bisa membuat Ane senang. Pemandangannya cukup cantik dengan di samping kanan dan kiri terdapat sebuah bukit yang seolah - olah menyatu. "Apalagi di atas?", begitulah fikirku. Pengelolaan embung ini sudah sangat baik, berbagai macam fasilitas sudah tersedia mulai dari musholla, kamar kecil, warung makan, hingga gazebo - gazebo yang bisa digunakan oleh setiap para pengunjung.




Rupanya Nasib baik menghampiri kita sob. Kondisi langit yang tadinya hitam kini menjadi cerah - mencerah. cuaca yang tadinya hujan kini berganti dengan terik matahari yang cukup menghanguskan kulit kita yang eksotis ini *Wueeek*.
Perjalanan kita belumlah selesai. Untuk sampai di embungnya kita harus menaiki beberapa anak tangga terlebih dahulu. Walau tak begitu tinggi, namun cukup menguras energi kita. Beberapa kali Hanna mengeluh kelelahan, begitupula Ane. Maklum, sudah lama kita tak berolahraga. Eits tunggu dulu, mungkin juga karena faktor usia, tapi ntahlah. Kalau dulu mendaki gunung saja kita masih kuat. Ntah itu Gunung Merbabu yang mempunyai sabana yang sungguh mempesona, Gunung Sindoro yang juga mempunyai pemandangan yang sangat eksotis, Gunung Sumbing yang mempunyai trek lumayan terjal apalagi Gunung Andong yang pas buat santai.
Di sela - sela tangga naik kita di sambut sebuah tulisan yang berbunyi,"Selamat Datang di Embung Nglanggeran". Tak hanya itu masih berada di tempat yang sama, berbagai larangan tertulis di dalamnya. Tanpa di tulis pun, semestinya setiap pengunjung harus sudah menyadarinya. Apalagi ditulis tentulah lebih menyadarinya.


Tuh, benar kan?
Sesaat sebelum sampai di embungnya, ada sebuah tulisan yang sempat membuat kita bingung sob, tulisan tersebut berbunyi "Selamat Datang Kebun Buah Nglanggeran". Lho bukankah ini sebuah embung? bukankah ini Embung Nglanggeran? lalu kenapa kok tulisannya begitu? Kalau benar adanya demikian, lalu dimanakah kita bisa menjumpai buah - buahannya? Sederet pertanyaan tersebut menggelayuti fikiran kita.


Daripada bingung, Tidur dulu ah!
Pada akhirnya kita baru mengetahui jawaban dari sederet pertanyaan tersebut ketika perjalanan pulang. Di sekitar tempat parkir terdapat sebuah papan penjelasan yang menerangkan tentang waduk mini/embung ini. Dari situ diterangkan bahwa pembuatan Embung ini tak lepas dari tanaman buah - buahan terutama buah durian dan kelengkeng. Maklum, di kawasan Gunung Api Purba telah di bangun Agrowisata Nglanggeran yang mengembangkan sentra pemberdayaan tani kebun buah di Dusun Nglanggeran Wetan, Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta. Dahulu sebelum ada embung, tanaman - tanaman tersebut banyak yang mati sehingga untuk mengatasi hal itu dibuatlah sebuah embung yang sekarang kita kenal dengan Embung Nglanggeran ini. Kini nampaknya keberadaan embung tersebut tak hanya berfungsi sebagai pengairan saja tetapi sudah menjadi salah satu destinasi yang cukup menarik bagi para wisatawan.


Angkat kaki, gimana sob indah bukan pemandangannya?
Sesampainya di atas, ternyata sudah ada banyak pengunjung yang datang. Embungnya terbilang kecil tak seluas Embung Batara Sriten. Tepat di dalam pagar embung terpasang lampu - lampu yang seolah - olah tak hanya pada pagi sampai siang hari saja embung ini siap menyambut datangnya para pengunjung, tetapi juga pada malam hari. Yapz, konon katanya embung ini akan cantik di saat hari mulai petang. Di bagian depan pagar embung terpasang sebuah papan larangan yang melarang bagi siapa saja untuk berenang. Tak hanya itu saja sob, di area ini juga dilarang untuk berdagang.


Dilarang berenang, dan juga

Pemandangannya sungguh elok sekali sob. Keelokan ini mengingatkanku pada keelokan Embung Batara Sriten yang juga sama - sama berada di Kabupaten Gunungkidul. Banyak yang dapat kita nikmati disana mulai dari duduk - duduk cantik di gazebo, maju - mundur cantik ala Syahrini juga boleh, sekedar menikmati pemandangan yang ada, atau bahkan berkemah karena di sekitar area embung terdapat tempat yang dikhususkan untuk itu. Begitu juga dengan embung ini.


Gimana, keren kan?
Dari embung ini Ane melihat sebuah jalan kecil menuju ke atas. Rasa penasaran Ane pun timbul sob. Ada apakah gerangan disana? Berangkat dari rasa penasaran melangkahlah kita menuju ke atas. Tak henti - hentinya kita mengabadikan moment ini. Di sepanjang perjalanan kita menjumpai bermacam - macam tulisan yang terukir di sebuah papan. Ntah itu berupa larangan atau sindiran.


Cilup baaa, ciluuup baaa
Sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah keindahan dan keindahan. Hamparan hijaunya pepohonan, hamparan batu - batuan yang berserakan, serta kursi - kursi yang terbuat dari batu terpasang di bawah pohon sehingga membuat Ane betah berlama - lama disini. Lengkap sudah dengan hadirnya hembusan angin yang begitu lembut menambah rasa keengganan Ane untuk beranjak dari sini.



Tak sampai disini saja Ane masih saja digelayuti rasa penasaran dengan jalan yang ada di depan kita. Setelah Ane turut jalan tersebut yang Ane temui adalah sebuah persimpangan jalan yang Ane duga bila lurus akan sampai di Gunung Api Purba Nglanggeran, ke arah kanan akan sampai di perkampungan dan ke kiri akan sampai di jalan pulang menuju ke embung.


Gimana sob mau lanjut?
Ah nggak ah, Tak mau melangkah lebih jauh lagi, Ane putuskan untuk putar balik saja. Lagi - lagi Ane kembali menuju kursi yang Ane temui tadi. Ane rasa tempat inilah yang paling cocok dan nyaman dalam menikmati pemandangan embung yang ada. Tak lama kemudian awan yang tadinya cerah kini berubah menjadi hitam lagi. Pertanda hujan pun akan segera turun kembali. Hanna pun mengajak Ane untuk turun saja menuju ke embung dan segera pulang ke rumah. Dengan berbagai pertimbangan Ane pun mengiyakan ajakan tersebut karena tak mau kita basah kuyup lagi di jalan. Apalagi kondisi jalan yang kurang begitu mulus sehingga bila diguyur hujan sedikit saja akan sangat licin.


Yuk turun!
Langkah demi langkah sampai juga kita di parkiran. Anepun berharap hujan akan turun ketika kita sampai di rumah, setidaknya sampai di jalan yang beraspal halus. Harapan Ane ternyata dikabulkan sob, sesampainya di bawah di jalan beraspal mulus tepat dimana kita bertemu seekor ular, turunlah hujan yang sangat lebat. Oh kita baru ngerti, mungkin adanya ular tadi mengisyaratkan kepada kita kalau pas perjalanan pulang kita akan turun hujan begitu kita sampai disini. Dengan terpaksa dipakailah kembali jas hujan kita. Sesampainya di bukit bintang hujan pun kembali reda namun kita tetap saja memakainya sampai Kota Jogja. Kita lantas tak langsung pulang ke kost kita masing - masing, tapi wiskul dulu di sebuah tempat yang membuat kita bener - bener klenger. Perut lapar, masa langsung pulang? kan rugi. Ya nggak sob?
Dimanakah itu? yaitu di Bakso Klenger. ikuti cerita selanjutnya wisata kuliner di Bakso Klenger ini ya sob,


Sampai jumpa!
Cara menuju ke Embung Nglanggeran:
Arah menuju Embung Nglanggeran itu sama dengan arah menuju basecamp pendakian Gunung Api Purba Nglanggeran.
Dari Kota Jogja bergeraklah melalui Jl. Wonosari -) Bukit bintang (Bukit Patuk) -) perempatan yang di sebelah kanan jalannya terdapat Kantor Polsek Patuk -) belok kiri dan ikuti jalan ini melewati tower (menara) berbagai televisi di Desa Ngoro - ngoro hingga menemukan sebuah pertigaan dimana di sebelah kanannya terdapat Puskesmas Patuk II (Puskesma Tawang) -) belok ke arah kanan hingga bertemu basecamp Pendakian Gunung Api Purba Nglanggeran -) belok ke arah kanan hingga bertemu sebuah pertigaan -) belok ke arah kiri hingga sobat menemukan sebuah gapura yang bertuliskan "Kawasan Agrowisata Patra Nglanggeran" di sebelah kiri jalan -) Ikuti jalan tersebut dan tak lama kemudian sampailah sobat di Embung Nglanggeran ini.

8 komentar:

  1. bagus tuh kalo ada larangan jgn jualan.. biar tetep rapi dan bersih tempatnya ;).. biasakan kalo ada yg jualan, lgs deh tempatnya jd kotor -__-.. Cakep mas tempatnya.. aku jg betah pasti duduk2 di sini liatin waduk.. eh sama dgn waduk kan ya embung itu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, bener banget,,,
      Kurang lebih sama mbak, cuman bedanya kalau waduk tempat penampungan air sungai,,, Nah kalau embung biasanya ada di daerah pegunungan tempat menampung air hujan,,, gitu, :-)

      Hapus
  2. asli keren banget mas....apalagi tuh foto bagian atas dengan awan kelabunya...kereen abis...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, sampai - sampai kalau udah disini malas untuk pulang, hehehe

      Hapus
  3. Dari gapura yg mau masuk ke embungnya, katanya nanjak ya jalannya? Kira2 kalau pakai motor matic kuat ga sih?
    Pengen dari dulu ke sini & gunung api purba tp blm ada temen yg diajak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, kalau embung Nglanggeran ini jalannya tak begitu parah kok dibandingkan dengan Embung Batara Sriten,,,, kesini masih bisa pakai motor matic,,,
      Mau ngajak aku pow mbak? tapi bayarin, wakakakaka pizzzz

      Hapus
    2. Sama Kalibiru lebih ekstrim mana jalan nanjaknya?
      Hahaa.. jauh, aku tinggalnya di Semarang mas :D

      Hapus
    3. Ya, kurang lebih sama mbak,,,, Lho kan habis dari Solo mbak,,, kurang lebih sama lah jaraknya antara Semarang - Solo dengan Semarang Jogja, :-)

      Hapus

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me