Lokasi Alas Kedaton tak jauh dari Pura Taman Ayun sob, maka setelah mengunjungi Pura Taman Ayun selanjutnya Ane menuju kesana. Baru berjalan beberapa meter, Ane melihat seorang ibu membawa anaknya sedang beribadah. Anaknya itu terlihat cute dan lucu, Ane yang baru saja 2 hari di Bali tertarik untuk membidik gambar mereka. Anaknya diam saja dan tak rewel, mungkin dia sudah tahu kalau Sang Ibu sedang beribadah.
Jalan menuju Alas Kedaton searah menuju Bedugul. Jalannya mulus dan cukup lebar dengan disamping kanan dan kiri berdiri rumah-rumah warga berasitektur khas Bali. Ane tak tahu persis dimana nanti Ane akan belok. Berdasarkan peta yang Ane lihat kalau mau menuju Alas Kedaton, dari Pura Taman Ayun sekitar 1,5 Km an di Jl. Raya Bedugul Ane harus belok kearah kiri (barat), tapi masalahnya dimanakah nanti Ane harus belok. Ane hanya mengandalkan sebuah papan petunjuk jalan dan warga setempat. Ane pacu terus kuda hijau Ane hingga sekitar 10 menitan. "Daritadi kok Ane tidak menemui papan petunjuk yang mengarah ke Alas Kedaton ya, hanya bertemu papan petunjuk yang mengarah ke Tanah Lot saja yang Ane lihat. Jangan-jangan ini sudah kelewat lagi", fikirku.
Tak mau kejauhan Ane menyimpang dari tujuan Ane, Ane mampir dahulu ke sebuah warung. Kebetulan ada sebuah warung makan Surabaya yang Ane temui, dengan anggapan kalau macam warung seperti itu pasti makanannya halal. Tak hanya bertanya saja, Anepun makan juga karena dari pagi Ane belum sarapan. Singkat cerita seusai makan Ane bertanya kepada Sang Penjualnya jalan menuju Alas Kedaton. Apa yang terjadi sob? ternyata Ane terlewat jauh dan Sang Penjual tersebutpun memberitahukan kalau sebentar lagi sudah di Bedugul. Ane diberi arahan kalau tempat yang Ane tuju, pertigaan belok kanan searah dengan jalan menuju ke Tanah Lot. Nah lo, benar saja daritadi kok tidak ada papan petunjuk yang mengarah ke Alas Kedaton. Tanpa berlama-lama lagi setelah Ane membayar apa yang Ane makan, Ane langsung tancap gas ke Alas Kedaton. Dengan mengikuti arahan yang diberikan bapaknya akhirnya sampai juga Ane di Alas Kedaton Monkey forest ini. Iyesss.
Ternyata benar sob tadi Ane dari Pura Taman Ayun sekitar 2 Km mengikuti jalan menuju Bedugul, tepat setelah POM bensin ada pertigaan kearah kiri (barat). Harusnya Ane belok kiri, ew malah terus saja. Ya kebablasan deh. Jadi lokasi Alas Kedaton ini terletak di Desa Pekraman Kukuh, Kecamatan Marga, atau kurang lebih sekitar 4 Km dari Kota Tabanan dan 22 Km dari Kota Denpasar. Untuk memasuki Alas Kedaton Ane diharuskan membayar tiket masuk sebesar 12k saja dengan rincian 10k untuk tiket masuk dan 2k untuk parkir kuda hijau Ane.
Sang Penjaga loket yang merupakan seorang wanita memberitahukan kepada Ane kalau kuda hijau Ane di parkir saja di samping loket dan tak boleh ada sesuatu yang menarik perhatian kera tercentel di motor seperti kantong plastik, mantol, dan lain sebagainya. Untuk masalah kamera, tas, dan Handphone tak jadi masalah dibawa karena kera-kera di Alas Kedaton ini sudah tahu mana yang mereka sukai atau tidak. Dia juga menambahkan kalau Ane bisa meminta bantuan pemandau wisata untuk menemani Ane mengelilingi Alas Kedaton ini. Biasanya setelah selesai memandu, mereka akan mengajak kita mampir di kiosnya karena pemandu disini merangkap menjadi seorang pedagang. Dengan bekal informasi yang cukup, segeralah Ane langkahkan kaki masuk kedalam.
Hahaha, lagi-lagi Ane harus tertawa karena sesampainya didalam belum ada kios yang buka. Alhasil, pemandu wisatanya pun belum pada siap melayani para tamu yang datang. Tiba-tiba, datang seorang laki-laki paruh baya yang sedang mengendarai motor dan menanyakan tujuan Ane kesini.
Sang Bapak: Mau masuk mas?
Ane : Iya Pak, tapi kok belum ada pemandu wisatanya ya Pak ya?
Sang Bapak: Sebentar ya mas!
Sang Bapak tersebut pun langsung menyandarkan motornya dan bersedia menjadi pemandu wisata Ane.
Sang Bapak: Ayok mas, saya temani masnya keliling-keliling
Ane : Lho beneran pak, bapak mau menemani saya keliling-
keliling?
Sang Bapak: Iya mas, mari!
Ane : Baiklah Pak. Ma'af ini saya dengan bapak siapa ya?
Sang Bapak: Perkenalkan mas, saya Pak I Gusti Bagus Suryawan.
Kebetulan saya seorang Manager disini.
Ane : Oh, iya tow Pak? kalau begitu suatu kebanggan bagi saya
bisa bertemu langsung dengan bapak. Saya Anis Pak!
Pak Bagus : Mas Anis darimana?
Ane : Saya dari Jogja Pak
Pak Bagus : Eow, dari Jogja. Sudah berapa hari di Bali dan sudah
kemana saja?
Ane : Baru kemarin Pak saya tiba di Bali. Tadi baru dari Pura
Taman Ayun.
Pak Bagus : Eow.
Sesampainya di pelataran patung kera, dia menjelaskan panjang lebar mengenai Alas Kedaton ini. Alas Kedaton ini dihuni oleh kurang lebih 1.200 ekor kera (Macaca Fascicularis) ratusan kalong (Pterofus Marianus) berbagai jenis binatang dan serangga lainnya.
Pak Bagus : Masnya kepagian kesini, jadi keranya belum pada keluar
Ane : Eow begitu tow Pak?
Pak Bagus : Sebentar mas, saya panggilkan kera-keranya!
Dengan mengambil sesuatu yang baru Ane ketahui makanan kera berupa jagung, dia tebarkan di pelataran sambil memanggil-manggil. Awalnya tak banyak kera yang muncul, kini kera-kera pada bermunculan.
Ternyata benar sob tadi Ane dari Pura Taman Ayun sekitar 2 Km mengikuti jalan menuju Bedugul, tepat setelah POM bensin ada pertigaan kearah kiri (barat). Harusnya Ane belok kiri, ew malah terus saja. Ya kebablasan deh. Jadi lokasi Alas Kedaton ini terletak di Desa Pekraman Kukuh, Kecamatan Marga, atau kurang lebih sekitar 4 Km dari Kota Tabanan dan 22 Km dari Kota Denpasar. Untuk memasuki Alas Kedaton Ane diharuskan membayar tiket masuk sebesar 12k saja dengan rincian 10k untuk tiket masuk dan 2k untuk parkir kuda hijau Ane.
Sang Penjaga loket yang merupakan seorang wanita memberitahukan kepada Ane kalau kuda hijau Ane di parkir saja di samping loket dan tak boleh ada sesuatu yang menarik perhatian kera tercentel di motor seperti kantong plastik, mantol, dan lain sebagainya. Untuk masalah kamera, tas, dan Handphone tak jadi masalah dibawa karena kera-kera di Alas Kedaton ini sudah tahu mana yang mereka sukai atau tidak. Dia juga menambahkan kalau Ane bisa meminta bantuan pemandau wisata untuk menemani Ane mengelilingi Alas Kedaton ini. Biasanya setelah selesai memandu, mereka akan mengajak kita mampir di kiosnya karena pemandu disini merangkap menjadi seorang pedagang. Dengan bekal informasi yang cukup, segeralah Ane langkahkan kaki masuk kedalam.
Hahaha, lagi-lagi Ane harus tertawa karena sesampainya didalam belum ada kios yang buka. Alhasil, pemandu wisatanya pun belum pada siap melayani para tamu yang datang. Tiba-tiba, datang seorang laki-laki paruh baya yang sedang mengendarai motor dan menanyakan tujuan Ane kesini.
Sang Bapak: Mau masuk mas?
Ane : Iya Pak, tapi kok belum ada pemandu wisatanya ya Pak ya?
Sang Bapak: Sebentar ya mas!
Sang Bapak tersebut pun langsung menyandarkan motornya dan bersedia menjadi pemandu wisata Ane.
Sang Bapak: Ayok mas, saya temani masnya keliling-keliling
Ane : Lho beneran pak, bapak mau menemani saya keliling-
keliling?
Sang Bapak: Iya mas, mari!
Ane : Baiklah Pak. Ma'af ini saya dengan bapak siapa ya?
Sang Bapak: Perkenalkan mas, saya Pak I Gusti Bagus Suryawan.
Kebetulan saya seorang Manager disini.
Ane : Oh, iya tow Pak? kalau begitu suatu kebanggan bagi saya
bisa bertemu langsung dengan bapak. Saya Anis Pak!
Pak Bagus : Mas Anis darimana?
Ane : Saya dari Jogja Pak
Pak Bagus : Eow, dari Jogja. Sudah berapa hari di Bali dan sudah
kemana saja?
Ane : Baru kemarin Pak saya tiba di Bali. Tadi baru dari Pura
Taman Ayun.
Pak Bagus : Eow.
Sesampainya di pelataran patung kera, dia menjelaskan panjang lebar mengenai Alas Kedaton ini. Alas Kedaton ini dihuni oleh kurang lebih 1.200 ekor kera (Macaca Fascicularis) ratusan kalong (Pterofus Marianus) berbagai jenis binatang dan serangga lainnya.
Pak Bagus : Masnya kepagian kesini, jadi keranya belum pada keluar
Ane : Eow begitu tow Pak?
Pak Bagus : Sebentar mas, saya panggilkan kera-keranya!
Dengan mengambil sesuatu yang baru Ane ketahui makanan kera berupa jagung, dia tebarkan di pelataran sambil memanggil-manggil. Awalnya tak banyak kera yang muncul, kini kera-kera pada bermunculan.
Patung kera Alas Kedaton |
Pak Bagus : Nggak apa-apa mas, yang penting jangan disentuh dan
ditatap matanya dalam waktu yang lama.
Pak Bagus menjelaskan banyak hal tentang kera kepada Ane. Banyak hal yang dapat Ane pelajari disini. Salah satunya sekalipun kera naik di bahu kita, kita harus tetap tenang dan tak boleh menjerit. Pada prinsipnya Kera bukanlah binatang yang agresif. Dia boleh menyentuh kita, tapi kita tak boleh menyentuhnya. Semuanya pasti akan aman-aman saja.
Puas melihat-lihat kera, Ane langkahkan kaki bersama Pak Bagus menuju sebuah Pura. Di Alas kedaton terdapat sebuah pura yang bernama Pura Dalem Kahyangan Kedaton. Pura ini dibangun oleh Empu Kuturan atau Empu Rajakretha pada zaman pemerintahan Raja Cri Masula Masuli tahun icaka 1.100 (Tahun 1.178 Masehi) dimana beliau memerintah selama 77 tahun (sumber: sebuah brosur yang Ane peroleh dari DTW. Alas Kedaton).
Ada hal unik yang terjadi di pura ini yakni Pura Dalem Kahyangan Kedaton terbagi menjadi 3 area/mandala diantaranya jabe sisi (nistaning mandala), jabe tengah (madyaning mandala), dan jeroan (utamaning mandala). Tidak seperti pura pada umumnya yang menempakan utamaning mandala di tempat paling tertinggi, di pura ini justru utamaning mandala ditempatkan pada tempat yang paling rendah.
Nistaning mandala |
Madyaning mandala |
Utamaning mandala |
Dari pintu masuk sebelah selatan terlihat jalan setapak yang mengarah ke hutan. Pak Bagus mengatakan bahwa jalan setapak tersebut biasa digunakan saat ada acara tertentu di pura dan jalan tersebut akan tembus di jalan beraspal. Ane merasa penasaran sejauh apakah jalan tersebut. Ane meminta Pak Bagus untuk mengantarkan Ane kesana dan dia pun mengiyakan permintaan Ane tersebut.
Ternyata benar, jalan setapak tersebut tembus di jalan beraspal. Walaupun begitu Ane tak bisa sampai di jalan aspalnya karena di ujung jalan ini diberi sebuah pintu dan terkunci.
Balik lagi ke tempat awal. Masih ada sebuah spot lagi yang sayang untuk dilewatkan di Alas Kedaton ini, yakni spot tempat kalong berada. Sayang beribu sayang, saat Ane sampai di spotnya belum ada petugas yang datang. Walhasil, Ane tak dapat menyaksikan kalong secara langsung. Yasudah, tak apa-apa.
Di akhir acara berhubung bapaknya tidak memiliki kios, maka Ane kasih tip kepada Pak Bagus. Tapi Pak Bagusnya menolak dan dia hanya meminta kepada Ane untuk mempromosikan Alas Kedaton ini di Jogja. "Baik Pak", jawab Ane dan berjanji mempromosikan lewat blog ini.
Jam buka: setiap hari dari jam 8 pagi hingga 7 malam Wita.
wah keceh juga ya mas... monyetnya disewa jadi pemeran mantap juga tuh hehe pizzz
BalasHapusHehehe,,, iya tuh mas, apalagi senyawanya nggak pakai bayar ya mas ya? alias dapat gratisan kayak Mas Angki, hehehe
Hapusegois banget ya mas kera2nya, mereka boleh menyentuh kita, lah kita ga boleh menyentuh mereka wakakak...
BalasHapusok sipp mas.. ditunggu postingan berikutnya... seru ya.. 3 minggu di bali, banyak tempat banyak cerita
Hahaha,,, iya Mbak Monic bener banget,,, egois tuh kera, terus banyak minta lagi, hehehe.
HapusYo'i, penasaran aja mbak Monic sama yang namanya Bali, :-)
Sip, ini menjadi rujukan traveling berikutnya, terimakasih informasi tentang alas kedatonnya kang...
BalasHapusSama-sama Kang,,,
Hapus