Hari ini merupakan hari kedua Ane di Bali sob, sebelumnya Ane telah melakukan perjalanan yang cukup panjang dari Yogyakarta ke Bali ini. Berbagai jadwal telah Ane susun dengan rapi dan detail. Dihari kedua ini Ane berencana mengunjungi beberapa obyek wisata dan salah satu diantaranya Pura Taman Ayun yang terletak di Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali. Pura ini terletak tidak jauh dari Kota Denpasar yakni hanya sekitar 18 Km saja. Itu artinya estimasi Ane kesini tak sampai 30 menit perjalanan.
Tepat pukul 07.00 Wita Ane arahkan kuda hijau Ane menuju kesini, kebetulan Ane nginap di bagian utara Kota Denpasar tepatnya di Jl. Nangka Utara sehingga akan lebih cepat lagi untuk sampai sini. Perjalanan pagi sungguh sangat menyenangkan semuanya serba fresh, fresh udara, tenaga dan fikiran. Ditengah perjalanan Ane mampir dulu di pom bensin dan minimarket. Ya, bensin Ane sudah limit dan mampir ke minimarket karena beli batu alkaline LR6 dulu buat kamera. Maklum, kamera Ane batunya sekali pakai langsung buang sob jadi ya mau tidak mau harus beli baterai dulu.
Kalau boleh Ane bandingkan berkendara motor di Bali ini tak senyaman di Jogja. Kendaraan di Bali lebih padat dibandingkan Jogja, bunyi klakson pengendara juga lebih tinggi intensitasnya, serta kebanyakan pengendara menunjukkan sifat terburu-buru dan ingin cepat sampai. Hufth.
Back to topic, sesampainya di persimpangan jalan memutar (bila lurus (barat) kearah Pelabuhan Gilimanuk dan bila kearah kanan (utara) kearah Bedugul dan Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng), Ane mengambil jalan kearah kanan. Yapz, jalan menuju ke Pura Taman Ayun ini sejalan dengan jalan menuju Bedugul. Jalannya cukup mulus dan kurang lebih 5 menitan sampailah Ane di Pura Taman Ayun ini.
Tempatnya memang bagus, bersih, dan damai. Pura ini bak seperti kapal yang mengapung, bagaimana tidak di semua sisi pura dikelilingi oleh kolam. Untuk memasuki pelataran dalam pura Ane harus melewati sebuah jembatan dan pintu gerbang. Terlihat sudah ada banyak orang yang hadir disini. Namun semuanya adalah para pegawainya, Ada yang sedang memotong rumput, menyapu halaman, hingga memperbaiki sesuatu.
Bagaimana dengan petugas tiketnya? eow ternyata belum datang dan dibagian pos petugas tersebut tertera besaran tarif yang harus dibayarkan oleh setiap para pengunjungnya bila hendak masuk kedalam. Untuk wisatawan domestik besaran biaya yang harus dibayarkan sebesar 10k, dan wisatawan internasional sebesar 20k.
Berhubung petugasnya belum datang Ane gunakan kesempatan untuk melihat-lihat lingkungan sekitar terlebih dahulu. Tepat di bagian kiri gerbang masuk depan pos petugas tiket terdapat sebuah tempat yang bernama,"pelinggih siluh resi". Selain itu ada air mancur dan hamparan rumput hijau yang tertata rapi. Sementara di bagian kanan gerbang terdapat wantilan dengan diorama orang yang sedang menyabung ayam, bangunan Bale Pengubengan, dan pura kecil (Pura Luhuring Purnama).
Seusai berkeliling-keliling di lingkungan sekitar, petugasnya pun belum juga datang. Saat baru duduk beberapa menit terdengar sebuah seruan dari salah seorang pegawainya kalau Ane dipersilahkan masuk tanpa membeli tiket.
Pegawai: Darimana mas asalnya?
Ane : Dari Jogja Pak
Pegawai: Eow, dari Jogja. Masuk aja mas, nggak apa-apa!
Ane : Tapi belum beli tiket Pak, belum ada petugasnya!
Pegawai: Masih lama mas petugasnya datang, langsung masuk aja nggak
apa-apa!
Ane : Beneran ini Pak nggak apa-apa?
Pegawai: Benar mas
Ane : Baik pak, terimakasih!
Dalam hati Ane sangat senang sob bisa masuk pura lebih awal. Itu artinya setelah keluar dari sini bisa langsung berkunjung ke destinasi selanjutnya. Iyes.
Seperti pada umumnya pura-pura di Bali, Pura Taman Ayun ini memiliki tiga area atau mandala. Pertama nista mandala yang sudah Ane ceritakan diatas. Kedua madya mandala yang merupakan area tengah pura. Keberadaannya lebih tinggi dibandingkan dengan nista mandala. Disini terdapat balai kulkul yang menjulang tinggi.
Sedangkan yang terakhir disebut dengan utama mandala. Area ini letaknya paling tinggi diantara keduanya. Hanya orang yang mau beribadahlah yang boleh memasuki area ini. Bagi para pengunjung termasuk Ane jika ingin melihat bagian utama mandala harus melalui jalan setapak yang mengelilingi tembok pembatas halaman dalam pura.
Belum ada pengunjung yang datang selain Ane sehingga dengan leluasa Ane menikmati pura dan berfoto ria disini. Namun beberapa saat kemudian tampak ada sepasang orang bule yang juga melihat-lihat bagian utama pura ini. Lama-kelamaan bule tersebut mendekati Ane dan meminta tolong untuk memfotonya.
Bule : Please take we picture with my camera! OK?
Ane : Oh, Ok. No Problem. Just press this tombol?
Bule : Right
kemudian Ane memfotonya, setelah itu Ane tanya kepada mereka darimana mereka berasal.
Ane : By The Way, Where do you come from Mister?
Bule : Netherland
Ane : Oh, Belanda, Netherland!
Bule : OK, Thank you!
Ane : Your welcome!
Kembali lagi Ane menikmati pura ini. Dari sini terlihat sejumlah bangunan dengan atap bertingkat (meru) yang sungguh megah berurutan diantaranya empat meru bertumpang 11, dua meru bertumpang 9, serta satu meru bertumpang 7, 5, 3, dan 2. Meru-meru tersebut tersusun dengan rapi. Selain itu, disini juga terdapat beberapa bangunan pelinggih yang menjadi tempat pemujaan terhadap arwah leluhur dari dewa-dewi. Semua bangunan yang ada di utama mandala ini dikelilingi oleh kolam sehingga terlihat sungguh menarik.
Selain mengelilingi pura, sebenarnya masih ada aktifitas lain yang dapat dilakukan disini sob yaitu duduk cantik di pinggir kolam sambil menikmati pemandangan yang ada. Tenang saja untuk sampai di pinggir kolam nggak perlu susah-susah kok sob, karena sudah ada track menuju kesitu. Berhubung Ane ingin melanjutkan perjalanan lagi maka nggak sempat buat duduk-duduk cantik di sungai. Apakah sudah ada petugasnya ketika Ane mau keluar pura? ternyata belum datang juga. Yawsudah deh kalau begitu langsung capcus ke destinasi berikutnya.
Kalau boleh Ane bandingkan berkendara motor di Bali ini tak senyaman di Jogja. Kendaraan di Bali lebih padat dibandingkan Jogja, bunyi klakson pengendara juga lebih tinggi intensitasnya, serta kebanyakan pengendara menunjukkan sifat terburu-buru dan ingin cepat sampai. Hufth.
Back to topic, sesampainya di persimpangan jalan memutar (bila lurus (barat) kearah Pelabuhan Gilimanuk dan bila kearah kanan (utara) kearah Bedugul dan Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng), Ane mengambil jalan kearah kanan. Yapz, jalan menuju ke Pura Taman Ayun ini sejalan dengan jalan menuju Bedugul. Jalannya cukup mulus dan kurang lebih 5 menitan sampailah Ane di Pura Taman Ayun ini.
Tempatnya memang bagus, bersih, dan damai. Pura ini bak seperti kapal yang mengapung, bagaimana tidak di semua sisi pura dikelilingi oleh kolam. Untuk memasuki pelataran dalam pura Ane harus melewati sebuah jembatan dan pintu gerbang. Terlihat sudah ada banyak orang yang hadir disini. Namun semuanya adalah para pegawainya, Ada yang sedang memotong rumput, menyapu halaman, hingga memperbaiki sesuatu.
Puranya ada di seberang kolam |
Bagaimana dengan petugas tiketnya? eow ternyata belum datang dan dibagian pos petugas tersebut tertera besaran tarif yang harus dibayarkan oleh setiap para pengunjungnya bila hendak masuk kedalam. Untuk wisatawan domestik besaran biaya yang harus dibayarkan sebesar 10k, dan wisatawan internasional sebesar 20k.
Berhubung petugasnya belum datang Ane gunakan kesempatan untuk melihat-lihat lingkungan sekitar terlebih dahulu. Tepat di bagian kiri gerbang masuk depan pos petugas tiket terdapat sebuah tempat yang bernama,"pelinggih siluh resi". Selain itu ada air mancur dan hamparan rumput hijau yang tertata rapi. Sementara di bagian kanan gerbang terdapat wantilan dengan diorama orang yang sedang menyabung ayam, bangunan Bale Pengubengan, dan pura kecil (Pura Luhuring Purnama).
Pelinggih Siluh Resi |
Air mancur serasa ingin membasuh muka |
Diorama orang sedang menyabung ayam dalam wantilan |
Pegawai: Darimana mas asalnya?
Ane : Dari Jogja Pak
Pegawai: Eow, dari Jogja. Masuk aja mas, nggak apa-apa!
Ane : Tapi belum beli tiket Pak, belum ada petugasnya!
Pegawai: Masih lama mas petugasnya datang, langsung masuk aja nggak
apa-apa!
Ane : Beneran ini Pak nggak apa-apa?
Pegawai: Benar mas
Ane : Baik pak, terimakasih!
Dalam hati Ane sangat senang sob bisa masuk pura lebih awal. Itu artinya setelah keluar dari sini bisa langsung berkunjung ke destinasi selanjutnya. Iyes.
Seperti pada umumnya pura-pura di Bali, Pura Taman Ayun ini memiliki tiga area atau mandala. Pertama nista mandala yang sudah Ane ceritakan diatas. Kedua madya mandala yang merupakan area tengah pura. Keberadaannya lebih tinggi dibandingkan dengan nista mandala. Disini terdapat balai kulkul yang menjulang tinggi.
Sedangkan yang terakhir disebut dengan utama mandala. Area ini letaknya paling tinggi diantara keduanya. Hanya orang yang mau beribadahlah yang boleh memasuki area ini. Bagi para pengunjung termasuk Ane jika ingin melihat bagian utama mandala harus melalui jalan setapak yang mengelilingi tembok pembatas halaman dalam pura.
Ingin melihat di bagian utama mandala, ikuti tanda panah! |
Bangunan-bangunan yang ada di bagian utama mandala |
Terlihat meru-meru dengan jumlah tingkatan yang berbeda-beda |
Bule : Please take we picture with my camera! OK?
Ane : Oh, Ok. No Problem. Just press this tombol?
Bule : Right
kemudian Ane memfotonya, setelah itu Ane tanya kepada mereka darimana mereka berasal.
Ane : By The Way, Where do you come from Mister?
Bule : Netherland
Ane : Oh, Belanda, Netherland!
Bule : OK, Thank you!
Ane : Your welcome!
Tuh sob, bangunan-bangunan yang ada di bagian utama mandala! |
Kembali lagi Ane menikmati pura ini. Dari sini terlihat sejumlah bangunan dengan atap bertingkat (meru) yang sungguh megah berurutan diantaranya empat meru bertumpang 11, dua meru bertumpang 9, serta satu meru bertumpang 7, 5, 3, dan 2. Meru-meru tersebut tersusun dengan rapi. Selain itu, disini juga terdapat beberapa bangunan pelinggih yang menjadi tempat pemujaan terhadap arwah leluhur dari dewa-dewi. Semua bangunan yang ada di utama mandala ini dikelilingi oleh kolam sehingga terlihat sungguh menarik.
Aku juga ke sini waktu ke Bali terakhir kali itu. Cakep yak. Mending pagi ternyata yak. Saya waktu itu datang kesiangan, jadi udah panas banget. Wkwkwk.
BalasHapusKeren ih, ke Bali pakai motor. Ngga kuliah?
Iya mbak Levina,,, Kepagian malah belum ada petugasnya, akhirnya nggak bayar, hehehe.
HapusSudah lulus mbak, jadi habis lulus eksplorer Bali pakai motor, :-)
Pernah juga bang kemaren kesana sambil bawa istri dan anak..teduhh banget tempatnya bikin betah banget dah..hheee
BalasHapusYo'i setuju banget Bang Syahran,,, :-)
Hapuspura yang indah, bersih dan asri.
BalasHapuslagi eksplor bali neh mas..
Iya Bang,,, pengen tahu aja... :-)
Hapusnah tenan to mas mesti soyo adoh mlampahe.... keep happy blogging semoga terus dicurahi hidayah mas....
BalasHapusHahaha Mas Angki, bener banget. Pengen tahu yang indah-indah mas,,,,
HapusTerimakasih atas spiritnya mas,,,, begitupula Mas Angki yang sudah melalangbuana kemana-mana, :-)
wih wih ada orang Bali dari Jogja.. boleh tahan mas gaya sampeyan ha ha ha...
BalasHapusbtw keren juga ya puranya.. belum pernah ke sini euy.. enak kayaknya kalau jalan2 kayak mas Anis ini ya
Hahaha,,, bisa aja mbak Monic ini,,
HapusJangan ditahan mbak ntar ndak sakit, hehehe
Iya mbak, puranya keren abisss,,, silahkan euy langsung capcus ke Bali
tapi jangan lupa oleh-olehnya ya mbak Monic, :-)