Rabu, 19 Oktober 2016

Menjelajah Persawahan Jatiluwih Tabanan Bali

Selepas berkunjung ke Alas Kedaton tujuan Ane selanjutnya adalah Desa Baru Banjar Pinge. Berkat arahan dari Pak Bagus Wiryawan (pemandu Ane di Alas Kedaton), Ane dengan mantabnya mengendarai kuda hijau Ane menuju ke arah Bali bagian utara.
Pak Bagus: Kalau ke Banjar Pinge itu ikuti jalan searah dengan
           Margarana saja mas!
Ane      : Eow, ada pertigaan yang saya lewati dari sini belok ke
           kearah kiri searah jalan menuju Bedugul ya Pak ya?
Pak Bagus: Bukan mas, belok kekirinya menuju Margarana. Ada planknya
           kok mas!
Ane      : baik Pak, nanti coba saya cari. Terimakasih ya Pak ya!


Setelah menyusuri jalan Tanah Lot-Bedugul, ternyata benar di persimpangan jalan ada sebuah plank yang menunjukkan kearah Margarana. Jalan menuju Banjar Pinge ternyata juga searah dengan menuju Jatiluwih. Dari sini Ane belok kearah kiri (utara). Jalannya cukup kecil, namun mulus beraspal. Setelah berkendara cukup lama Ane dihadapkan lagi dengan sebuah pertigaan, dimana bila lurus kearah Margarana dan belok kearah Bedugul. Lah, Ane sebagai turis wisatawan domestik yang baru saja menginjakkan kaki di jalan ini bingung kearah mana ini!. Disini Ane bertanya lagi kepada warga setempat tentang arah menuju Desa Baru Banjar Pinge. Untung saja dia tahu.
Ane     : Permisi Bu, mau tanya kalau ke Desa Baru Banjar Pine itu
          lewat mana ya? lurus kearah Margarana atau belok kanan
          menuju Bedugul?
Sang Ibu: Itu mas yang menuju Bedugul
Ane     : Eow gitu. Baik Bu, terimakasih!
Sang Ibu: (hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja)
Setelah berkendara menyusuri jalan ternyata Banjar Pinge Desa Baru yang terletak di Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan ini tak jauh dari jalan beraspal ini. Hanya sekitar 300 meter saja, sudah ada plank yang mengarah kesana.


Kantor Banjar Pinge tampak depan
Jalan yang awalnya beraspal mulus, sejauh 300 meter kini berubah drastis menjadi jalan yang rusak dan *bergeronjal-geronjal*. Memasuki banjar ini Ane dimanjakan oleh rumah-rumah warga yang berasitektur tradisional sejajar dan tertata rapi. Untuk memasuki Banjar Pinge ini Ane harus ke kantor Banjar terlebih dahulu untuk meminta izin. Tapi sob, apa yang terjadi? ternyata tak ada seorang petugas pun yang sedang berjaga. Yang ada hanyalah beberapa orang ibu-ibu yang ntah sedang dalam acara apa memberitahukan kepada Ane kalau banjar ini tidak di buka sebagai obyek wisata dan dan tidak di buka untuk turis perorangan. Sontak Ane kaget,"lho kok bisa Bu?",tanya Ane. Padahal kan informasi yang saya dapatkan dari beberapa sumber kalau banjar ini dibuka sebagai obyek wisata. Sang Ibu tersebutpun tetep keukeuh dengan apa yang sudah Ia katakan sebelumnya.


Suasana Bajar Pinge
Suasana Banjar Pinge
"Lho kan kalau Ane bisa masuk ke banjar ini lebih jauh, bisa promosi tentang banjar ini?", fikirku. Yasudah deh, dengan rasa kecewa Ane berpamitan kepada beberapa orang ibu tersebut dan melanjutkan perjalanan lagi.
Ane berfikir kalau tadi ada plank yang menunjukkan ke arah Jatiluwih searah dengan menuju banjar sini, berarti tak jauh lagi Ane akan sampai di Jatiluwih. Tak mau berlama-lama lagi segera Ane kendarai kuda hijau Ane menuju kesana.
Ditengah-tengah perjalanan, Ane baru ingat kalau hari ini adalah Hari Jum'at. Untuk melaksanakan shalat Jum'at Ane harus mencari sebuah masjid terlebih dahulu. Hufth, ternyata begini menjadi sesorang yang minoritas. Tak seperti di Jawa masjid ada dimana-mana, disini nyari masjid 1 saja susahnya minta ampun. Mungkin sudah takdir dari Sang Kholik ya sob, akhirnya Ane nemu juga sebuah masjid yang dibangun dibagian atas. Parkirnya sendiri ada di bagian bawah. Langsung dong Ane belokkan kuda hijau Ane ke parkiran masjid tersebut.
Singkat cerita setelah melaksanakan shalat Jumat, Ane langsung cabut menuju Jatiluwih. Sepertinya cuaca kurang mendukung, langit tampak menghitam dengan dibarengi hujan rintik-rintik. "Namun apa boleh buat, kalau menunggu di masjid terus kapan Ane sampainya dan toh misalkan hujan Ane tak perlu khawatir karena sudah membawa jas hujan", fikirku.




Tak sampai 15 menit Ane mulai melihat areal persawahan hijau yang sangat luas nan sedap dipandang mata. Ane fikir inilah yang dinamakan Jatiluwih dengan areal persawahan berundak atau terasiring. Benar saja setelah melewati jalan yang menurun, Ane diharuskan membayar tiket masuk sebesar 10k. Wah, aneh juga ya kalau masuk hanya untuk melihat sawah aja pakai bayar segala. Tapi biarlah, hitung-hitung buat pemasukan desa dan warga-warga di Jatiluwih ini agar tetap semangat mempertahankan apa yang sudah ada.






Owalah, disini terjawab sob kalau masjid yang Ane hampiri tadi letaknya tak jauh dari Obyek Wisata Jatiluwih. Sesampainya di tempat parkir, Ane bingung antara mau langsung trekking atau tidak. Pasalnya hujan rintik-rintik belum juga reda malah semakin deras. Akhirnya Ane memutuskan untuk berteduh terlebih dahulu sambil menunggu hujan reda. Disini sudah berdiri beberapa fasilitas seperti restoran dan warung-warung kecil. Di warung-warung kecil inilah Ane berteduh.
Semua penjualnya menawari Ane dengan berbagai macam makanan seperti jaja bali, kopi bali, dan lain sebagainya. Ane tentu tak enak bila hanya berteduh saja, untuk menyenangkang Sang Penjualnya Ane hanya membeli sebotol Aqua saja. Semua penjualnya ramah-ramah, walaupun Ane tak membeli barang dagangannya mereka tetap saja ramah dan mengajak pembicaraan kepada Ane.





Sang Penjual: Masnya darimana?
Ane         : Jogja Bu!
Sang Penjual: Jogja? naik apa mas kesininya?
Ane         : Iya Bu, Naik motor!
Sang Penjual: Eow rental motor!
Ane         : Bukan Bu, saya naik motor dari Jogja kesini.
Sang Penjual: Hah, dari Jogja kesini naik motor? apa tidak lelah
              mas?
Ane         : Kalau lelah sieh lelah Bu, tapi hobi, mau gimana lagi?
Sang Penjual: Sendiri atau dengan teman mas?
Ane         : Sendirian saja Bu. Nggak ada teman!
Ane baru ngeh sob kalau yang Ibunya maksud adalah teman hidup.
Sang Penjual: Belum ketemu ya mas, belum saatnya ketemu jodoh
Ane         : Owalah itu tow ya Ibu maksud, hehehe (Ane sambil
              tersenyum kecil). Ibu sendiri asalnya darimana Bu?
Sang Penjual: Malang mas,
Ane         : Eow, Malang tow.
Sang Penjual: sudah pernah kesana mas?
Ane         : Sudah Bu, kalau nggak salah 2 tahun lalu saya kesana.
Sang Penjual: Eow. Hujannya udah mulai reda mas.
Ane         : Iya Bu, benar yasudah terimakasih ya Bu atas tempat 
              teduhnya.
Sang Penjual: Sama-sama mas. Nanti kalau sudah selesai bisa mampir
              kesini lagi mas
Ane         : Baik Bu!





Berhubung hujannya sudah mulai reda, Ane langsung saja masuk kedalam rute tracknya. Di pintu masuk track sudah ada sebuah peta rute yang menjelaskan beberapa informasi penting diantaranya ada 5 rute yang dapat ditempuh oleh setiap para pengunjung.
1. track pendek (garis merah) dengan panjang 450 M dan dapat
   ditempuh dalam waktu 45 menit.
2. Track semi menengah (garis kuning) dengan panjang 1,5 kM dan
   dapat ditempuh dalam waktu 1,5 jam.
3. Track menengah (garis putih) dengan panjang 2,1 kM dan dapat
   ditempuh dalam waktu 2 jam.
4. Track panjang (garis orange) dengan panjang 6,1 kM dan dapat
   ditempuh dalam waktu 3,5 jam. Serta
5. Track ekstra (garis orange + biru) dengan panjang 7,7 kM dan
   dapat ditempuh dalam waktu 4 jam.
Selain itu terdapat juga sebuah pura yang bernama Pura Besikalung (situs purbakala).


Peta tracking Jatiluwih

Ayo, sobat pilih rute yang mana nieh?
Ditengah kebimbangan Ane dan dengan mempertimbangkan waktu yang Ane miliki, Ane putuskan untuk mengambil track menengah saja plus berkunjung sebentar ke Pura Besikalung.
Lanjut! Jatiluwih yang terletak di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan ini sungguh mengagumkan sob. Bagaimana tidak pemandangannya yang masih alami dan udaranya sejuk karena berada di ketinggian membuat siapa saja yang datang kesini pasti ingin berlama-lama, ditambah setiap pengunjung dapat melihat berbagai macam aktifitas warga, ada yang sedang menyemprot, membersihkan rumput, dll. Nampaknya dalam mengolah lahan pertanian warga setempat masih menggunakan cara yang tradisional, hal ini terlihat adanya beberapa ekor sapi yang dikandangkan di gubuk-gubuk kecil.



Tuh Pak Tani sedang membersihkan rumput
Seekor sapi sepertinya buat membajak sawah
Semua sawah teraliri air pegunungan karena adanya sistem irigasi. Iya, tampak disana dengan jelas 3 buah gunung menjulang tinggi keatas. Ane tak tahu persis semua nama-nama gunung tersebut, Ane hanya tahu kalau satu diantara ketiga gunung tersebut ada yang bernama Gunung Batukaru. Sementara sistem irigasi yang ada disini disebut dengan subak. Subak dipimpin oleh kelian subak.


Tuh kan sob, di belakang Ane ada 3 buah gunung yang berdiri
Nikmat mana yang engkau dustakan?
Ingin mandi
Tak hanya pemandangannya saja yang indah, obyek wisata Jatiluwih ini terlihat sangat diperhatikan keberadaannya. Selain peta, di sepanjang track  ada beberapa gubuk-gubuk kecil yang berdiri. Gubuk-gubuk tersebut bisa digunakan oleh setiap para pengunjung yang datang untuk beristirahat. Tak habis-habisnya Ane dibuat terheran-heran oleh tempat yang namanya Jatiluwih, kenapa? karena ditengah sawah pun ternyata ada yang jualan berbagai macam makanan dan minuman.
Namanya saja Bali identik dengan pura, di Jatiluwih ini juga terdapat sebuah pura untuk memuji Dewi Sri, Sang Dewi Kesuburan.



Memasuki areal hutan yang terdapat banyak pepohonan, Ada sebuah pura yang menarik untuk dikunjungi. Pura tersebut bernama Pura Luhur Besikalung. Namun sayang, saat Ane mengunjunginya pura tersebut dalam keadaan terkunci. Sebenarnya Ane bisa saja sob masuk kedalam pura, ada banyak jalan menuju kedalam. Tapi di setiap jalan yang berpotensi pengunjung untuk masuk, ditulisi "Bukan jalan masuk". Ane sebagai pengunjung yang baik tentu mentaati semua peraturan yang berlaku. Betul?


Foto saja di depan puranya
Sesuai rencana awal, Ane hanya ingin mengambil track menengah saja. Seusai berkunjung ke Pura Besikalung, Ane kembali lagi ke track semula yang bergaris putih. Banyak hal pengetahuan yang dapat Ane petik dari obyek wisata Jatiluwih ini, pantas bila Jatiluwih ini telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai situs warisan dunia.


Kerennya sawah ini!
Monumen situs warisan dunia
Beruntungnya Ane ini sob, tepat sehabis menyelesaikan track tiba-tiba hujan datang dengan sangat deras. Hingga kurang lebih satu setengah jam, tepat pukul 5 hujan tak kunjung reda. Agar tak kesorean sampai penginapan di Kota Denpasar mau tak mau Ane harus pakai mantol dan rela basah-basahan. Beruntung, akhirnya Ane selamat sampai di penginapan Kota Denpasar.
Mandi, tidur dan keesokan harinya Ane bersiap-siap ngebolang lagi!

6 komentar:

  1. Sawah bertingkat=tingkatnya keren. Serius, saya belum pernah lihat sendiri di dunia nyata sawah yang seperti itu. Biasanya saya lihat sawah ditanah yang datar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mas Mirwan,,,
      Ntar Mas Mirwan kalau ke Bali bisa berkunjung kesini, :-)

      Hapus
  2. mbolang beneran nih.. itu yg dipake apa?, blangkon??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Bun,,, Kalau Jawa Blangkon,,, Tapi kalau Bali ya Udeng Bund,,, :-)

      Hapus
  3. hmmmmm seru pokoke ya mas... baca aja seru apalagi mengalami sendiri.. seru juga ditolak oleh ibu2 ha ha ha... piss ah mas..

    lah iya mas aku penasaran, wong kalau ke Bali aku ga jalan2 gitu, paling ke rumah saudara, nah abis itu ke rumah saudara yang lain...dulu sih pernah jalan2 tapi ya hanya ke beberapa tempat saja
    terakhir ke Bali diajak ke pasar badung, keliling pasar..duh seru kalau sudah ke pasar he he he

    sippp mas tetap ditunggu liputan lainnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak,,,
      Lah sesuai kalau gitu, blognya mbak Monic ew tentang masakan. Kloplah kalau di pasar saja sudah senang,,, :-)
      Pokoknya kapan-kapan coba mbak Monic buat mbolang selain ke pasar, hehehe.
      Aku juga kemarin lewat kok mbak di Pasar Badung, tapi sayangnya malah nggak mampir, hehehe
      Wokelah mbak ditunggu liputan selanjutnya, :-)

      Hapus

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me