Senin, 07 Desember 2015

Mencicipi Sate Klathak Pak Pong Yang Melegenda di Tanah Jogja


Hai sob, gimana nieh kabarnya? semoga baik - baik saja yaw. Kali ini Ane ditemani oleh seorang sobat Ane, paggil saja namanya mawar, ew maksud Ane Hanna. Berawal dari postingan Ane di FB tentang kuliner - kuliner di Jogja yang telah Ane coba baru - baru ini, ada seorang sobat Ane yang melihatnya dan dia pun akhirnya terhipnotis jika Ane wiskul lagi maka dia ingin ikut. Selang beberapa hari tepatnya Jum'at kemarin setelah paginya Ane wiskul mencicipi Mie Ayam Bu Tumini akhirnya Ane pun ingin wiskul lagi dan tak lupa menghubungi dia. Melalui sms (biar irit, hehe), Ane menanyakan apakah dia jadi ikut kulineran atau tidak, dia pun mengatakan kalau Ia benar - benar mau ikut. Nah kali ini kuliner yang akan kita coba adalah Sate Klathak Pak Pong yang sudah melegenda di tanah Jogja. Sebenarnya ada satu tempat lagi yang cukup terkenal akan sate klathaknya yakni Sate Klathak Pak Bari. Untuk Sate Klathak Pak Bari mungkin lain kali aja ya sob Ane ceritakan kalau sudah Ane coba, hehe.
Awalnya Ane mengira kalau Sate Klathak hanya ada di Pak Pong dan Pak Bari saja. Rupanya anggapan Ane salah, setelah menyusuri Jalan Imogiri Timur ternyata banyak penjual yang menjual sate Klathaknya di sepanjang perjalanan. Jumlahnya semakin bertambah ketika mendekati pasar jejeran.
Karena niat awal kita adalah mencicipi Sate Klathak Pak Pong, maka dari perempatan lampu merah di sekitar Pasar Jejeran beloklah kita ke kanan. Tak jauh dari perempatan tersebut sampailah kita di kedai sate Klathak yang kita maksud.


Cara menuju Kedai Sate Klathak Pak Pong:
Dari perempatan Terminal Giwangan, bergeraklah ke arah selatan memasuki Jalan Imogiri Timur lurus terus hingga menemui perempatan lampu merah pertama (perempatan lampu merah Pasar Jejeran). Dari perempatan tersebut beloklah ke arah kanan / barat  sejalan dengan jalan menuju Stadion Sultan Agung. Tak jauh dari perempatan tersebut dan sebelum stadion sampailah di kedai ini. Tak usah risau atau khawatir sobat akan ke sasar / tersesat karena di kedai sudah terpasang spanduk yang panjang dan bertuliskan "Sate Kambing Pak Pong".
Kedainya cukup luas namun terlihat masih sepi karena Kita berkunjung kesini bisa di bilang di waktu yang nanggung yakni sekitar pukul setengah 6 sore. Konon katanya kedai ini akan dipadati oleh para pengunjung bila saat jam makan tiba, kalau begitu beruntunglah kita. Begitu datang, langsung saja kita menuju tempat pemesanan, mengisi sebuah kertas apa yang akan kita pesan dan kemudian di serahkan ke pelayannya agar cepat di proses. Karena menu yang paling terkenal dari kedai ini adalah sate klathaknya, maka tak afdol bila tidak pesan sate klathaknya. pesanlah kita masing - masing seporsi sate klathak dan tentu bersama minumannya dan seporsi nasi putih.


Sebenarnya ada beberapa varian menu yang tersedia disini di antaranya sate kecap, tongseng daging, gulai, nasi goreng kambing, thengkleng, tongseng otak, tongseng kepala lidah, kikil, dan kicik.


Ada dua cara pengunjung dapat menikmati Sate Klathak Pak Pong, yaitu sistem meja dan kursi yang terletak di bagian tengah kedai dan sistem lesehan yang memiliki porsi lebih luas dan terletak di bagian sebelah barat. Tempat duduknya bersekat - sekat tapi tidak terlalu tinggi hanya sebatas pinggang saja, jadi suasananya dapetlah.

Ruangan bagian tengah kedai sistem meja dan kursi
Ruangan bagian barat kedai sistem lesehan
Lalu bagaimana dengan yang di sebelah timur? di sebelah timur digunakan sebagai dapur dimana tempat menggantung daging, membuat sate, dan sebagainya.

Dagingnya ituloh, sungguh menggoda


Kedai ini memang sudah melegenda, hal ini terbukti dengan banyaknya foto tokoh dan kalangan artis yang pernah mampir kesini yang terpasang di dinding kedai. Tak perlu nunggu lama - lama datanglah makanan dan minuman yang kita pesan.

Satenya cuman 2 tusuk aja?
"Hah, cuman dua tusuk? pikirku. Eits bentar dulu sob nggak usah berprasangka buruk dulu. Walaupun cuman dua tusuk, tapi potongan dagingnya lumayan besar dan di setiap tusukannya lumayan banyak. Ada yang unik dari sate ini yakni terletak pada tusuknya, tusuknya itu bukan terbuat dari bambu yang pada umumnya digunakan oleh penjual sate melainkan terbuat dari jeruji sepeda. Nah ada yang bilang karena itulah mengapa sate ini dinamakan sate klathak, tetapi ada juga yang bilang kalau sate ini dinamakan sate klathak karena ketika di bakar menimbulkan bunyi klathak - klathak. Hmmm,,, ntahlah yang benar yang mana, yang jelas ada dua hal yang menarik jika sate ini menggunakan tusuk jeruji sepeda. Pertama, jeruji sepeda terbuat dari besi sehingga pemanasan pada satenya akan merata karena besi sebagai konduktor yang baik. Yang kedua, lebih ramah lingkungan begitu setelah di pakai bisa digunakan lagi. "Tapi ini besi di cuci tidak yaw?", fikirku. Kalau tidak kan malah menimbulkan pikiran yang macam - macam, hehehe. Ah nggak usah difikirin sob, yang penting kan rasa dagingnya, iya kan?


Selain pada tusuknya, ada yang menarik lainnya dari sate ini yaitu terletak pada proses pembakarannya. Sate dibakar tidak menggunakan kecap atau dilengkapi dengan bumbu kacang yang biasa terdapat pada sate - sate lainnya. Pada pembakarannya bumbu yang digunakan kelihatan minimalis dan tak berwarna malahan Ane sempat berfikir kalau yang digunakan hanya menggunakan garam saja. Sate disajikan dengan kuah berwarna kuning seperti kuah yang terdapat pada gulai kambing. Kini saatnya Ane menyantapnya dan membuktikannya sendiri seperti apa sieh rasanya.


Rasa satenya agak asin dikit, tidak asin - asin banget sieh tapi enak tidak meninggalkan rasa khas dari kambing itu sendiri. Selain itu satenya tidak pedas sama sekali dan cocoklah kalau dipadukan dengan kuahnya yang berasa seperti rasa gulai. Dagingnya tidak alot dan cenderung lembut dan empuk. Ada kelebihan lain dari sate ini ternyata dengan menggunakan jeruji besi sebagai tusuknya pengunjung tidak perlu khawatir kalau kalau nanti tusuknya patah. Hal ini terbukti kokoh dan sekuat apapun tenaga kita dalam memakannya, tusuknya tidak akan patah dan kita tetap saja merasa nyaman. Mantabbb, hajar terus dan 20 menit kemudian

Tinggal tusuk, sendok dan piringnya saja yang masih tersisa
Soal harga, ternyata tak membuat Ane khawatir. Dengan 25k saja Ane sudah dapat menikmati seporsi sate klathak yang berisi dua tusuk, segelas es jeruk, dan seporsi nasi putih. Sehubungan Ane bersama sobat Ane dan sobat Ane nambah 1 bungkus kerupuk, maka jumlah yang harus kita bayarkan sejumlah 51k.


Gimana sob tertarik untuk mencobanya? langsung aja datang ke TeKaPe dan rasakan sendiri kenikmatannya.

10 komentar:

  1. wah makannya sama sapa nie yeee cieeee ihieeeee

    BalasHapus
  2. Iiihhh jahat anis... Muka ku gak keliatan... Huft...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha,,,, sekarang namanya dulu,,, hahahaha

      Hapus
  3. Bang-bang, kalau saya ke Jogja ajakin kulineran sate klathak dong. Ternyata tempatnya ke arah Imogiri ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayok mas inggit,,, asal ditraktir oke ajalah,,, hihihi,,, Iyap bener bang, paling mudah arah ke Stdion Sultan Agung

      Hapus
  4. Wah, aku belum cobain sate ini. Masuk list kuliner.

    Kirain tadi klathak itu pakai daging tertentu, eh ternyata karena "jeruji" dan pembakaran "latak klatak klatak". Kalau di India, bakaran juga pakai jeruji gini atau pakai yang lempengan bes tipis. Tapi lebih suka pakai tusuk bambu, ada rasa kayunya. mau makan daging apa kayu? hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak wajib masuk list,,,, Berarti ini bisa disebut sate india ala Indonesia gituw ya kak??? Hahahaha,,,, sadis banget kalau makan kayu kak,,, hahaha

      Hapus
  5. perlu dicoba nih kalau pas main ke Jogja hehehe

    BalasHapus

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me