Jumat, 04 Desember 2015

Pecel Baywatch Mbah Warno, Makin Mblusuk Makin Dicari


Kemarin Ane sudah cerita kan tentang kulineran di Sambel Welut Pak Sabar? oke sekarang Ane mau bercerita mengenai petualangan kuliner Ane di salah satu warung yang sudah sangat populer dikalangan para pecinta kuliner nusantara, terutama pecinta kuliner lokal yakni Pecel Baywatch Mbah Warno.
Sebagai orang Bantul Ane berdosa kalau tidak turut mencicipi kuliner yang satu ini. Untuk itu dengan tekad yang kuat segeralah Ane menuju kesana. Halah lebay banget bawa - bawa tekad yang kuat segala. La begini lo sob, warung pecel Mbah Warno letaknya agak tersembunyi berada di tengah perkampungan jadi perlu perjuangan yang lebih untuk sampai sini. Walaupun terletak agak tersebunyi, tapi sobat tak perlu khawatir karena di sepanjang perjalanan sobat akan terhipnotis oleh pemandangan yang ada terutama setelah memasuki Desa Wisata Kasongan yang tentu banyak gerabah - gerabah dan hasil kerajinan lainnya yang terpajang.
Bergerak dari Kota Jogja, Ane arahkan kuda hijau Ane menyusuri Jl. Bantul hingga menemukan sebuah peremptan lampu merah Kasongan. Bila sobat dari Alun - alun selatan Kota Jogja, maka bisa arahkan kendaraannya menuju ke arah barat hingga menemukan sebuah perempatan lampu merah, warga biasa menyebutnya dengan pojok beteng kulon. Nah dari sini beloklah ke arah kiri (selatan) lurus terus hingga menemukan sebuah perempatan lampu merah Kasongan. Tandanya terdapat sebuah gapura masuk yang bertuliskan "Desa Wisata Kasongan".


Dari sini beloklah Ane ke arah kanan (barat) memasuki gapura. Bukan tempat sedang mengambil foto ke kanan yaw (karena Ane di perempatan ini berhenti sebentar dan mengambil foto dari arah berlawanan gapura) tetapi dari arah Kota Jogja ke kanan. Memasuki gapura lurus terus ke arah barat hingga menemukan sebuah jembatan yang diujungnya bertuliskan "Selamat Datang Sentra Industri Kerajinan Gerabah Kasongan".


Masih lurus ke arah barat hingga menemukan pertigaan yang tengahnya ada bangunan tugunya. Ciri - ciri bangunan tersebut di bagian kakinya terdapat lambang sila pancasila. Sobat tahu kan isi dari sila Pancasila? semoga tahu, nah kalau sudah tahu terus diterapkan yaw. Yang nulis jujur kalau untuk menerapkan atau mengaplikasikan masih terasa berat, hehehe malah curcol.


Oke, dari pertigaan ini beloklah Ane ke arah kanan lurus terus hingga mentok menemukan pertigaan lagi.


Dari pertigaan ini beloklah Ane ke kiri hingga menemukan sebuah masjid yang terletak di sebelah kiri jalan, kemudian masih lurus dikit menemukan pertigaan yang di tengahnya terdapat sebuah bangunan tugu berwarna hijau mudah namun bentuk bangunannya tidak sama dengan bangunan yang pertama tadi.


Dari pertigaan ini, beloklah Ane ke arah kanan lurus terus hingga menemukan sebuah gapura dimana di bagian kaki gapura tersebut bertuliskan "Sembungan". Ntah itu nama perkampungannya, dusun, desa atau kelurahan tapi yang jelas kecamatannya adalah Kasihan dan kabupatennya bernama Bantul, Yogyakarta.


Dari gapura tersebut Ane pelankan laju kuda hijau Ane karena tak jauh dari gapura ini Warung Pecel Baywatch Mbah Warno berada. Benar saja tak sampai 75 meter dari gapura tersebut sampailah Ane di Warung Pecel Baywatch Mbah Warno ini. Warung ini letaknya di sebelah kiri jalan dan harus pelan - pelan dan jeli memang karena papan nama dari warung tersebut berukuran kecil dan tulisannya tidak terlalu kentara.


Sesampainya di warung Ane di sambut dengan ramah oleh Mbah Warno dan asistennya. Ane pesan seporsi pecel dan segelas es jeruk. Sambil meladeni beberapa pengunjung yang memang sudah datang sebelum Ane tiba, dengan bahasa jawa kami mengobrol. Mereka semua sangat ramah, setiap pertanyaan yang Ane berikan selalu dijawabnya dengan lemah lembut dan sesekali disertai dengan candaan dan senyuman diwajahnya.
Ane       : Nuwun sewu, niki leres nggene Mbah Warno nggeh?
                            Permisi, ini benar tempatnya Mbah Warno?

Asistennya: Nggeh mas, leres la niko Mbah Warno ipun (nyambi nunjuk
            salah satunggale tiang setri ingkang sampun sepuh)
            Iya mas, benar la itu Mbah Warnonya (sambil menunjuk
            salah seorang perempuan yang sudah tua)

Mbah Warno: Opo mas, iki aku Mbah Warnone. Rene, rene kok ngerti
            simbah.
            Apa mas, ini saya Mbah Warnonya. Kesini, kesini kok tahu
            simbah.

Ane       : Mboten Mbah niki kulo ajeng tumbas pecel. Sampun
            sumerep dereng mbah, pecel ipun simbah sampun kawentar
            lo mbah.
            Tidak Mbah Ini saya mau beli pecel. Sudah tahu belum
            Mbah, pecelnya simbah sudah terkenal lo Mbah.

Mbah Warno: meneng, lajeng asistennya njawab
            diam, kemudian asistennya menjawab

Asistennya: Mbah Warno mboten ngertos mas
            Mbah Warno tidak tahu mas

Ane       : Eow
Tak lama kemudian
Asistennya: Mas, pesenane panjenengan sampun kulo paringke riko 
            (nyambi nunjuk salah satunggaling mejo lan kursi)
            Mas, pesenannya kamu sudah saya letakkan di sana
            (sambil menunjuk salah satu meja dan kursi)

Ane       : Eow nggeh mbah, matur nuwun
            Eow iya mbah, terima kasih
Kemuadian Ane menuju ke salah satu tempat duduk yang sudah tersedia pesanan Ane. Lalu asistennya Mbah Warno menawari Ane, lauknya mau apa? ada tahu bacem, belut goreng, maupun kerupuk. Sehubung Ane suka dengan yang namanya belut walaupun kemarin Ane sudah merasakan yang namanya belut, pesanlah Ane belut goreng sebagai lauknya.

Seporsi nasi pecel, segelas es jeruk dan sepiring belut goreng
Tahu bacem
Sekaleng kerupuk yang hanya Ane lihat saja
Jangan harap warungnya seperti warung pada umumnya ya sob. Warungnya bisa dibilang Warung Ndeso, karena letaknya yang berada di tengah desa dan warungnya terbilang cukup sederhana. Ada sebagian bangunan berdindingkan gedhek (anyaman bambu), tembok semen namun tampaknya sudah berumur dan bersekatkan triplek. Di dalam warung hanya terdapat beberapa tempat duduk saja yang terbuat dari kayu dan sebuah dipan.

Warung Pecel Mbah Warno tampak dari depan
Warung Pecel Mbah Warno tampak dalam
Kalau ini fotonya Mbah Warnonya
Bila kita perhatikan dengan seksama, ada yang unik dari warung ini. pertama dari segi penamaannya, Penamaan kata "Baywatch" konon katanya karena kebiasaan sang juru masak Mbah Warno yang selalu kedapatan memakai kaos kutang dan jarit saat melayani tamunya. Maklum saat siang hari beliau mungkin terasa sumuk. Mungkin saat itu ada seorang pembeli yang sedang berfantasi ketika melihat Mbah Warno pembeli tersebut seperti melihat Pamela Anderson yang berbikini. Dari sinilah Kata "Baywatch" tercetus dan sekarang warung pecel Mbah Warno terkenal dengan sebutan "Pecel Baywatch".

Mbah Warno sedang memasak
Mbah Warno dan asistennya sedang memasak
Kedua, dari segi tata letak dapurnya. Pada umumnya sebuah warung makan memiliki dapur yang berada di belakang ruang makan. Hal ini tidak berlaku di warung Mbah Warno yang justru terletak berjajar dengan ruang makan dan ruang peletakan menu makanan, persisnya di sebelah utara.

Foto rebusan sayur bayam, kecambah dan juga sambalnya

Berbicara mengenai teksturnya, Pecelnya terlihat sederhana seperti pecel yang biasanya kita lihat. Bayam dan kecambah yang di rebus berpadukan dengan sambal pecelnya yang sangat kental. Tak lupa didalamnya ditambahkan dengan nasi putih.

Mau???
Namun setelah Ane merasakan sendiri, disinilah letak kenikmatan pecel Mbah Warno ini. Bumbu kacang pada sambal pecelnya memang wuenak. Jahe dan daun jeruknya terasa ketika mulut Ane bersentuhan secara langsung dengan sambal pecelnya, Tidak terlalu pedas (kebetulan Ane pecinta rasa pedas) dan terasa sedikit manis yang memang khas masakan Jogja pada umumnya. Ane sendiri ketika mereview tentang masakan ini masih teringat betul betapa nikmatnya Pecel Mbah Warno ketika itu. 
Untuk soal pecelnya tidaklah masalah dan memang nikmat, tetapi tidak dengan lauknya berupa belut goreng yang terasa keras di kunyah. Sesekali Ane sempat khawatir jikalau nanti bisa bisa gigi Ane patah. Tapi dikit demi sedikit Alkhamdulillah gigi Ane baik - baik saja dan semua yang ada di meja sudahlah beres.

Maksudnya sudah habis dan tinggal gelas dan piringnya saja
Saat membayar Ane dikagetkan dengan harganya sob. Harganya ternyata cukup ekonomis. Seporsi pecel dengan segelas es jeruk serta berlaukkan sepotong belut goreng hanya dihargai 10k saja. Gimana, tertarik untuk mencobanya?
Bagi sobat yang tertarik untuk datang kesini dan mencobanya sendiri tetapi masih bingung dengan arah jalannya, Okelah Ane selipkan sebuah gambar yang semoga bisa sedikit membantu. Tetapi sebelumnya kalau jelek gambarnya mohon ma'af yaw sob, soalnya pelukisnya aja amatir, hehe.


Dah sampai disini dahulu cerita mengenai petualangan kuliner Ane. Misal sobat sudah sampai disini, salamkan salam Ane kepada Mbah Warnonya yaw.


Selamat menikmati dan sampai jumpa.

9 komentar:

  1. Kalo udah tenar mah dimanapun tempatnya tetep didatangi ya mass

    BalasHapus
  2. Wah, Alhamdulillah mbah Warno masih sehat. Memang belut di situ kerasnya nggak ketulungan Bro. Eh iya, siapa ngerti pas masih muda dulu penampilan mbah Warno pakai kutang mirip kayak Pamela Anderson, makanya disebut baywatch, wekekeke. (padahal cewek2 Baywatch kan pakainya one piece, kalau kutang kan two pieces).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bro masih sehat,,, tapi kemarin mbah Warnonya sempat heran lo mas, kok katanya belum di ambil - ambil,,,, malah anak yang ketiga kalau nggak salah sudah mendahului Mbah Warno,,,, Hahahaha,,,, sampeyan ki lo mas, berfantasi aja, hahhaha,,, pokoknya peace aja lah

      Hapus
  3. wwuuuhh kece mas..... peta mas anis sangat bermanfaat buat temen" yg belum punya andro di google maps mas hehe... jng lupa di ping ya mas hehe biar saya juga g tersesat ke situ mantep bangeeett si simbah hehe.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha,,,,, Iya sieh mas, ini sasarannya yang belum punya Android, kayak yang punya blog ini, hahaha.... Kalau agak mblusuk yaw dikasih peta, tapi kalau dekat tempat yang terkenal yaw tidak,,,,, hidup simbah, hehe

      Hapus
  4. Ahhh pingin, masaknya tradisional gitu rasanya pasti lebih enak.

    hehehe, pensaran sama kata "baywatch" pikiranku langsung ke mbok Pamela.
    Eh ternyata karena mbok Warno bergaya ala Pamela.

    GPP mas,sing penting mbok e ora kegerahan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha,,, sama mbak, apapun masakannya kalau dimasak dengan cara tradisional dan masih menggunakan kayu bakar, wuw lala rasanya maksnyus.
      Sama mbak, tadinya saya juga ketika mendengar kata baywatch langsung saja ke Mbok Pamela, ternyata bukan,,,,
      Mboknya sieh nggak kegerahan, la wong masak gayanya seperti Pamela Anderson lo mbak,, hahaha

      Hapus
  5. aiih ... masakan mbah biasanya topmarkotop rasanya
    kapan2 kalo pas arah bantul mampir..
    buka nya sampai jam brp ya mba?

    BalasHapus

TENTANG ANE

Anis SobatAnis Sobat
Hello, My Name Is Anis Hidayah. I am no Drinking,Drug, Smoking, and Free sex. But yes Travelling, Touring, Mountaineering, visit the new site and meet by new people. Enjoy my life with my way myself. That's about me